Seorang teman aktivis sebuah LSM sedang getol-getolnya ceramah tentang global warming. Karena bosen tiap hari ceramahnya itu-itu saja, akhirnya aku bilang "ngapain nyuruh-nyuruh orang untuk menyelamatkan bumi, kalo kamu sendiri tidak konsisten... "
Lalu aku tanyakan tentang kesukaannya nonton acara konyol-konyolan di tipi, yang selalu pakai adegan slapstik, pukul-pukulan menggunakan properti panggung. Lha dia kok ngeyelnya malah ga nyambung. "Itu bukan pamer adegan kasar. Kan ada penjelasan kalo properti yang digunakan dari bahan lunak tidak berbahaya..."
OOT atau oon sih...?
Padahal maksudku bukan adegan pukul-pukulnya. Tapi styrofoamnya yang susah dicerna bakteri penghancur ketika menjadi sampah. Setiap adegan, propertinya dihancurkan hanya untuk menghadirkan tawa. Padahal dengan begitu, styrofoam sampah buangan akan selalu diproduksi setiap episode. Coba kalo tidak dirusak, kan bisa dipakai lagi dan tidak menambah beban bumi yang semakin menghangat ini.
Mengingat pola plagiat anget-anget tai ayam tipi di Indonesia, hal semacam ini akan menjadi efek domino. Ketika melihat sebuah acara ratingnya tinggi, tipi yang lain pasti akan ikut membuat acara serupa. Dan akhirnya sampah styrofoam akan makin menggunduk.
Manusia memang dari sononya diciptakan sebagai perusak kok. Bolak-balik Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai subspecies, hanya casingnya saja yang sedikit berbeda. Jiwa perusaknya masih tetap sama. Lihat saja sub sub species yang dimusnahkan, mulai dari pithecantropus erectus, cro magnon, neathertal dll. Sejarah juga mencatat dugaan tentang lenyapnya benua Mu nya bangsa canggih Lemuria dan tenggelamnya Atlantis sampai dunia kembali kosong dari spesies yang bernama manusia.
Sampai suatu ketika Tuhan berjalan-jalan di bumi dan mengambil sampel DNA manusia yang ada di tanah. Untuk kemudian dikloning di Lab Eden menjadi species homo sapiens yang bernama Adam. Saat itu asisten Tuhan sempat komplen, "mengapa harus diciptakan lagi makhluk bernama manusia yang hanya bisa membuat kerusakan..?"
Karena Tuhan saat itu sedang tidak demokratis, jadinya aspirasi asistennya tidak didengarkan. "Aku lebih tahu apa yang kamu tidak tahu..." Andai saja feodalisme sendiko dawuh tidak melekat sangat kuat, mungkin akan ada asisten yang demo. Terutama yang namanya Isrofil, yang bisa menduga bakalan pusing mengurusi kekacauan iklim akibat ulah anak cucu Adam.
Tak sampaikan kayak gitu, temanku malah terdiam. Dan akhirnya keluar sebuah ucapan yang teramat jujur dari sebuah makhluk yang bernama manusia. "Aku ya aslinya ga mudeng-mudeng amat soal global warming. Tapi gimana lagi, kalo ga begini aku tidak dapat proyek dari funding..."
Ilustrasi Cosmis Essence
Karya Rocka Radipa
www.tujuhbintang.com
Lalu aku tanyakan tentang kesukaannya nonton acara konyol-konyolan di tipi, yang selalu pakai adegan slapstik, pukul-pukulan menggunakan properti panggung. Lha dia kok ngeyelnya malah ga nyambung. "Itu bukan pamer adegan kasar. Kan ada penjelasan kalo properti yang digunakan dari bahan lunak tidak berbahaya..."
OOT atau oon sih...?
Padahal maksudku bukan adegan pukul-pukulnya. Tapi styrofoamnya yang susah dicerna bakteri penghancur ketika menjadi sampah. Setiap adegan, propertinya dihancurkan hanya untuk menghadirkan tawa. Padahal dengan begitu, styrofoam sampah buangan akan selalu diproduksi setiap episode. Coba kalo tidak dirusak, kan bisa dipakai lagi dan tidak menambah beban bumi yang semakin menghangat ini.
Mengingat pola plagiat anget-anget tai ayam tipi di Indonesia, hal semacam ini akan menjadi efek domino. Ketika melihat sebuah acara ratingnya tinggi, tipi yang lain pasti akan ikut membuat acara serupa. Dan akhirnya sampah styrofoam akan makin menggunduk.
Manusia memang dari sononya diciptakan sebagai perusak kok. Bolak-balik Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai subspecies, hanya casingnya saja yang sedikit berbeda. Jiwa perusaknya masih tetap sama. Lihat saja sub sub species yang dimusnahkan, mulai dari pithecantropus erectus, cro magnon, neathertal dll. Sejarah juga mencatat dugaan tentang lenyapnya benua Mu nya bangsa canggih Lemuria dan tenggelamnya Atlantis sampai dunia kembali kosong dari spesies yang bernama manusia.
Sampai suatu ketika Tuhan berjalan-jalan di bumi dan mengambil sampel DNA manusia yang ada di tanah. Untuk kemudian dikloning di Lab Eden menjadi species homo sapiens yang bernama Adam. Saat itu asisten Tuhan sempat komplen, "mengapa harus diciptakan lagi makhluk bernama manusia yang hanya bisa membuat kerusakan..?"
Karena Tuhan saat itu sedang tidak demokratis, jadinya aspirasi asistennya tidak didengarkan. "Aku lebih tahu apa yang kamu tidak tahu..." Andai saja feodalisme sendiko dawuh tidak melekat sangat kuat, mungkin akan ada asisten yang demo. Terutama yang namanya Isrofil, yang bisa menduga bakalan pusing mengurusi kekacauan iklim akibat ulah anak cucu Adam.
Tak sampaikan kayak gitu, temanku malah terdiam. Dan akhirnya keluar sebuah ucapan yang teramat jujur dari sebuah makhluk yang bernama manusia. "Aku ya aslinya ga mudeng-mudeng amat soal global warming. Tapi gimana lagi, kalo ga begini aku tidak dapat proyek dari funding..."
Ilustrasi Cosmis Essence
Karya Rocka Radipa
www.tujuhbintang.com
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih