15 Februari 2008

Usia Senja di Sekaten Jogja

Sehabis ketemuan darat dengan pasukan Rifka saya dengan mas fadli meluncur ke Sekatenan  di alun-alun utara Jokja. Cukup rame sih pengunjungnya, walaupun awan kelam menggantung di atap langit.

Ada sosok menarik yang membuat saya terkagum disitu. Duduk di rerumputan mengharap belas kasihan pengunjung. Saya pun ikut duduk dan mengajaknya bercerita tentang kehidupannya. Beliau yang lumpuh mengaku punya anak lima orang dan semuanya sudah mentas walaupun tidak begitu mapan. Tapi kelima anaknya seolah mengucilkan keberadaan beliau sebagai orang yang pernah membuat hidup mereka lebih hidup.

Tapi saya tak habis-habisnya merasa kagum dengan prinsip hidupnya. Beliau berusaha untuk menepis semua anggapan negatif kepada kelima anaknya. Walaupun beliau memilih hidup sebagai peminta-minta, namun itu bukan berawal dari keinginan untuk menjadi hina seperti anggapan sebagian orang.

"Anak-anakku wis duwe dalan urip dhewe-dhewe, aku moh dadi renggan. Kuwi wis dadi kewajibanku kok, aku ora ngutangake uripku marang anak. Timbang setres aku mending ngene, le..." begitu jawaban beliau. Kalo diterjemahkan mungkin artinya begini...

"Anak-anak saya sudah punya jalan hidup sendiri-sendiri, aku tidak mau jadi beban. Semua itu sudah jadi kewajibanku dan bukan merupakan hutang hidup kepada anak. Daripada stres aku mendingan begini, nak..."

Sungguh nilai yang sangat luhur di mata say
a. dan menurut yang pernah saya baca, stres merupakan perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Stres bukan penyakit, tapi bisa menjadi awal timbulnya penyakit mental atau fisik jika terlalu lama. Penyebab stres di kalangan lansia, beda dengan remaja dan anak-anak. Yang paling sering menyebabkan stres pada lansia post power syndrom. Kehilangan jabatan, perasaan kecewa karena tidak lagi dihormati seperti dulu,  merasa tidak diperhatikan lagi anak atau menantunya.

Menghadapi situasi itu, orangtua itu harus cepat menyadari bahwa anaknya sudah punya kehidupan sendiri. Kemudian berusaha membuat kegiatan dan mencari kebanggaan di tempat lain.

Dalam tingkatan terukur, stres diperlukan
untuk adaptasi kondisi untuk bisa melakoni kehidupan berikutnya. Stres wajar sebagai tanda kita punya jiwa dan emosi. Yang penting bagaimana kita mengendalikan diri dalam mengelola stres sehingga bisa eksis dalam pergaulan. Kiat mengatasi stres pada saat lansia: sebelum tua belajar memahami makna hidup ini sehingga bisa menyiapkan diri dan tidak kaget atau stres jika saat tua tiba.

Yang mungkin perlu kita sadari anak bukan tumpuan hari tua. Hidup ini milik Yang Kuasa. Sebagai orangtua sudah selayaknya menyiapkan anak-anak ke arah kehidupan yang lebih baik. Anggapan yang menyebutkan anak-anak tumpuan kita di hari tua, harus dihilangkan sebab mereka juga punya kehidupan sendiri. Kalau kita menyiapkan mereka dengan baik pasti baik juga kita peroleh.

Ada pula yang memikirkan bahwa masa tua bisa dilalui di Panti Jompo. Ada plus minus lansia dititipkan di panti jompo. Bagi si anak, tidak repot, karena sudah ada yang mengurus. Tapi menurut saya lebih banyak sisi negatif dari segi hubungan emosi dengan anak. Ora
ngtua akan merasa diri dikucilkan, merasa dibuang. Perasaan dibuang ini akan berdampak kurang baik bagi kesehatan fisik.

Bergaul dengan orang seusianya mungkin akan membuat lansia akan merasa lebih baik.  Pada usia tua akan banyak penyakit saling menghampiri. Soal panti jompo, di luar negeri sangat dicari para lansia. Coba baca deh tentang panti jompo di Copenhagen yang mend
apat fasilitas pelayanan seksual. Atau panti jompo rasa hotel seperti yang ada di Cinere. Di panti jompo mereka bisa bergaul dengan orang seusianya. Tapi menitipkan orangtua seakan-akan anak tak hirau lagi terhadap orangtuanya..

Hmmmm.... kenapa sih tidak semua ora
ng tua bisa belajar seperti itu. Dan yang paling penting, mengapa banyak anak yang bersikap seperti itu kepada orang tuanya...?

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena