22 Agustus 2010

Indonesia Merdeka 2 Januari

Ada obrolan pendek dengan seorang teman tentang kata nasionalisme. Temanku menanyakan kenapa aku dan sebagian masyarakat kita begitu skeptis terhadap pola pengelolaan negara kita saat ini. Segala yang dilakukan pengelola negara seolah tak ada yang benar dan selalu salah adanya.

Aku sendiri tak komentar banyak. Mungkin karena tahu temanku itu termasuk pendukung penguasa saat ini. Aku cuma bilang, ini sudah menjadi kesalahan umum yang juga dosa penguasa juga. Mereka yang awalnya ingin mencari kambing hitam agar terlihat bersih, secara tak langsung telah mendidik opini rakyatnya ke arah yang keliru.

Seolah kita semua lupa, bahwa segala sesuatu pasti memiliki sisi baik dan buruk. Sama dengan rezim orde baru yang tumbang. Oleh mereka yang mengaku sebagai kaum reformis, orde baru selalu dijadikan sasaran atas segala keboborokan reformasi. Hal-hal baik yang pernah dicapai orde baru pun tak mau mereka akui apalagi lanjutkan. Walau kenyataannya, program tandingannya ternyata hasilnya jauh dari harapan. Tapi tetap saja kegagalan itu kembali dilimpahkan ke masa lalu.

Seperti seorang pembesar politik yang selalu berteriak dirinya dan partainya selalu dikebiri. Ketika sebuah peristiwa yang harus menelan korban jiwa simpatisannya berhasil mengangkatnya ke pucuk kekuasaan negeri ini, nyatanya dia tetap saja tak bisa berbuat apa-apa. Padahal apa susahnya bagi orang nomor satu di negeri ini untuk mengusut kasus yang telah mengorbankan orang yang begitu fanatik kepadanya. Sampai dia turun dari tampuk kekuasaan, kasus itu tak pernah dia usahakan terungkap. Anehnya sampai saat ini dia masih saja suka teriak-teriak yang ga jelas. Waktu masih berkuasa kemana aja hoi...?

Hobi melempar masalah ke pihak lain ini yang kemudian merasuk ke sebagian besar teman kita. Apalagi setelah melihat para politisi begitu mudah menjadi kutu loncat kesana kemari tanpa tujuan yang jelas untuk rakyat. Kita pun makin gampang memuji orang dan berubah mencacimakinya besok ketika melihatnya tak sesuai harapan kita.

Makanya ketika aku dibilang ga nasionalis, aku tak mau ambil pusing. Aku tak ingin bermuluk-muluk merubah opini banyak orang, bila kenyataannya merubah diri sendiri pun sulit. Biarlah aku belajar merubah diri sendiri saja ke arah yang lebih baik. Orang lain mau ikut syukur, engga juga gapapa toh itu hak mereka. Itu juga yang selama ini aku artikan sebagai kemerdekaan. Aku merdeka untuk berbuat apa saja sejauh tidak nggamparin orang lain.

Walau aku tak peduli dengan pengelolaan negara, yang penting aku tetap mencintai bangsa ini. Tak apa nasionalismeku dibilang sempit, karena memang begitu adanya. Pemahaman atas nasionalismeku mungkin bisa disamakan dengan anak TK yang ditanya, "kenapa lambang negara kita burung garuda..?"

Jawabannya, "karena negara kita merdeka tanggal 17 agustus..."
"Maksudnya..?"
"17 dilambangkan jumlah bulu sayap dan ekor 8 helai.."
"Benar engga itu..?"
"Kayaknya engga, karena kita lebih pantas merdeka tanggal 2 januari"
"Garuda terlalu gagah buat negeri ini, lebih pantas diganti capung aja..."
"Kan gapapa merdeka 2 januari lambangnya tetap garuda"
"Tar ketauan dong, kalo garuda kita sudah dikebiri hingga sayapnya tinggal 2 helai dan ekornya tinggal selembar..."

Hayo siapa mau ikut menggunduli garudaku, mumpung masih nyisa sedikit bulunya...?



10 comments:

  1. kasihan banget tuh kalau bener bulu sayap 17, ekor 8 trus bulu dada 45,.. tuh elang botak-botak dong jadinya,..

    BalasHapus
  2. ndak usah musingin nasionalis atw ndak...

    intinya skrg...

    sejahterakan diri dulu mi..belakangan nasionalisme...

    BalasHapus
  3. wakakakak, gokil ni masnya,,, masa garudanya dikebiri XD

    BalasHapus
  4. Hiduplah Idonesia Raya..... Ini kacang ku kacang Garuda... Garudane sekie dinggo iklan lah ...

    ora kuwe kaose maen temen koh .. tuku neng ngendi?

    BalasHapus
  5. asman...
    malah seneng yah, nemu burung spesies baru..?

    BalasHapus
  6. skydrug...
    hehehe bener juga yah..

    BalasHapus
  7. helmi... cuman simbol aja tuh. banyak pengebirian disekitar kita. atau mutilasi yah..? hahaha

    BalasHapus
  8. wong cilongok..
    hahah tuku nang hanoi pas pameran...

    BalasHapus
  9. wkwkwk....yang terakhir tu bikin ane sakit perut wwkwkwkwk.....berdosakah ane kalo ane bukan orang yg nasionalis......

    BalasHapus
  10. Ha..Ha..Ha bener rika ketimbang wong gemblung. Enyong tek melu mbeduli wulu ne lah, arep tek go kliti

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena