13 November 2010

2010 Merapi Giant Eruption (VEI = 4)

Sekedar berbagi untuk: NG society, VSI & netters

Selasa, 9 November 2010 akhirnya teka teki letusan paroksismal (besar2an) tidak terjadi. BPPTK melalui release resminya menyatakan bahwa merapi sudah melewati masa kritisnya setelah erupsi selama lebih dari 10 hari dengan indeks letusan VEI = 4. Jumlah material terbukti yang dikeluarkan oleh merapi lebih dari 130 juta meter kubik (letusan 2006 hanya 12 juta meter kubik), dan membuat letusan kali ini menjadi letusan terbesar dalam 500 tahun tahun terakhir (500 tahun ini saya asumsikan demikian karena dalam 1000 tahun terakhir tidak banyak letusan-letusan besar merapi).

Letusan besar tahun 1872 pun akhirnya bisa dilampaui oleh letusan 2010 ini. Dan kemungkinan hanya letusan tahun 1584 saja yang memiliki kekuatan yang sama dengan letusan kali ini. Dalam 1000 tahun terakhir merapi tercatat telah erupsi secara eksplosif diduga dengan dengan VEI = 4 adalah pada tahun 1020 M, 1285 M, 1584 M, 1872 M, dan terakhir tahun 2010 ini. ("Reconstruction of Old Natural Hazards around Kalasan and Its Vicinity, Jogjakarta, from Volcanic Stratigraphy Point of View") & ( 10,000 years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: Archaeological and Modern Implications, Newhall, 1998;).

Jika kita liat periode ulangan tahun2 merapi meletus secara eksplosif diatas, maka memang sepertinya setiap 200-300 tahun sekali merapi merubah pola letusan dari efusif (lelehan) menjadi eksplosif (ledakan). Dan jika memang asumsi ini benar, maka baru pada tahun 2200-2300 lah merapi akan meletus secara eksplosif lagi. Jadi paling tidak masyarakat DIY & Jateng bisa bernafas lega karena letusan eksplosif yang akan datang baru akan terjadi paling cepat 200 tahun lagi.

Komposisi geokimia merapi saat ini adalah 57% untuk SiO2 nya, magma yang dihasilkan pun intermediate (asam), hanya memang sepertinya letusan merapi maksimal ada di indeks VEI = 4 dan tidak akan lebih. Hal ini karena masa istirahat merapi yang pendek (5 tahun) untuk siklus terpendeknya, sehingga energi yang tersimpan di dapur magma secara rutin terlepaskan.. Bandingkan dengan Krakatau yang memiliki masa istirahat 1400 tahun! sehingga letusannya (VEI = 6) jauh lebih besar dari merapi dengan komposisi SiO2 mencapai 65% saat letusan!.

Kerusakan yang terjadi saat ini sangat parah di area bencana letusan merapi. Kota Yogya yang berjarak 30km dari merapi pun mengalami efek langsung dari letusan berupa abu vulkanik dan pasir lapili hasil produk letusan langsung. Sedikit menyimpang, sesungguhnya bukan merapi lah yang menghancurkan Yogya di masa lalu, tetapi gempa tektonik lah yang sering meluluhlantakkan kota ini. hancur dibangun lagi, hancur lagi, dst. Jika kita buka catatan sejarah (dalam kitab kraton yogya disebut "obah lapis pitung bumi") misalnya, tahun 1867 adalah tahun kehancuran bagi Yogya karena gempa 6,7 SR yang menyebabkan bangunan Tamansari hancur lebur dan hingga kini tidak pernah diperbaiki. Bangunan Tugu yang menjadi simbol Yogya pun hancur, dan Keraton Yogya tentunya hancur pula saat itu.

Kembali ke merapi, bahaya primer letusan gunung merapi sepertinya akan segera kita lalui dan selanjutnya yang sama-sama kita hadapi adalah bahaya sekunder letusan yaitu banjir lahar dingin (jika terjadi hujan di hulu), kekurangan pangan (kelaparan), epidemi penyakit dan masalah-masalah sosial lainnya yang justru memerlukan biaya yang jauh lebih mahal dari dampak letusan primer gunung merapi.

Siapa yang bertanggung jawab atas ratusan ribu populasi yang saat ini menjadi pengungsi? Bgaimana recovery system yang ideal untuk penanganan pasca letusan besar seperti sekarang? Seperti apa pola pendataan & inventarisasi kerugian material korban? Berapa estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membangun kembali daerah bencana? Koq bisa harga sapi lebih besar daripada harga nyawa? dan akan ada ratusan pertanyaan-pertanyaan lain yang akan sama-sama kita ketahui di lapangan nanti.

Saya kira kompleksitas permasalahan pasca bencana ini jauh lebih rumit untuk dipecahkan, banyak kepentingan akan mulai bermain. Semangat para relawan saya kira akan menjadi fluktuatif jika berhadapan dengan konsep dan manajerial penanganan pasca bencana. Disisi lain, kita dikejar oleh waktu untuk segera mengamankan dan mengembalikan pengungsi ke tempat asalnya (jika tidak ada relokasi) dan dalam waktu bersamaan kita dituntut untuk bisa menjaga psikologis dan faktor2 kejiwaan pengungsi (terutama anak2) untuk tetap stabil dan meminimalisir trauma mereka.

Apa yang bisa kita lakukan untuk saudara-saudara kita yang tertimpa bencana akan lebih baik daripada menyerahkan tanggungjawab ini kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah besar ini. Tugas berat untuk bangsa ini, tugas berat untuk kita yang masih peduli.(jenggot/BRS Indonesia).

Sumber : PUSAT INFORMASI RESPON MERAPI SEKBER PPA DIY

5 comments:

  1. semoga saja merapi tidak batuk2 lagi...dan semua dampak yg terjadi akibat letusan merapi segera di antisipasi...masih banyak pekerjaan yg harus diselesaikan dengan cepat.Memang kadang berbicara itu terasa mudah tapi apa yg bisa kita lakukan untuk bencana di Tanah air ini pada umumnya lakukanlah dengan ikhlas karena kita memang tidak bisa tergantung kepada pemerintah mengingat birokrasi di negeri ini yang cenderung menyulitkan masyarakat awam.

    BalasHapus
  2. bener-bener detail infonya, semoga analisanya benar. Kalau salah ribuan korban bisa berjatuhan.

    BalasHapus
  3. kapan merapi akan berhenti memuntahkan kemarahannya ???

    * semoga saudara kita di sana tetap sabar dan tegar *

    BalasHapus
  4. ini bencana yg rumit sekali untuk dipecahkan :(

    BalasHapus
  5. semua dikembaLikan kepada individu masing-masing untuk bisa saLing mendukung, dengan demikian diharapkan pihak-pihak terkait bisa Lebih merespon mengingat swadaya yang diLakukan menjadi tanggung jawab bersama. semoga.

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena