Kondisi pasca bencana ini memang lebih sulit penanganannya. Masyarakat kadang menganggap kondisi sudah kondusif sehingga kewaspadaan mulai mengendur. Ancaman bahaya yang mereka lihat tiap hari juga membuat mereka terbiasa dan tak lagi melihat itu sebagai potensi bahaya.
Lava atau lahar panas relatif lebih mudah diantisipasi karena jarak jangkaunya yang terbatas. Masyarakat pun lebih mudah diatur untuk mencegah dampak bahayanya karena diawali dengan letusan dan gemuruh di puncak gunung. Berbeda dengan lahar dingin yang diawali hujan lebat kadang kurang diwaspadai masyarakat. Lahar yang telah dingin di sepanjang hulu sungai menyisakan lumpur dan bebatuan yang tak jarang berukuran jumbo.
Hujan lebat akan membawa material itu ke hilir sungai. Ini yang membuat setiap jembatan harus diwaspadai terutama jembatan yang memiliki penyangga di tengah sungai. Tak jarang jembatan kelihatan utuh, tapi penyangganya telah rontok dihantam bebatuan yang dibawa banjir. Kadang banyak pepohonan yang hanyut dan nyangkut di jembatan. Akibatnya aliran lahar dingin ini tersumbat dan tak bisa mengalir lagi. Dalam kondisi lahar tertahan di jembatan ini, kita tinggal menungu saja kapan rangka jembatan tak lagi mampu menahan beban yang sedemikian berat. Ilustrasi lebih jelas untuk kondisi ini bisa dilihat di video pada posting terakhir kemarin.
Setelah aliran sungai mampet, kondisi hujan lebat akan membuat banjir meluap keluar sungai. Melanda pemukiman beserta material vulkanik yang dibawanya. Pemerintah sendiri sudah mengingatkan radius 1km dari sungai sebagai daerah bahaya. Tapi kayaknya cuma bisa mengingatkan saja tanpa pengawasan yang ketat dan rutin. Semantara relawan yang kebagian memantau sungai tak punya kekuatan untuk memaksa penduduk dan hanya bisa memberi anjuran saja.
Sayangnya ketika jembatan harus terus dipantau seperti saat ini, masyarakat seringkali menjadikan itu sebagai tontonan menarik. Tak cuma di tepi sungai, di tengah jembatan seringkali dipenuhi wisatawan bencana. Rasa terbiasa dalam benak mereka membuat mereka susah untuk diperingatkan. Bisa dibayangkan bila tiba-tiba jembatan runtuh dihantam banjir batu ini. Seharusnya aparat keamanan yang punya wewenang memaksa atas nama undang-undang lebih banyak dikerahkan untuk masalah ini. Bagaimanapun mereka warganegara yang harus dilindungi keselamatannya.
Semoga keadaan ini bisa cepat membaik...
Siaran langsung dari si manis jembatan Senowo di km 7 dari puncak Merapi...
Mobile Post via XPeria
Lava atau lahar panas relatif lebih mudah diantisipasi karena jarak jangkaunya yang terbatas. Masyarakat pun lebih mudah diatur untuk mencegah dampak bahayanya karena diawali dengan letusan dan gemuruh di puncak gunung. Berbeda dengan lahar dingin yang diawali hujan lebat kadang kurang diwaspadai masyarakat. Lahar yang telah dingin di sepanjang hulu sungai menyisakan lumpur dan bebatuan yang tak jarang berukuran jumbo.
Hujan lebat akan membawa material itu ke hilir sungai. Ini yang membuat setiap jembatan harus diwaspadai terutama jembatan yang memiliki penyangga di tengah sungai. Tak jarang jembatan kelihatan utuh, tapi penyangganya telah rontok dihantam bebatuan yang dibawa banjir. Kadang banyak pepohonan yang hanyut dan nyangkut di jembatan. Akibatnya aliran lahar dingin ini tersumbat dan tak bisa mengalir lagi. Dalam kondisi lahar tertahan di jembatan ini, kita tinggal menungu saja kapan rangka jembatan tak lagi mampu menahan beban yang sedemikian berat. Ilustrasi lebih jelas untuk kondisi ini bisa dilihat di video pada posting terakhir kemarin.
Setelah aliran sungai mampet, kondisi hujan lebat akan membuat banjir meluap keluar sungai. Melanda pemukiman beserta material vulkanik yang dibawanya. Pemerintah sendiri sudah mengingatkan radius 1km dari sungai sebagai daerah bahaya. Tapi kayaknya cuma bisa mengingatkan saja tanpa pengawasan yang ketat dan rutin. Semantara relawan yang kebagian memantau sungai tak punya kekuatan untuk memaksa penduduk dan hanya bisa memberi anjuran saja.
Sayangnya ketika jembatan harus terus dipantau seperti saat ini, masyarakat seringkali menjadikan itu sebagai tontonan menarik. Tak cuma di tepi sungai, di tengah jembatan seringkali dipenuhi wisatawan bencana. Rasa terbiasa dalam benak mereka membuat mereka susah untuk diperingatkan. Bisa dibayangkan bila tiba-tiba jembatan runtuh dihantam banjir batu ini. Seharusnya aparat keamanan yang punya wewenang memaksa atas nama undang-undang lebih banyak dikerahkan untuk masalah ini. Bagaimanapun mereka warganegara yang harus dilindungi keselamatannya.
Semoga keadaan ini bisa cepat membaik...
Siaran langsung dari si manis jembatan Senowo di km 7 dari puncak Merapi...
Mobile Post via XPeria
semoga badai merapi cepat berlalu
BalasHapusya, usul bagus, jangan sampai kalo sudah ada korban baru kepikiran
BalasHapussaya denger tadi pagi ujan ya sob di Jogja?
BalasHapusabis bencana kemaren agak menghawatirkan sih..
semoga nggak apa-apa
kadang penduduknya sendiri bandel >.< kurang bisa membawa dirinya hanya karena rasa penasaran, karena mungkin hal seperti itu jarang terjadi >.<
BalasHapussemoga cepet kelar deh semua. cemas banget liat keadaan kayak sekarang..
BalasHapusWah banjir lahar dingin ini juga berbahaya sekali, dan merusak bangunan ya,
BalasHapustentu memang bener, kalo jembatan terhantam bebatuan terus menerus, tentu lama-lama akan roboh juga.
Bali Villas Bali Villa
memang yang begitu biasanya warga malah nonton bukannya bantuin . . . . ahh dodolnyaaaa
BalasHapussemoga pemerintah lebih memperhatikan yang seperti iyu ~_~
kadang miris juga yaa
BalasHapusbencana bagi orang lain bisa jadi wisata, bisa jadi berkah