12 Agustus 2010

Resmi Jadi Pengangguran

Hari ini hari pertama menjadi pengangguran. Sebenarnya masih harus ke kantor untuk ambil harta benda yang tersisa berupa buku-buku di gudang atas. Namun aku sengaja menunda itu agar tak terlalu mengusik perasaan teman-teman katanya kecewa dengan kepergianku. Juragan duren di depan galeri malah sempat ngambek dan ngomel-ngomel ketika dia tanya kenapa aku pergi, iseng kujawab dipecat si bos. hahaha..

Sebenarnya tak cuma mereka, aku juga sedih meninggalkan kebersamaan sekian lama. Tapi aku tak boleh hanyut dalam perasaan itu. Biarlah semua itu menjadi kenangan masa lalu. Ada beban masa depan yang lebih penting untuk aku jalani. Banyak memang yang mempertanyakan kenapa aku pergi sebelum ada pegangan lain.

Tapi itulah aku. Sejak dulu tak pernah berpikir panjang apalagi tentang uang dalam hal pekerjaan. Walau secara ekonomi memuaskan, bila merasa kurang nyaman, aku suka langsung kabur begitu saja. Apalagi ketika aku ngobrol dengan istri tentang rencana keluar kerja, dia malah kelihatan suka. Makanya ketika aku kasih tahu sms dari si bos, senyum istriku malah makin lebar. Hehehe aneh aja, punya suami mau jadi pengangguran kok malah bangga..?

Aku sendiri belum punya rencana mau apa atau kemana. Pokoknya aku ingin bayar hutang perhatian dulu ke anak istri yang selama setahun ini sulit mereka dapatkan. Sejak hari ketiga pernikahan, istri sudah aku bawa ke Jogja dan langsung aku tinggal lembur di kantor dan dua hari ga pulang. Hari-hari selanjutnya, aku hanya bisa memberikan kebersamaan ketika malam mulai larut. Bahkan di hari minggu atau tanggal merah, jarang aku bisa ada didekatnya. Begitu pula ketika Citra lahir. Makin terasa beban hutangku itu.

Apabila aku hidup di Jakarta, mungkin istriku tak akan berpikir seperti ini. Tapi ini Jogja. Melihat tetangga kanan kiri jam 2 atau 4 sore sudah bercengkrama dengan keluarga, wajar rasa iri dalam hatinya perlahan-lahan tumbuh. Belum lagi di hari minggu disaat tetangga berlibur atau bersosialisasi kerja bakti di lingkungan, cuma aku yang tak pernah bisa.

Yang agak kacaw adalah, begitu dengar aku sudah nganggur, banyak teman yang sms atau telepon. Sayangnya bukan nawarin kerjaan, melainkan nanya aku mau kemana, mereka bilang ingin ikut. Padahal suer, aku belum berencana apa-apa. Apalagi menyebar lamaran atau jadi asongan map berisi ijasah. Aku sendiri tak tahu ijasahku dimana. Karena memang dalam sepuluh tahun belakangan ini aku tak pernah melamar kerja. Setiap kali keluar kerja, aku biasanya cari kegiatan asal-asalan sampai ada yang menghubungi minta aku bergabung.

Ada sih satu dua penawaran, tapi sayang di Jakarta yang jelas-jelas aku tak mau kesana. Sepertinya aku coba untuk bertahan dulu di Jogja. Dan bila itu pilihannya, kayaknya aku harus membuka usaha sendiri. Bekerja di Jogja lumayan berat bila mengingat UMR yang cuma 700 ribu dan masih banyak yang menghalalkan gaji di bawah UMR. Kupikir buka angkringan sego kucing lebih meyakinkan untuk sekedar bertahan hidup sebelum menemukan pekerjaan yang lebih menjanjikan.

Jadi maap, teman.
Bila sementara aku tak bisa banyak jalan-jalan. Sekarang aku bukan lagi koruptor yang bisa seenaknya nyolong internet dan jam kantor untuk ngenet. Waktuku lebih banyak tersita untuk Citra yang mulai juneng alias dijunjung meneng. Kalopun Citra sudah diem, internetnya sudah dipake ibunya cari resep masakan untuk buka.

Tunggu saja dunia kembali berputar ke atas.
Dan sementara biarlah selembar kartu nama terakhirku menjadi koleksi tambahan yang ke delapan.

8 comments:

  1. Kartu namane apik. pake corel ya om, buatnya...
    ditunggu angkringannya, pake hotspot ya...

    BalasHapus
  2. wahh...
    kayakx senang banget mas jadi pengangguran,,,
    hehehe

    BalasHapus
  3. Selamat mas! hehehehe... salam kenal

    BalasHapus
  4. ke solo mau? ,banyak lowongan warung hik dekat kampus butuh waitres buat persiapan buka puasa.... hehe

    BalasHapus
  5. kalo itu memang sudah menjadi keputusan mutlak mu.... so.. just do it..

    BalasHapus
  6. semoga mendapat pekerjaan yang lebih nenentramkan hati dan pikiran...

    BalasHapus
  7. kok yg digambar cuman ada dua....???
    wach, belom belajar ngelola gallery udah keburu resign....,, hehee...,,

    guendheng oms, aku ae sek mikir² ngambil jalan semudah itu...,, hehee...,,

    BalasHapus
  8. ayo dong jalan2. biar aku yang jadi tukang becaknya. halahhhhh.. salam buat citra dan maminya, selamat mendapatkan bapak dan swami kembali. hihi

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena