Jalan-jalan ke lokasi pengungsian, yang paling menarik perhatianku adalah anak-anak dan balita. Setiap kali tiba di satu TPS, ketika teman-teman sibuk menurunkan barang bantuan, aku justru lebih suka nyamperin anak-anak dan mengajak mereka bermain. Ada rasa tak rela bila bencana ini sampai merampas keceriaan mereka yang sebenarnya belum boleh tahu bahwa hidup ini sesungguhnya getir.
Seharian nyupir di jalanan berkelak-kelok super licin dan tak jarang berubah menjadi medan berat ketika diguyur hujan lumpur, seketika lenyap letih lelahku ketika aku bersama anak-anak pengungsian. Seringkali terasa berat buatku ketika teman-teman sudah berteriak, "pak supir, ayo cabuuut..."
Setelah kembali ke posko dan duduk menyendiri di teras depan sambil menatap gerimis kecil bercampur abu, tiba-tiba aku teringat Citra di rumah. Hampir sebulan aku tinggalkan dia ke Jakarta dalam kondisi waspada bencana, ketika aku pulang ke Jogja, aku hanya semalam bersama Citra. Itupun terbagi waktunya dengan ibunya. Besoknya aku sudah ngabur ke posko Merapi untuk bergabung dengan relawan lain.
Senyum Citra dan kemanjaannya ketika aku pulang kemarin, mungkin merupakan pengungkapan rasa rindunya sekian lama aku tinggal ke Jakarta. Kenapa kemarin aku tak banyak memikirkan itu dan baru saat ini terasakan bahwa aku juga rindu anakku. Apalagi setelah seharian banyak bermain dengan anak-anak di pengungsian. Rasa kangen itu terasa menyesakan juga.
Sabar ya, nak. Nanti ayah sempatkan agak lama di rumah. Rasa ini mungkin tak cuma milikku. Setiap orang tua kayaknya akan merasakan yang sama. Jadi wajar kalo melihat anak-anak akan langsung teringat ke anak semata wayangnya.
Cuma satu yang bikin bingung. Kenapa kalo aku melihat cewek cakep ga inget ibunya ya..? Hahaha biadab..
Siaran langsung dibawah gerimis Posko Jalin Merapi 1 Muntilan.
Mobile Post via XPeria
Seharian nyupir di jalanan berkelak-kelok super licin dan tak jarang berubah menjadi medan berat ketika diguyur hujan lumpur, seketika lenyap letih lelahku ketika aku bersama anak-anak pengungsian. Seringkali terasa berat buatku ketika teman-teman sudah berteriak, "pak supir, ayo cabuuut..."
Setelah kembali ke posko dan duduk menyendiri di teras depan sambil menatap gerimis kecil bercampur abu, tiba-tiba aku teringat Citra di rumah. Hampir sebulan aku tinggalkan dia ke Jakarta dalam kondisi waspada bencana, ketika aku pulang ke Jogja, aku hanya semalam bersama Citra. Itupun terbagi waktunya dengan ibunya. Besoknya aku sudah ngabur ke posko Merapi untuk bergabung dengan relawan lain.
Senyum Citra dan kemanjaannya ketika aku pulang kemarin, mungkin merupakan pengungkapan rasa rindunya sekian lama aku tinggal ke Jakarta. Kenapa kemarin aku tak banyak memikirkan itu dan baru saat ini terasakan bahwa aku juga rindu anakku. Apalagi setelah seharian banyak bermain dengan anak-anak di pengungsian. Rasa kangen itu terasa menyesakan juga.
Sabar ya, nak. Nanti ayah sempatkan agak lama di rumah. Rasa ini mungkin tak cuma milikku. Setiap orang tua kayaknya akan merasakan yang sama. Jadi wajar kalo melihat anak-anak akan langsung teringat ke anak semata wayangnya.
Cuma satu yang bikin bingung. Kenapa kalo aku melihat cewek cakep ga inget ibunya ya..? Hahaha biadab..
Siaran langsung dibawah gerimis Posko Jalin Merapi 1 Muntilan.
Mobile Post via XPeria
misyu too pak..hahaha
BalasHapuswah...
BalasHapuslagi di TKP ya mas...
wajarr donk misyu ama anak nya...
kalo ama ibunya sih biasanya dikit jah...
hehe
saya sok tau ( saya belum nikah )
sudah pasti sikecil membuat rindu ya :)
BalasHapusuasem.. wes moco sampe ape mewek dadakno m,buri mburine nylekit, tak kandakno pean mas kebacut!!
BalasHapusaku jadi pengen punya adhek hihihihihi Stttttttttttttt