13 April 2008

Sukses Dengan Hati

Begitu banyak orang mengaitkan kata sukses dengan ketenaran dan kekayaan. Orang jarang dikatakan sukses sebelum dia mendapat kelimpahan materi dan popularitas. Ini adalah sebuah pemahaman yang menurut aku kurang pas namun telah menjadi sesuatu yang umum.

Temanku berkomentar, "kamu ngomong begitu karena kamu kere."

Yah... mungkin itu jawaban paling telak terhadap pendapatku bila ditanya tentang makna sukses. Seperti apa Bill Gates sukses berlimpah harta dengan menekuni Microsoft, Henry Ford dengan Ford Motor Company, Kolonel Sanders dengan KFCnya, Ical dengan Bakrienya sampai menjadi orang terkaya di Indonesia, SBY dengan karir militer dan politiknya yang cemerlang sampai menjadi orang nomor satu di negeri ini dan banyak lagi contoh lainnya.

Namun itu menjadi samar kembali dalam benak ketika aku melihat Rasulullah SAW, Qaid Al-Azam, Bunda Teresa dan Topik Jumanto, seorang tukang tambal ban di desaku yang terpilih menjadi Kepala Desa mengalahkan rivalnya mantan kepala desa yang memiliki nilai lebih dalam hal materi.

Beberapa temanku di Jokja tampak biasa saja dalam penampilan sehari-hari bahkan sedikit "ora mitayani". Namun di sela-sela kesibukannya melayani seni di lesehan Malioboro, dia tak pernah absen ke kampusnya untuk menyelesaikan S2nya. Kontradiksi dengan apa yang aku temukan di Jakarta. Ada teman yang ngomel ketika aku lupa menambahkan embel-embel "SH" waktu menuliskan namanya. Atau tetangga kaya yang mendadak tidak lagi mau menjawab bila namanya dipanggil, tapi sigap berubah ramah ketika disapa "Kemana, Pak Haji..?"

Tidakah kita melihat bagaimana seorang pengusaha atau pejabat tinggi yang semua orang akan menganggap hidupnya bahagia dengan kekayaannya telah kehilangan kemerdekaannya dalam berbagai macam ketakutan dalam hidupnya. Kemana-mana dikawal beberapa orang berbadan tegap dan hampir tak punya privasi dan ketenangan hidup saat ingin menyendiri. Lihat pula seperti apa seorang selebritis yang sampai anak kecilpun mengenalnya tak pernah bisa damai dalam setiap gerak geriknya. Setiap langkah sampai yang terkecil sekalipun selalu diawasi berpuluh pasang mata dan sorot kamera serta selalu tersiar secara cepat di media. Atau bekas tetangga aku di pangandaran dulu yang memiliki banyak hotel dan pabrik, tapi untuk makan saja sulit. Makan sedikit enak saja langsung berbaring ditemani dokter pribadinya.

Tak perlu terlalu jauh melihat mereka yang begitu melimpah materi dan ketenaran secara global. Aku melihat apa yang pernah terjadi pada diriku dikala sedikit bisa merasakan kelimpahan materi. Terasa sekali bila yang tercatat dalam otak ini hanya uang dan uang. Saat membuka laporan harian aku langsung kaku urat leher bila melihat omzet turun 10% saja. Aku harus pergi jam 7 pagi dan pulang larut malam, kadang tidak bisa pulang ke rumah. Sampai aku tak pernah tahu kapan anak aku bertambah besar dan tahu-tahu dia sudah harus merayakan ulang tahunnya. Amanat mendidik titipan anak orang pun lalai aku lakukan. Setiap kali mengeluh aku hanya menyodorkan lembaran uang tanpa ada rasa kebersamaan sama sekali. Sampai akhirnya dia hidup di jalan sendiri dalam mencari kebahagiaan pribadi dengan belanja dan belanja.

Kesadaranku datang terlambat. Ketika aku bermaksud menebus kesalahan selama setahun itu, hanya sebagian saja hatiku yang bisa aku dapatkan. Keinginan aku berubah menjadi seorang pemimpin yang bisa juga memberikan perhatian dengan hati tak bisa lagi diterima oleh sebagian hatiku yang lainnya. Sampai akhirnya dia membiarkan aku dan sebagian hatiku telantar dalam penantian dan penantian yang tanpa ujung. Lebih menyakitkan lagi ketika hatiku yang tertinggal pun harus diambilnya. Segala kelimpahan materi dan popularitas telah membutakan seseorang dan membuatku memilih untuk pergi meninggalkan semua yang aku miliki untuk mencari jati diriku yang sebenarnya.

Definisi sukses setiap orang berbeda, mungkin itu jawaban yang paling tepat.

Aku akan mencari kesuksesan itu walau dalam pandangan yang berbeda dengan kebanyakan orang. Segalanya telah membuktikan bahwa kesuksesan dengan hati itu yang paling indah. Aku ingat ketika aku masih menjadi orang gunung yang hanya memikirkan keselamatan orang lain dengan mengesampingkan keselamatan diri. Sulit dan sengsara menurut ukuran orang, tapi banyak kebahagiaan disana. Kere, kucel, gembel dan dudulz seperti temanku bilang sekarang. Tapi ternyata aku bisa makan dengan tenang tanpa takut kena stroke. Aku bisa tidur damai hanya bermodalkan SMS "met bobo ya..." tanpa dibebani omzet penjualan besok akan naik atau turun.

Bukan aku tak ingin kaya. Aku sangat menginginkan itu. Tapi semua itu harus aku dapatkan setelah aku mampu memanajemen hati dulu. Agar aku bisa berpikir, berkata dan berbuat dengan hati. Hanya hati tenang dan damai yang tak pernah membuat manusia jenuh. Itu yang lebih berharga daripada harta dan ketenaran semata.

Begitu pula dengan cinta. Cinta akan tetap terpelihara dalam hati yang bersih dan diawali dengan pondasi tanggung jawab. Hati yang berbagi namun tidak terbagi. Kekayaan dan ketenaran fisik akan terasa benar-benar indah bila kita dapatkan bersama cinta. Bukan seperti yang umum saat ini, cinta yang tumbuh setelah melihat kekayaan dan ketenaran.

Aku ingin bangkit bersama cinta yang tulus dan benar-benar dari lubuk hati...

Semoga...

angsa kecil dalam harap...

2 comments:

  1. salam kenal ka....

    aku suka tulisan2 nya k2.....

    hehhehe.....asyik aja.....aku boleh copy linknya ga??

    BalasHapus
  2. Hehehe boleh aja. Kita hidup di negara bebas kok...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena