02 Maret 2010

Bibit Duit

Saat ngubek-ubek dompet mencari KTP, aku nemu beberapa lembar uang yang nylempet. Sudah lama banget aku simpan sampai aku sendiri lupa dengan uang-uang itu. Dan masing-masing punya cerita sendiri-sendiri, kenapa tidak aku gunakan dan tersimpan aman di dompet.

Yang satu selembar 50 USD. Itu pemberian Mr Jerry, tamuku dari Taiwan dulu. Pas aku antar ke Bandara dia bilang mau kasih kenang-kenangan. Tapi karena ga sempat belanja, jadinya aku dikasih uangnya. Karena aku males nukar, lagian jumlahnya ga seberapa, jadinya aku simpan saja uang itu sebagai kenang-kenangan.

Lalu yang 2 lembar juga kenang-kenangan dari seseorang yang janji mau kasih aku uang 100 ribu dollar Taiwan. Dan ketika ketemu beneran dia kasih aku uang 2 lembar, pecahan 100 NT dan 1000 NT. Tau yang ngasih lupa atau aku yang bego, tidak pernah aku permasalahkan. Namanya juga kenang-kenangan, jadinya aku terima saja uang seratusan dan seribuan itu sebagai seratus ribu.

Yang terakhir adalah selembar 100 ribuan rupiah. Itu dikasih seorang ustadz dari Jakarta yang datang ke galeri setahun lalu. Beliau bilangnya itu bibit duit untuk disimpan di dompet. Fungsinya untuk memancing agar teman-temannya agar betah di dompetku. Hahaha...

Aku pikir ada-ada aja neh pak kyai. Aku sendiri sih ga percaya yang begituan. Yang membuat aku mau menyimpannya adalah tantangan dari beliau. Katanya kalo pegang uang itu rasanya panas. Maksudnya jarang yang kuat nyimpen dan pengennya make belanja. Beliau ngajak taruhan, kalo aku kuat nyimpen sampai 40 hari, berarti hebat.

Tak okein tuh tantangannya walau bingung, kyai kok ngajak taruhan. hahaha... Dan kenyataannya sampai setahun lebih uang itu masih tersimpan rapi di dompetku. Entah karena aku benar hebat atau memang karena pelupa aku ga tahu. Cuma sayangnya tuh ustadz kok belum nongol lagi di Jokja. Takut ditagih kalah taruhan kali yo..?

Terlepas dari masalah itu, aku jadi ingat kata mbah waktu aku masih kecil dulu. Beliau pernah menasehatiku agar dompet jangan sampai kosong apapun yang terjadi. Walau cuma sepuluh perak pokoknya harus ada. Aku sendiri waktu itu tidak membantah atau berpikir macam-macam. Dan ketika ada ustadz yang cerita tentang bibit duit itu, aku pikir ada hubungannya juga.

Tapi aku tak memandang itu sebagai masalah klenik. Masa sih uang bisa manggil teman-temannya secara ghaib, kan ga mungkin. Aku memandang itu sebagai sebuah sugesti. Ketika ada tantangan agar uang itu jangan sampai terpakai, mau tidak mau aku terpacu untuk terus berusaha agar dompetku tidak sampai hanya berisi uang bibit itu. Jadi secara tidak langsung, uang itu memancingku untuk terus mencari uang lainnya melalui kerja kerasku. Bukan duduk manis trus dompet penuh uang. Ngepet aja perlu usaha keras kok...

Jadi ada benarnya pak ustadz bikin bibit duit...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena