11 April 2008

Analogi Angsa Kecilku

Tadi malam saya iseng googling untuk memeriksa apakah blog baru saya ini sudah terindeks oleh google apa belum. Dan memang belum. Tapi saya malah menemukan banyak hal-hal penting dan bagus berkaitan dengan pemilihan nama angsa kecil ini.

Sebenarnya nama itu tidak sengaja saya pakai. Beberapa nama yang saya masukan selalu ditolak blogger. Lalu saya ingat beberapa waktu lalu saya melihat ada seekor anak angsa yang jatuh ke dalam lubang. Induk angsa ikut turun ke lubang itu dengan maksud akan menolong anaknya. Tapi angsa bukanlah kucing yang bisa menggigit tengkuk anaknya untuk berpindah tempat. Lama saya perhatikan usaha induk angsa mengeluarkan anaknya dari lubang itu. Sampai akhirnya induknya menyerah lalu terbang meninggalkan angsa kecil itu sendirian.

Anak angsa awalnya kebingungan dan menurut saya berteriak-teriak minta tolong. Setelah agak lama dia berhenti menguik (eh, maaf. istilah tepatnya apa sih..?). Dia lalu berusaha mengepakkan sayapnya mencontoh gerakan induknya saat meninggalkan lubang tadi. Gagal dan selalu gagal, karena memang sayapnya belum berbulu. Sebenarnya saya kasihan dan ingin menolong angsa kecil itu. Sayang kemudian hujan turun dengan deras membuat saya malah beringsut masuk ke warung yang tak jauh dari situ. Dari dalam warung saya terus perhatikan makhluk lemah itu. Kasihan dia. Sudah jatuh ke lubang dalam, ditinggal induk dan teman-temannya, masih harus diterpa hujan teramat lebat.

Heeeh... ternyata dia tidak mengeluh. Terus saja dia mengepak-ngepakan sayap mungilnya. Saat air mulai membanjiri lubang itu, angsa kecil mulai berenang. Ketika lubang itu sudah penuh air, dia bisa keluar dan segera berlari mencari induk dan saudara-saudaranya mnerobos lebatnya hujan.

Hanya itu inspirasi saya tentang angsa kecil. Kegigihannya dan kemampuan mengubah penderitaan dibawah hujan menjadi sarana untuk keluar dari masalah terasa sekali mengena dalam hati saya.

Kemudian malam tadi saya menemukan analogi yang bagus hasil pencarian om google. Formasi angsa terbang. Yah.... angsa terbang di musim gugur untuk mencari udara panas di belahan bumi selatan. Mereka menggunakan formasi V. Ada angsa yang terbang paling depan dan di belakang angsa itu ada dua angsa dan di belakang masing-masing dari dua angsa tersebut ada satu ekor angsa dan terus sampai ke belakang. Biasanya jumlah angsa tersebut sampai 11 ekor dan membentuk huruf V.

Kepak sayap dari angsa yang di depan akan mengelevasi angsa yang di belakangnya. Begitu juga dengan angsa di baris kedua, walaupun mengepakkan sayap dengan tenaga yang lebih ringan tetap saja akan dapat mengelevasi angsa di baris berikutnya. Ini mengakibatkan angsa yang paling belakang sama sekali tidak perlu mengepakkan sayap. Dia hanya perlu merentangkan sayap selebar mungkin untuk mendapatkan daya elevasi dan sayapnya yang aerodinamis tadi akan tetap membuatnya terbang. Itu berarti semakin ke belakang maka akan semakin ringan beban untuk terbang.

Ketika angsa terdepan mulai mengalami kelelahan maka dia akan menurunkan ketinggian terbangnya Ketika itu pula salah satu dari dua angsa yang di belakangnya akan terbang lebih cepat untuk menjadi angsa terdepan. Barisan itu pun akan maju sehingga angsa yang terbang rendah tadi dapat masuk menjadi angsa paling belakang dari barisan itu. Dengan demikian mereka dapat terbang cukup lama tanpa harus beristirahat. Pernahkah Anda menyadari bagaimana bila mereka terbang sendiri? Mungkin mereka akan terlambat dan ketika salju mulai turun mereka belum sampai di selatan. Atau bahkan mereka sudah mati kelelahan karena tidak ada yang membantu.

Analogi yang indah untuk mencapai satu tujuan. Tepat untuk saya dengan kondisi saat ini. Sebagai orang jawa, analogi sapu lidi agaknya lebih pas. Orang Jawa bila tercerai-berai jarang yang bisa mencapai sebuah sasaran. Bersatu dari awal itulah kuncinya. Guyub rukun, gotong royong menjadi sebuah falsafah yang utama. Sampai ada istilah "mangan ora mangan asal kumpul".

Bila bersatu dari awal adalah kunci, bagaimana dengan saya yang sedang terbuang dan sebatangkara seperti ini..? Change..!!!

Lihatlah bila beberapa ekor angsa diikat. Akankah mereka terbang dengan kompak..? Tentu tidak. Berlarian saling seret dan saling menyakiti yang pasti. Lepaskan ikatan, biarkan mereka hidup sendiri-sendiri. Begitu terbang, mereka akan menjadi kompak dan saling bantu tanpa ada persetujuan atau ikatan apapun sebelumnya.

Semoga anak angsaku bisa segera memiliki sayap dan menemukan kawanan angsa lain untuk terbang bersama menuju cita-cita...

Arsip Angsakecil

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena