11 Oktober 2011

Long March

Pagi-pagi banyak tentara lewat di depan rumah ortu. Tidak ada yang aneh buat warga kampung, karena kegiatan semacam itu rutin banget dilakukan. Kampungku memang berada di jalur long march Bandung Cilacap bagi tentara yang lagi pendidikan untuk kemudian pelantikan di Nusakambangan. Aku saja yang kelamaan ngeluyur keluar daerah, sehingga bertahun-tahun lamanya aku baru lihat lagi ada tentara jalan jauh. Yang menarik buatku bukanlah tentaranya, tapi kebiasaan warga meletakan air minum di pinggir jalan ternyata belum punah ditelan jaman.

Untuk masyarakat pedesaan, inspirasi jaman perang kemerdekaan dulu sepertinya melekat teramat erat. Sehingga istilah ABRI Manunggal atau rakyat pejuang dan pejuang rakyat masih tersisa dalam benak. Aku merasakan sendiri sekitar 20 tahun lalu, ketika masih suka ikutan acara long march baik itu jurit pendadaran atau sekedar napak tilas jejak pahlawan. Saat melintas di daerah pedesaan, sepanjang jalan selalu ada air putih dalam kendi dan toples berisi gula merah. Tidak terlalu wah, namun terasa terasa hangat sambutan sederhana itu.

Beda saat masuk kota. Jangankan sambutan meriah, tak jarang malah dibilang orang kurang kerjaan oleh gerombolan anak muda yang nongkrong di tepi jalan. Kalopun ada yang berbaik hati menyodorkan botol-botol minuman kemasan, tak pernah berhenti sambil berteriak, "kua kua kua... permen permen..."

Walau kebiasaan menyediakan air minum sudah jadi kebiasaan, tapi tak setiap ada tentara long march mereka nyediain air di depan rumah. Mereka mau nyiapin kalo dilihat baju lorengnya ijo-ijo. Kalo ada merahnya, dikasih apapun tak bakal disentuh. Yang baju loreng hijau-hijau biasanya tentara infantri yang masih dikasih kebebasan untuk rada nyantai. Kalo yang loreng hijau merah, adalah Kopassus yang pelatihannya sangat keras sampai minta minum ke penduduk kayaknya haram hukumnya.

Yang pernah aku saksikan saat masih SD dulu. Ada tentara loreng merah yang ngumpet-ngumpet masuk ke rumah simbah. Bukan untuk makan minum. Cuma minta sedikit bawang dan minyak goreng untuk telapak kakinya yang melepuh, trus ketahuan instruktur. Kedengarannya langsung disiksa di halaman rumah. Aku ga liat langsung, karena komendannya menyuruh simbah membawa masuk rumah semua anak-anak yang lagi bermain di halaman sebelum menghukum anak buahnya.

Long march ala Kopassus aku juga pernah sedikit merasakan dulu. Tiga hari dikasih teori survival di daerah Gunungpati Semarang sana. Tiga hari kemudian disuruh jalan kaki naik Gunung Ungaran sampai ke Ambarawa cuma dibekali tali, pisau dan garam. Namanya juga praktek survival, selama tiga hari beneran makan apa adanya di hutan persis kambing. Tidurpun di atas pohon karena ponco dan matras ga boleh dibawa.

Baru di hari ketiga aku bisa sedikit tersenyum saat masuk daerah Babadan. Badan loyo kurang makan kurang tidur mendadak semangat 45 melihat ada ayam lagi ngeceng di pinggiran kampung. Digerebek anak satu regu, akhirnya apes juga nasib tuh ayam harus bobo manis di atas api unggun. Lebih apes lagi saat aromanya menandakan daging hampir matang. Segerombolan instruktur nongol tanpa diundang dan langsung menebar hukuman.

Sudah leklok dihujani pus ap, sit ap dan sejenisnya, masih harus direndam sungai sambil menyaksikan para penghukum itu mengembat ayam panggangnya. Sebel dihukum tanpa pengadilan, aku beranikan diri komplen minta kejelasan kenapa menangkap ayam bisa dikategorikan berdosa. Padahal dalam pelajaran teori sebelumnya dijelaskan, definisi survival adalah teknik untuk mempertahankan hidup dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar. Dalam kasus ini jelas-jelas ayamnya yang nyamperin, bukannya aku sengaja masuk kampung buat nyolong ayam. Apakah memanfaatkan ayam yang keluyuran tanpa diundang demi mempertahankan hidup itu menyalahi hukum survival..?

Eh, si sontoloyo malah jawab gini. "Alasan diterima. Bariskan kembali regumu dan lanjutkan perjalanan.."

Diterima sih diterima
Tapi kenapa ga dari tadi...
Sebelum reguku disiksa abis
Dan ayam panggangku belum diembat...


7 comments:

  1. keras banget ya pendidikannya...

    BalasHapus
  2. NGERI BANGET IKUT SURVAIVAL YA...

    BalasHapus
  3. asal jangan nangkep bebek aja ya...!
    bisa gosong kalo aku dipanggang..

    BalasHapus
  4. wuih pelatihan kopassus ternyata berat ya :P
    masih baik2 ya orang desa menyediakan air minum sudah langka pastinya disini mah

    BalasHapus
  5. pantesan bae pln milih kopassus nggo Diklat,Ternyata segitunya...
    sial padahal taun ngarep aku diklat,kudu siap mental kie tah --a

    BalasHapus
  6. Kasihan bener... wkwkwk... Emang badan loyo masih kuat buat jalan? :p

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena