30 Maret 2010

Sang Saka

Pagi ini aku melihat karyawan sebuah instansi sedang mengibarkan bendera merah putih di halaman sambil cengengesan. Pikiranku langsung melayang ke sekitar 20 tahun silam, ketika aku begitu mengagungkan selembar kain yang dinamakan Sang Saka itu. Tak jarang air mataku menitik ketika saat menciumnya di acara pendadaran atau pelantikan. Semangat korsa begitu membara di dada. Sampai terucap aku rela mati untuk mempertahankannya agar tetap berkibar.

Warna merah dan putih dalam hatiku bermakna sebuah keberanian dan kesucian yang harus aku jaga sepanjang hayat. Tapi perjalanan waktu telah memudarkan segalanya. Walau aku sangat mencintai bangsa ini, tapi aku begitu membenci negaranya.

Kebobrokan aparat-aparat pengelola negara telah melunturkan semangat nasionalisme dalam diriku. Mengapa mereka tak mau menegakan dua warna berani dan suci dalam dada mereka..? Ataukah mereka telah terbelokan oleh legenda lain tentang warna itu..?

Misalnya legenda tentang bawang merah dan bawang putih. Bawang merah yang jahat dan bawang putih yang baik. Bawang merah walau selalu apes, tapi dia tetap berkuasa atas bawang putih. Sehingga bila ingin tetap berkuasa, jadilah bawang merah. Toh keberuntungan bawang putih selalu bisa dia rebut tanpa perlawanan. Sepertinya kesucian hati bawang putih selalu membuatnya mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah tanpa syarat kepada musuh.

Obbie Mesakh pun pernah melantunkan rasa malunya hanya pada semut merah, bukan semut putih. Tak salah bila kita lebih malu pada orang jahat daripada orang baik. Putih, walaupun suci kita anggap tak lebih sekedar hantu gentayangan yang entah ada entah tidak. Tak heran bila kita mengimajinasikan hantu semacam pocong selalu berpakaian putih. Belum pernah aku membayangkan kuntilanak berbaju merah.

Bila kembali ke masalah negara dan kekuasaan. Partai yang identik dengan warna merah pun anggotanya cenderung brutal, walau partai yang berwarna lain juga sama payahnya dalam mengelola negara. Tapi kenapa tidak ada partai yang mau mengunakan warna putih sebagai simbol partainya. Kalo pun ada yang menggunakan sedikit warna putih di benderanya, kenapa hanya sebagian kecil rakyat kita yang mau memilihnya..?

Pemaknaan Sang Merah Putih menurut legenda bawang merah bawang putih, menunjukan bahwa bangsa kita telah melupakan sejarah. Bendera merah putih pertama kali digunakan, diduga pada jaman Majapahit dengan sebutan bendera gula klapa.

Gula merah walau aslinya berwarna coklat berasal dari calon buah kelapa juga. Gula dan kelapa walau rasa dan warnanya berbeda, keduanya memiliki banyak manfaat dalam kehidupan kita. Dan yang penting keduanya berasal dari satu pohon yang lurus menjulang tanpa cabang. Yang mulai dari akar, batang pohon, daun, buah sampai sabutnya pun berguna bagi masyarakat.

Kapan pengelola negara ini mengembalikan pemaknaan merah putih sebagai gula klapa. Agar aku bisa mengembalikan kebanggaanku akan bendera kita, Sang Saka Merah Putih.

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena