05 Agustus 2010

Tata Krama

Walau ketemu sebentar karena mbakyu Silvy udah harus balik ke Belanda, tapi ada obrolan menarik dari beliau tentang sopan santun. Selama ini kita begitu berbangga hati dengan sebutan bangsa yang ramah tamah, walau benar apa kata mbak Silvy, tata krama yang mana..?

Selama ini kita suka mencela orang barat yang katanya tak kenal unggah ungguh. Tak perlu terlalu jauh deh, yang deket-deket aja, orang Jogja sering menertawakan orang dari kultur Banyumasan hanya karena bahasa yang katanya ngapak dan tidak sopan. Alasan tidak sopan orang ngapak dan orang barat tuduhannya hampir mirip. Tidak ada perbedaan kasta dalam berbahasa. Kepada orang tua atau anak muda tetap menyebut you, kalo orang ngapak nyebutnya rika.

Makanya aku sempat kagum ketika melihat tata bahasa orang di daerah yang kulturnya terpengaruh feodalisme kraton. Dimana anak ke orang tua atau bawahan ke atasan begitu halus dan kadang pake acara nunduk-nunduk, biarpun sebaliknya tidak. Namun ketika aku melihat kenyataan sehari-hari, budaya tata krama itu sepertinya terkungkung di lingkungan kraton. Keluar dari situ, tetap saja budaya acak adut yang kita temukan.

Apa mungkin yang dinamakan tata krama cuma sebatas kita mengucap "nderek langkung" ketika lewat di depan orang lain. Tapi ketika harus antri di terminal atau ATM kita suka berdesak-desakan dan kadang main serobot. Kadang memang tidak terlihat di depan umum seperti bila kita mengurus surat apa di suatu instansi. Kelihatan antriannya lancar, tapi tahu-tahu ada yang nyelonong dari dalam meletakkan berkas dan langsung digarap oleh petugasnya. Sementara yang telah rela antri dibiarkan berdiri menunggu giliran. Budaya kita yang penuh sopan santunkah ini..?

Mencoba mengingatkan orang lain untuk tertib di tempat umum malah suka menimbulkan keributan. Seperti ketika mengingatkan orang yang merokok di bus umum, padahal di sebelahnya ada ibu-ibu mengendong bayi. Tak jarang aku temukan orang yang diingatkan malah ngomel. Mungkin memang tak ada gunanya mengingatkan orang di masyarakat yang main anarkis ini.

Kayaknya lebih baik kita mulai dari diri kita sendiri dan syukur keluarga. Karena jangankan mendidik orang lain yang tak kita kenal, mendidik anak pun suka susah sekali. Pengaruh lingkungan seringkali lebih dominan dibanding orang tua. Tak jarang anak di rumah begitu penurut tapi ketika keluar rumah, dia berubah menjadi liar.

Cara mendidik pun kadang kita serba salah ketika dihadapkan dengan tata krama. Menghaluskan istilah kepada anak kadang jadi salah paham. Sedangkan untuk mengajarkannya blak-blakan seperti orang barat atau ngapak dianggap saru. Untuk penggemar Sarmidi curanmor mungkin tak asing dengan cerita tentang penggunaan istilah mengetik, sebagai penghalusan kata hubungan suami istri ketika anak ada di dekatnya.

Cerita lain mungkin seperti pengalaman temanku yang anaknya kalo pengen throw big water suka teriak, mau beol bu...! Karena takut dianggap melanggar tata krama, terutama kalo pas ada tamu apalagi sedang makan, ibunya menyuruh anak untuk bilang "mau nyanyi" setiap kali kebelet.

Si anak pun nurut dan tak lagi memalukan orang tua di depan umum. Tapi ketika ortunya harus keluar kota, anak dititipkan di rumah neneknya. Tengah malam si anak bilang, "nek, aku pengen nyanyi..."

"Wah sudah tengah malam, cu. Nanti mengganggu tetangga," jawab si nenek.
"Ga mau pokoknya aku mau nyanyi. Dah kebelet banget nek..."

Melihat cucunya sampai merah muka nahan kebelet, si nenek berpikir si cucu mau nangis karena ingin nyanyi beneran. Trus dia bilang, "Ya udah nyanyinya disini saja deket telinga nenek. Jangan keras-keras tapi ya..."

Dan cucunya menurut...

Bertatakrama kok susah yah..?

 

8 comments:

  1. Nek beol ki ya bangeten contone mas. Pipis lah, dadi iso langsung "currrrrrrrrrrrrrrrrr" neng kupine mbahne............

    BalasHapus
  2. lagi jamanekok melebih lebihkan berita agar kelihatan lebih dramatis. hehehe...

    BalasHapus
  3. Ha ... ha ... ha .... lǝƃɐpu

    BalasHapus
  4. mampir berkunjung doang neh...
    sukses selalu

    BalasHapus
  5. jiahaha..

    ada-ada aja..
    jadi yang ngajarin ibunya itu bukan neneknya ya?

    BalasHapus
  6. saLam kenaL dari PurbaLingga...

    BalasHapus
  7. wah gambarnya keren. gag cuma bebek yg bs antre, anjing juga.:D

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena