Rencana utama pulang ke Jogja kemarin adalah mengungsikan Citra dan ibunya ke kampung seiring peningkatan wilayah bahaya Merapi menjadi 20 km. Apalagi ibunya Citra bilang gemuruh Merapi terdengar sampai ke rumah.
Tapi setelah melihat situasi di rumah, aku malah berpikir lain. Serbuan debu halus begitu mudah masuk kedalam rumah melalui ventilasi atau celah di bawah pintu. Kondisi yang sama juga terjadi di kampung. Satu-satunya ruangan yang aman untuk berlindung dari debu adalah kamar yang ber AC. Tanpa ventilasi dan apabila ada debu yang maksa masuk bisa dibuang keluar. Hanya saja kegiatan membersihkan filter indoor dan outdoor AC harus dilakukan lebih sering. Sehingga keputusannya adalah tetap bertahan di Jogja demi kesehatan.
Apalagi bila melihat kesiapan tim penanggulangan bencana di Jogja yang luar biasa sigap. Persiapan pasukan dan logistik bisa dikatakan berlebih. Jadinya aku pikir, meninggalkan Citra dan ibunya di Jogja lebih aman termasuk bila bahaya mencapai kota.
Terlalu banyaknya relawan dan cadangan logistik di Jogja pula yang membuatku memilih untuk tidak ikut ngepos di Jogja. Bisa dikatakan setiap relawan dan bantuan datang ditujukan ke Jogja. Termasuk pemberitaan di tipi, sebagian besar porsinya dihabiskan di wilayah Jogja. Tak heran bila di beberapa pos di daerah, kondisinya kadang kurang bagus.
Seperti yang di pos Dukun Muntilan tempat aku bergabung dengan Jalin Merapi. Logistik sebenarnya tidak terlalu kekurangan. Tapi sarana distribusi hanya mengandalkan satu mobil pick up butut. Alternatifnya adalah menggunakan sepeda motor. Padahal jalanan tanah berdebu vulkanik dan berlempung di banyak tempat begitu licin terutama ketika kena air hujan. Vixy ku saja saja sudah mulai ngadat-ngadat kelistrikan dan injeksinya. Filter injeksi dan saklar-saklar sudah penuh debu mungkin.
PLN yang padam dan genset hanya ada satu buah harus dipantheng 24 jam. Alhasil kemarin sore mulai ngadat-ngadat. Sarana komunikasi melalui radio sebenarnya sudah memadai. Ada sebuah pesawat RIG di posko dan beberapa handy talky untuk yang di lapangan. Sayang ada saja orang iseng yang nge jamm frekuensi darurat itu. Syukur setelah tim ORARI dan MetroTV mengadakan hunting fox, gangguan sinyal itu bisa diatasi.
Sarana komunikasi online ada 2 buah letop. Sayang koneksi internet menggunakan modem smart harus puas dengan kecepatan 1X dan tanpa EVDO. Alternatifnya adalah menggunakan jaringan Telkomsel yang tarifnya amit amit jabang bayi. Sudah begitupun, facebook dan website yang digunakan untuk berbagi informasi dihack orang. asru...!!!
Untuk relawan sendiri, kalo cuma urusan makan tidak perlu takut kekurangan, bantuan logistik dalam bentuk makanan banyak banget sampai kadang mubazir karena tidak terdistribusi akibat kurang sarana. Yang perlu dibantu sepertinya untuk bensin dan pulsa. Mengingat segalanya merupakan dana pribadi, kegiatan sudah seminggu lebih mulai membuat mereka mengeluh kantong menipis. Beberapa orang relawan sudah mulai pulang. Dan pagi ini 3 orang dari Bandung juga pamit pulang dengan alasan kehabisan bekal.
Wokedeh, sementara segitu dulu. Aku mau ke bangkel dulu neh meriksain si Vixy sebelum makin parah. Mohon doanya saja, teman. Agar pasukan di lapangan tetap semangat walau sarana serba minim. Buat teman-teman di Jogja, titip Citra yaaa...
