13 April 2008

Boneka

Beberapa hari lalu ketika berjalan menuju halte untuk pulang, aku melewati lapak kaki lima yang menjual boneka. Entah mengapa aku berhenti agak lama disitu walau tanpa sepatah kata. Penjual boneka yang imut dan manis tak mampu mengusik perhatianku dari tumpukan boneka-boneka lucu yang ada disitu.

Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba seperti ada yang berdebar tak karuan dalam dadaku. Rasa apa aku pun tak tahu dan sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dibilang seperti kesemutan, tapi di dalam dan seolah menjalar ke seluruh tubuh. Malah kalau bisa diumpamakan, rasanya seperti saat tersiksa rindu ketika aku jatuh cinta.

Sampai di rumah kontrakan aku masih saja terus memikirkan perasaan aneh itu. Sebenarnya aku sudah lupa semua itu. Tapi sore tadi aku lewat tempat lagi, perasaan yang sama muncul kembali. Semua itu membuatku mencoba berpikir ada apakah gerangan dengan boneka-boneka itu.

Aku ingat penjualnya kah...? Tak mungkin rasanya sedalam itu. Atau aku ingat teman lamaku yang gemar koleksi boneka..? Bisa jadi. Tapi kayaknya pikiranku tak terfokus kesitu. Cuma yang aku tahu diantara banyak temanku yang suka banget boneka cuma Si Aisyah itu. Temanku itu, atau lebih tepatnya dia sahabat penaku karena memang perjumpaan kami lebih sering lewat perantaraan pak pos.

Setiap kali mendengar aku kemah atau mendaki kemana, pasti tak ada yang lain selain minta dicarikan boneka. Bukan boneka barbie atau sejenisnya. Tapi boneka dari benang wool atau aku sering menyebutnya boneka berbulu yang lucu. Hobinya itu baru berhenti ketika dia menikah dan punya anak. Beberapa tahun kemudian aku sempat mampir ke rumahnya ketika pulang dari gunung Sindoro. Aku sempat tertegun ketika melihat anaknya bermain-main boneka kelinci pink yang sudah mulai pudar warnanya. Dan ibunya tanggap melihat aku terdiam agak lama. Setengah berbisik dia mengatakan bahwa itu boneka kesayangannya yang aku berikan dulu saat dia sweet seventen. Hanya boneka itu yang dia pertahankan selama tujuh tahun karena nilainya yang tak terkira buat dia. Dan aku makin tertegun campur bengong ketika dia menjelaskan apa sih yang dimaksud kenangan tak ternilai itu...

Aku yakin bukan. Aku tidak terkenang si pemendam cinta itu. Tapi aku juga tidak tahu kenapa ada rasa yang seperti itu. Apakah ada seseorang yang aku lupakan atau aku tak tahu tapi dia sangat berarti atau akan menjadi seseorang yang sangat berarti buat aku suatu saat nanti yang juga penggemar boneka..? Hmmm... PR yang teramat sulit buat aku cari jawabannya siapa.

Atau ini merupakan pertanda kalau aku harus bisa menerima kenyataan bahwa hidupku tak lebih dari sekedar boneka panda yang lucu. Yang harus bisa menghibur, menemani seseorang dalam segala keadaan, menurut mau diperlakukan seperti apa tanpa aku harus bisa berbuat atau menuntut apa-apa dari seseorang itu.

Benarkah begitu..?
Tapi siapa pemilikku..?
Seseorang kah..?
Atau...
Tuhankah..?

angsa kecil mencari jawaban...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena