10 November 2010

Dilarang Mandi

Salah satu pertanyaan rutin istri setiap nelpon atau sms selain sudah makan adalah sudah mandi apa belum. Istriku memang paling mengerti kalo aku orangnya "resikan" kecuali kepepet. Dan istriku juga paling tahu kalo aku juga hobi mepet kalo memang tidak ada kesempatan untuk kepepet.

Padahal di posko pengungsian, air bersih merupakan barang langka. Sehingga mandi adalah salah satu pemborosan yang sedikit diharamkan. Malah kalo boleh dihitung, stok air minum kemasan di gudang logistik lebih melimpah daripada di bak mandi.

Apalagi setelah satu-satunya genset di posko semalem rusak dan entah kapan dapat bantuan genset pengganti. Mau beol saja harus masuk ke logistik untuk minta air kemasan gelas. Kalo pipis malah dianjurkan pindah ke pojok lapangan di bawah pohon pisang. Yang maksa mau cebok, silakan tayamum dengan debu vulkanik yang bertebaran.

Bagaimanapun juga, kita harus mementingkan pengungsi daripada kepentingan pribadi. Maksa mandi sementara pengungsi kekurangan air juga termasuk sebuah kekejaman. Katanya orang baik adalah yang enak paling akhir tapi susah paling awal. Emangnya pak beye yang ngakunya ingin menghayati penderitaan rakyatnya, tapi cuma dikiaskan dengan mencicipi sesendok nasi bungkus. Ga perlu basa-basi deh, pak. Yang penting birokrasi penanganan pengungsi saja dipangkas, itu yang kayaknya lebih berarti buat kami.

Salam wedus...

Mobile Post via XPeria

3 comments:

  1. wkwkwkwkwkwkwk pantes waktu baru masuk blog ini aja dah kecium bau gak enak...he...he... Yea dah met berjuang mas. Jadi pejuang jaman sekarang. Met hari pahlawan.

    BalasHapus
  2. (katanya) padahaL kemarin Mbak Pamela mau nyumbang uang untuk mengurangi beban daLam membiayai penanganan ini Lho, tapi enggak tau ada saLah satu pihak yang menyatakan penoLakannya. hehehhe...

    seLamat berjuang Lik.

    BalasHapus
  3. biar bau yang penting kecut, hahaha..

    om..
    itu front preman indonesia pancen wedus kok. mugo mugo keluargane modiar kabeh keno bencana ben sadar...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena