04 Mei 2010

Mencuri Start

Sore tadi, melihat skype si bos dah ga online, buruan aku kemas-kemas dan pulang ke rumah. Dua hari ga bisa pulang, aku sudah kehabisan baju ganti. Untung pedalaman belum sampai seperti kaset, side A dan side B.

Baru selesai cuci baju dan mandi, anak-anak di kantor nelpon, "Pak, ada tamu mau lihat lukisan."
"Ya disuruh lihat saja."
"Sudah, pak. Tapi katanya mau nanya-nanya."
"Ya dijawab dong. Katalog dan daftar harga kan ada di mejaku."
"Ga bisa ngomongnya, pak. Orang luar soalnya..."



Hiiiih... Apa susahnya sih pakai bahasa tubuh atau bahasa binatang. Baru saja beresin tempat tidur, nyalain AC dan pakai kolor, udah harus ke kantor lagi.

Ga enak membiarkan tamu menunggu lama, sedikit ngebut aku ganti baju dan memacu motor. Sampai perempatan Sari Husada, lampu kebetulan menyala merah. Ketika timer traffic light menunjukan angka 5 menjelang hijau, kendaraan di belakangku ribut main klakson. Karena memang belum hijau, aku cuekin saja keributan itu.

Ketika lampu berubah hijau, paling baru meluncur beberapa meter, ada sepeda motor menyalip dan menepak tanganku sambil meludah. Aku yang malas melayani hal sepele semacam itu, tetap tancap gas ingat tamu yang menunggu. Eh, sepertinya pengendara motor yang tadi salah paham. Aku ngebut dikiranya mau nguber. Ketika aku tepat di belakangnya, dia banting stang kekiri mau masuk gang tanpa mengurangi kecepatan. Sialnya dari gang ada motor nongol. Jadinya trotoar yang diembat. Untung aku masih bisa mengendalikan motorku sehingga tidak sampai menubruk motor yang terguling.

Saat aku bantu bangunin motornya, dia malah ketakutan sambil minta maaf. Aku cuma nyengir. "Kalo ga luka, cepetan pergi sebelum ketahuan polisi..."

Dalam hati aku tersenyum melihat polah anak muda itu. Mungkin ini cermin sebagian dari masyarakat kita. Walau tahu salah, tetap saja berusaha melanggar. Padahal dia selalu ketakutan dengan kesalahannya itu, biarpun orang lain, dalam hal ini aku, sebenarnya tidak punya niat apa-apa. Dan setidaknya ini membuktikan bahwa teman kita masih banyak yang pengecut tapi sok jagoan.

Tapi diamnya aku, sebenarnya bukan karena ingin membiarkan orang melakukan kesalahan di depan mata. Melainkan karena dia masih bocah. Kalo saja dia sudah menikah pasti dia bisa berpikir lain. Minimal bisa seperti aku yang tak suka mencuri start agar bisa sampai ke tujuan terlebih dahulu.

Karena ada satu pelajaran yang aku peroleh setelah menikah. Demi istri aku harus bisa belajar mengalah dan tidak terbawa emosi. Nekat menyelesaikan trek terlebih dahulu sebelum istriku mencapai finish, bisa bikin dia cemberut sepanjang malam.

Sungguh...



4 comments:

  1. wiiii
    bener tuh, ngapain juga sih buru2 amat, makanya aku takut bawa motor sendiri, sekarang pada nakutin bawa motornya, hehe

    BalasHapus
  2. kalo bawa motor orang laen berani yah, hehehe...

    BalasHapus
  3. jiahaha9
    maksudnya bukan itu, takut itu tu takut ngendarain motor sendiri, mendingan diboncengin gitu.

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena