02 Februari 2008

Keutamaan Perempuan

Kemarin saya sempat replai di tempatnya yang membahas tentang begitu berharganya perempuan. Sempat saya kutip sepotong tulisan kang RJ dan saya paste ke replainya Deby. Kutipan itu sepintas memang seide dengan tulisan Deby. Tapi kemudian saya telaah ulang dan saya melihat justru bertentangan dengan kemuliaan perempuan yang dimaksud Deby. Inti replai saya adalah jawaban atas pernyataan sebagian ulama kita yang sering mengatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka itu perempuan.

Hadist ini kan tidak sesuai dengan QS 56:36-37 : "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka sebenar-benarnya; Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan berusia sebaya"

Nah ayat ini berkenaan dengan para bidadari, yang Allah ciptakan dari perempuan yang saleh. Di surga lebih banyak bidadari daripada laki-laki mukmin. Secara tidak langsung menunjukkan bahwa kebanyakan penghuni surga justru perempuan.

Ternyata Deby setuju sekali dan begitu semangat menjawab "amiiiiiiiiiiiiiin" atas pernyataan saya ini, sampai kemudian saya tanya lagi. "Tapi Deb, ada yang ga saya suka dari surga... Satu laki-laki mukmin akan dapet 40 bidadari. Kalo Deby jadi bidadariku... Mau ga jadi yang ke 40...?"

Eh, yang ditanya malah ngamuk. "Pokoknya ga mau... Maunya jadi yang pertama dan yang terakhir..."
He he he... kok jadi plin plan gitu Deb..?

Kalo ada yang nanya kenapa saya males berangkat pengajian, salah satunya ya yang seperti ini. Sepemikiran dengan kang RJ, banyak sekali diungkapkan hadist hadist yang menurut saya tidak jelas asal-usulnya dan seolah-olah begitu mendewakan makhluk yang namanya laki-laki walaupun saya juga laki-laki tulen.

Laki-laki dan perempuan menurut saya memilik hak dan kewajiban yang sama. Coba baca QS 16:97. "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Lebih lanjut ada hadis yang menyatakan begitu berartinya perempuan:
Nabi saw berkata, "Samakanlah ketika kamu memberi anak-anakmu. Bila ada kelebihan, berikan kelebihan itu kepada anak perempuan." Ketika ada sahabat yang mengeluh karena semua anaknya perempuan, Nabi berkata, "Jika ada yang mempunyai anak perempuan saja, kemudian ia memeliharanya dengan sebaik-baiknya, anak perempuan itu akan menjadi pengahalang baginya dari api neraka (Muslim).

Hanya saja kesamaan itu tidaklah identik. Karena manusia telah dikaruniai kodrat masing-masing yang seringkali tidak bisa untuk saling tukar. Inilah yang kadang membuat terjadinya pertengkaran antar gender. Padahal manusia diciptakan berbeda-beda itu untuk saling melengkapi bukan saling tuntut. Seolah kita lupa bahwa Alloh SWT telah mengingatkan kita :
"Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada di sisi mereka (masing-masing)." (Surat Al-Mukminun: 53)
"Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu gagal dan hilang kekuatanmu." (Surat Al-Anfal: 46)

Saya malah lebih setuju dengan kutipan Hadis Bukhari dan Ahmad yang meriwayatkan:
Ketika Aisyah ditanya apa yang dilakukan Rasulullah di rumahnya, ia berkata: "Nabi melayani keperluan istrinya menyapu rumah, menjahit baju, memperbaiki sandal, dan memerah susu."
Anehnya, hadis ini jarang disebut oleh para mubalig. Hadis-hadis lain yang juga jarang diungkap:
Rasululloh berkata,"Begitu pula laki-laki menanggung dosa yang sama seperti itu bila ia menyakiti dan berbuat zalim kepada istrinya. Barang siapa yang bersabar (menanggung penderitaan) karena perbuatan istrinya yang buruk, Allah akan memberikan untuk setiap kesabaran yang dilakukannya pahala seperti yang diberikan kepada Nabi Ayyub."

Karena hadis ini, saya selalu disiap untuk mengerjakan tugas rumah tangga seprti memandikan anak, menyapu rumah, mencuci dan menyetrika walaupun sering diprotes kalau lantainya kurang bersih kalau saya yang ngepel. Dan mungkin karena hadis ini pula saya ditakdirkan mendapatkan pahala seperti yang diberikan kepada nabi Ayyub. He he he... sembayangan..

Hmmm... rumit memang.
Apalagi saya kurang faham soal agama dan hanya tau dari apa yang saya baca tanpa bisa menafsirkan langsung dari sumbernya yaitu Al Quran dan hadis. Jadi ya sekedar beropini saja lah...

Andai saja pada jaman Nabi SAW hidup sudah ada teknologi hologram dan kecerdasan buatan, sehingga isi otak nabi bisa ditransfer ke super komputer untuk menjawab atas semua pertanyaan kita...

Ada bantuan pendapat..?

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena