Masker adalah barang kini naik daun di wilayah Jogja dan sekitarnya seiring peningkatan aktivitas Merapi. Di beberapa apotek Jogja harganya melambung sampai 5000 perak. Padahal di pedagang asongan pinggir jalan bisa dibeli dengan uang 2000 rupiah. Masker gratis yang dibagi-bagikan oleh relawan jumlahnya tak mencukupi. Itupun lebih banyak dibagikan kepada pengungsi, sehingga untuk masyarakat umum tetap harus mencari sendiri.
Namun yang terlihat di Jogja dan sekitarnya, termasuk di daerah bencana yang notabene dibagikan gratis, kesadaran masyarakat untuk mengenakan masker bisa dikatakan kurang. Masih banyak yang lalu lalang di bawah hembusan debu tanpa masker. Apalagi anak-anak muda, ngetan ngulon pakai sepeda motor dengan damainya. Malah tak jarang yang sambil merokok. Peracunan paru-paru dobel pokoknya.
Bicara soal masker, aku malah ingat waktu di kereta kemarin. Mulai masuk Kebumen, debu begitu tebal sampai masuk ke dalam gerbong. Saat itu ada anak kecil mengenakan masker membagi-bagikan amplop bertuliskan tangan minta sumbangan untuk korban Merapi. Aku sebenarnya tak ingin mempermasalahkan peminta-minta cilik itu. Cuma salut saja dengan kecerdasannya mengangkat tema Merapi sebagai alat pemancing belas kasihan penumpang. Hanya sayangnya, kenapa harus membagikan amplop di kereta yang sama dengan ketika dia membagikan amplop bertuliskan minta sumbangan untuk biaya sekolah, ketika kereta berada di sekitar Cirebon. Tanpa mengenakan masker tentunya.
Yang agak heboh mungkin dengan dua orang pengamen banci ewer-ewer di sekitar Kutoarjo. Mereka begitu genit setengah memaksa penumpang memberikan uang. Karena nyanyiannya ga jelas, aku pun berkomentar, "Nyanyi kok nganggo masker. Ra cetho, om.."
Mungkin demi menyenangkan pelanggan, mereka membuka masker dan mulai menyanyi lagi. Belum ada satu menit mangap-mangap dengan semangat 45, debu beterbangan menyerbu dan membuat mereka tersedak. Akhirnya akupun diancam pilih digelitikin sampe Jogja atau bayar 3 kali lipat. Seribu bayar ngamen, seribu hukuman atas saran membuka masker dan seribu perak lagi denda karena aku menyebut mereka om...
Dasar...
Namun yang terlihat di Jogja dan sekitarnya, termasuk di daerah bencana yang notabene dibagikan gratis, kesadaran masyarakat untuk mengenakan masker bisa dikatakan kurang. Masih banyak yang lalu lalang di bawah hembusan debu tanpa masker. Apalagi anak-anak muda, ngetan ngulon pakai sepeda motor dengan damainya. Malah tak jarang yang sambil merokok. Peracunan paru-paru dobel pokoknya.
Bicara soal masker, aku malah ingat waktu di kereta kemarin. Mulai masuk Kebumen, debu begitu tebal sampai masuk ke dalam gerbong. Saat itu ada anak kecil mengenakan masker membagi-bagikan amplop bertuliskan tangan minta sumbangan untuk korban Merapi. Aku sebenarnya tak ingin mempermasalahkan peminta-minta cilik itu. Cuma salut saja dengan kecerdasannya mengangkat tema Merapi sebagai alat pemancing belas kasihan penumpang. Hanya sayangnya, kenapa harus membagikan amplop di kereta yang sama dengan ketika dia membagikan amplop bertuliskan minta sumbangan untuk biaya sekolah, ketika kereta berada di sekitar Cirebon. Tanpa mengenakan masker tentunya.
Yang agak heboh mungkin dengan dua orang pengamen banci ewer-ewer di sekitar Kutoarjo. Mereka begitu genit setengah memaksa penumpang memberikan uang. Karena nyanyiannya ga jelas, aku pun berkomentar, "Nyanyi kok nganggo masker. Ra cetho, om.."
Mungkin demi menyenangkan pelanggan, mereka membuka masker dan mulai menyanyi lagi. Belum ada satu menit mangap-mangap dengan semangat 45, debu beterbangan menyerbu dan membuat mereka tersedak. Akhirnya akupun diancam pilih digelitikin sampe Jogja atau bayar 3 kali lipat. Seribu bayar ngamen, seribu hukuman atas saran membuka masker dan seribu perak lagi denda karena aku menyebut mereka om...
Dasar...
haduh....
BalasHapusada2 aja tuh...tapi saya juga kemarin minta sumbangan di lampu merah...eh...ada yg nanya "mahasiswa ya bang????" padahal saya udah pake almamaer...gimana tuh???
jadi kesel juga sih...
semoga warga yogya dan sekitarnya yg sdg dihantui merapi tetep memakai maskernya demi keselamatan mereka.
BalasHapusselamat pagi.....
kalo pake masker muka bengkoang boleh gak ya?
BalasHapushe..he
Semoga keadaan Jogja cepet pulih yo mas..