Tapi setelah melihat situasi di rumah, aku malah berpikir lain. Serbuan debu halus begitu mudah masuk kedalam rumah melalui ventilasi atau celah di bawah pintu. Kondisi yang sama juga terjadi di kampung. Satu-satunya ruangan yang aman untuk berlindung dari debu adalah kamar yang ber AC. Tanpa ventilasi dan apabila ada debu yang maksa masuk bisa dibuang keluar. Hanya saja kegiatan membersihkan filter indoor dan outdoor AC harus dilakukan lebih sering. Sehingga keputusannya adalah tetap bertahan di Jogja demi kesehatan.
Apalagi bila melihat kesiapan tim penanggulangan bencana di Jogja yang luar biasa sigap. Persiapan pasukan dan logistik bisa dikatakan berlebih. Jadinya aku pikir, meninggalkan Citra dan ibunya di Jogja lebih aman termasuk bila bahaya mencapai kota.
Terlalu banyaknya relawan dan cadangan logistik di Jogja pula yang membuatku memilih untuk tidak ikut ngepos di Jogja. Bisa dikatakan setiap relawan dan bantuan datang ditujukan ke Jogja. Termasuk pemberitaan di tipi, sebagian besar porsinya dihabiskan di wilayah Jogja. Tak heran bila di beberapa pos di daerah, kondisinya kadang kurang bagus.
Seperti yang di pos Dukun Muntilan tempat aku bergabung dengan Jalin Merapi. Logistik sebenarnya tidak terlalu kekurangan. Tapi sarana distribusi hanya mengandalkan satu mobil pick up butut. Alternatifnya adalah menggunakan sepeda motor. Padahal jalanan tanah berdebu vulkanik dan berlempung di banyak tempat begitu licin terutama ketika kena air hujan. Vixy ku saja saja sudah mulai ngadat-ngadat kelistrikan dan injeksinya. Filter injeksi dan saklar-saklar sudah penuh debu mungkin.
PLN yang padam dan genset hanya ada satu buah harus dipantheng 24 jam. Alhasil kemarin sore mulai ngadat-ngadat. Sarana komunikasi melalui radio sebenarnya sudah memadai. Ada sebuah pesawat RIG di posko dan beberapa handy talky untuk yang di lapangan. Sayang ada saja orang iseng yang nge jamm frekuensi darurat itu. Syukur setelah tim ORARI dan MetroTV mengadakan hunting fox, gangguan sinyal itu bisa diatasi.
Sarana komunikasi online ada 2 buah letop. Sayang koneksi internet menggunakan modem smart harus puas dengan kecepatan 1X dan tanpa EVDO. Alternatifnya adalah menggunakan jaringan Telkomsel yang tarifnya amit amit jabang bayi. Sudah begitupun, facebook dan website yang digunakan untuk berbagi informasi dihack orang. asru...!!!
Untuk relawan sendiri, kalo cuma urusan makan tidak perlu takut kekurangan, bantuan logistik dalam bentuk makanan banyak banget sampai kadang mubazir karena tidak terdistribusi akibat kurang sarana. Yang perlu dibantu sepertinya untuk bensin dan pulsa. Mengingat segalanya merupakan dana pribadi, kegiatan sudah seminggu lebih mulai membuat mereka mengeluh kantong menipis. Beberapa orang relawan sudah mulai pulang. Dan pagi ini 3 orang dari Bandung juga pamit pulang dengan alasan kehabisan bekal.
Wokedeh, sementara segitu dulu. Aku mau ke bangkel dulu neh meriksain si Vixy sebelum makin parah. Mohon doanya saja, teman. Agar pasukan di lapangan tetap semangat walau sarana serba minim. Buat teman-teman di Jogja, titip Citra yaaa...
Semoga semuanya segera selesai ya, kembali aman dan nyaman.
BalasHapuslingkungan menjadi bersih dan sehat tanpa debu.
dan merapi sudah tidak mengeluarkan awan panas lagi.
Bali Villas Bali Villa
Jogja, semoga tabah dan tambah kuat.
BalasHapusYa Allah mas.. semoga Allah melindungi keluarga, Dhek Citra dan ibunya, serta semua saudara kita yang ada di daerah merapi. semoga Relawannya bisa terus ngeblog dan memberi informasi yang gak kami ketahui. itu debu terus menebal ya,
BalasHapus