Jangan Panggil Aku Shahrul

Aku sedang mengamati poster pameran jangan panggil aku china, ketika seorang teman berteriak, "jangan panggil aku Shahrul..!"

Aku ajak dia duduk dan aku tanya apa maksudnya. Buatku ini aneh. Ini beda dengan kasusku dulu. Aku juga pernah menolak dan protes keras ketika aku dipanggil SBY. Karena aku lebih suka di panggil rawins.

"Ngapain sih kamu ributkan nama pemberian orang tuamu..?"

"Bukan orang tua... Ini nama pemberian seseorang yang pernah berarti buatku..."

"Kenapa tidak mau, toh sangat berarti..? Apalagi artinya juga bagus. Banyak disebut dalam kitab suci. Shahrul Ramadhan, bulan suci yang dinanti banyak orang..."

"Justru aku tak mau begitu. Aku ingin berarti untuk satu orang saja walau cuma dalam hati. Aku juga tak suka nama yang berarti bulan, karena sering membuatku menjadi bulan-bulanan."

"Tapi untuk cintamu, nama itu penuh makna kan..?"

"Itu juga yang aku pikirkan. Bulan kan ada 12. Berarti dia punya 12 shahrul dong.."

"Berarti ini tentang cemburu..?"

"Bukan. Ini tentang arti sebuah nama.."

"Santai saja, bro. Kita hidup di negara plesetan. Walau namamu bukan Komar. Tapi anggaplah itu punya makna bak bulan purnama indah yang selalu dipuja-puja orang lain."

"Aku tak mau begitu. Aku hanya dipuja-puja sebatas bias kacamata semata, tak pernah sampai di hatinya. Walau indah, bulan itu terlalu jauh untuk bisa diraih. Hanya membuat lautan hatiku berombak pasang surut terpengaruh gravitasinya. Dan ketika aku ingin memeluknya, tetap saja itu hanya fiksi."

"Hidup ini memang fiksi, panggung sandiwara yang kadang hanya omong kosong tanpa bermakna. Siapa yang tahu kamu bakal bisa mengikuti jejak yang mendunia di alam fiksi. Sekedar bayangan namun mampu menggemparkan dunia melalui actingnya. Dan siapa yang sadar bila itu tak nyata.."

"Heeh, siapa sih yang kamu omongin..?"

"Shahrukk Khan.."

"Mondol, ini Shahrul, si pujaan dalam khayalan..."

Wah, kalo yang itu aku sendiri bingung ngomongnya, apalagi yang baca...