29 Mei 2010

BBM Non Subsidi di Angkringan

Menghabiskan senja di angkringan nasi kucing, ada obrolan menarik yang aku dengar disana. Beberapa wong cilik begitu asik mendiskusikan tentang pelarangan premium untuk sepeda motor. Adu argumentasinya tak kalah dahsyat dengan rapat busuk anggota hewan.

Aku yang sejak awal hanya diam, akhirnya tertarik ikut nimbrung juga. Sebagai pembuka aku sampaikan bahwa itu belum menjadi keputusan dan baru sekedar wacana dari berbagai opsi yang diajukan. Dan kemarin opsi sepeda motor dilarang menggunakan premium sudah dicoret.

Sebagai warga di negara yang masyarakatnya hebohan memang perlu pemikiran khusus. Apa yang mereka dengar seringkali langsung diributkan tanpa mengecek alur sumbernya. Lebih parah ketika ditanya tentang informasi detailnya, selalu mentok di jawaban katanya.

Buat aku sendiri yang selalu mengkonsumsi pertamax untuk sepeda motor, bisa mengerti bahwa selisih harga yang cukup banyak perliternya sebenarnya tidak begitu terasa. Bila pulang kampung ke Cilacap menggunakan sepeda motor, berangkat dari Jokja selalu aku isi full tank. Begitu sampai ke Jokja lagi aku isi 50 ribu sudah penuh lagi. Lalu pernah pertamax kosong di setiap SPBU dan akhirnya aku mudik menggunakan premium. Balik ke Jokja, aku isi premium lagi 45 ribu sudah luber.

Tidak terlalu akurat memang, karena tidak aku catat detil kilometer jarak tempuhnya. Tapi buatku itu cukup dijadikan data pribadi. Selisih nilai uang sekitar 5 ribu rupiah buatku tidak masalah. Karena bila dikaitkan dengan kinerja mesin yang melorot jauh ketika aku pakai premium. Tarikan motor pun tidak sedahsyat pertamax. Dan sebagai catatan tambahan, aku menggunakan Yamaha V-Ixion dengan setelan standar. Untuk merk atau tipe lain mungkin hasilnya berbeda.

Selisih harga sekitar 2 ribu per liter mungkin akan sangat terasa bila kita tidak mencobanya untuk perjalanan jarak jauh. Karena untuk yang biasa muter-muter dalam kota, biasanya perhitungannya cuma sekian ribu perak untuk sekian hari.

Tapi memang pertamax menurutku hanya cocok untuk kendaraan model baru. Sepeda motor lama, bila menggunakan BBM oktan tinggi akan mengakibatkan mesin cepat panas. Ini aku rasakan ketika masih pakai motor 2 tak butut dulu. Bila ingin membersihkan knalpot yang mulai mampet, biasanya selama seminggu aku akan menggunakan bensin super, karena dulu belum ada pertamax.

Kembali ke soal wacana tadi...
Secara pribadi aku kurang setuju bila sepeda motor diwajibkan menggunakan pertamax. Karena itu transportasi murah untuk kalangan rakyat jelata, walau bila dihitung secara total, subsidi untuk sepeda motor cukup besar juga. Aku lebih setuju bila larangan itu diberlakukan untuk mobil non umum. Orang sudah mampu membeli mobil bisa dikatakan sudah tak perlu disubsidi lagi hidupnya. Secara kasar perbandingan konsumsi motor dan mobil kan bisa 1:5 atau bahkan 1:10

Mungkin perbandingan itu akan seimbang bila dikaitkan dengan daya angkut. Tapi melihat kenyataan bahwa seringkali satu mobil hanya membawa satu penumpang, jadinya tetap tidak seimbang. Hanya saja ketentuan mobil wajib BBM non subsidi harus diimbangi dengan peningkatan pelayanan transportasi masal untuk umum. Siapa tahu dengan kebijakan ini, orang lebih suka naik bus atau kereta daripada mobil untuk aktifitas sehari-harinya. Ini bisa berimbas pada pengurangan kemacetan seperti yang kita lihat di kota-kota besar. Aku sendiri rasanya malas untuk naik kendaraan umum bila kondisinya tetap seperti sekarang ini.

Trus yang lebih aku tidak setuju lagi adalah bila ketentuan ini adalah titipan dari SPBU non pertamina. Seperti kita tahu, SPBU itu menjual BBM tanpa subsidi. Sehingga kondisinya lebih sepi pembeli dibanding SPBU pertamina. Apalagi bila dikaitkan dengan rumor yang pernah aku dengar tanpa jelas sumbernya, tentang sumbangan LSM asing ketika penggodokan RUU migas beberapa waktu lalu. Mulai ruwet neh bila kaum kapitalis asing mulai ikut bermain.

Trus gimana dong..?
Yah tinggal menyadari resiko sebagai rakyat kecil yang hanya bisa manut dan manut. Kita tanya saja kepada diri kita sendiri. Malu apa tidakkah kita dengan taraf kehidupan kita untuk minta subsidi yang menjadi hak warga miskin. Tak perlu kita biaskan keyakinan diri dengan perilaku para pemakan keringat rakyat itu. Bila di kaskus kita rebutan pertamax, kenapa ga belajar konsisten di dunia nyata dengan berebut pertamax juga.

Kembalikan saja semuanya ke hati nurani masing-masing. Berteriak-teriak juga jarang ada gunanya. Salah teriak nanti malah buntutnya anarkis dan merusak kehidupan orang kecil lainnya. Toh kita tahu, antara pejabat dan penjahat itu bedanya cuma dua huruf. Sangat tipis...

Sakarepmu deh...

11 comments:

  1. Yang ada sekarang jadi aneh.
    Kendaraan roda 2 yang umumnya digunakan oleh kalangan menegah kebawah, tapi malah mau dihilangkan subsidinya.
    Sementara angkutan dan kendaraan roda 4, malah mendapatkan subsidi.
    Lucu deh.

    BalasHapus
  2. Hooh..sebagai rakyat kecil cuma bisa ikuti aja.
    Biar kata nangis darah sekalipun, gak bakal aada gunanya jika pemerintahnya tetap bersih keras.

    BalasHapus
  3. Hiduplah Indonesia Raya....
    Hahaha...

    BalasHapus
  4. Tobatlah para pejabat sebelum dapet kutukan dari rakyat!

    BalasHapus
  5. Gagasan untuk meningkatkan pelayanan publik dengan mengembangkan mass-transportation sudah tidak bisa ditunda lagi, selaih hemat energi juga bisa meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.

    BalasHapus
  6. Aneh banget lah
    kendaraan roda dua emang banyak
    tapi konsumsi BBM gak lebih dari 1/3 pemakaian
    lagian pemakainya kan cuma orang biasa dan anak sekolahan

    BalasHapus
  7. "Toh kita tahu, antara pejabat dan penjahat itu bedanya cuma dua huruf. Sangat tipis..."

    aku suka banget bagian yang ini, haghagahag..

    BalasHapus
  8. sebagai org yang tdk py kendaraan...sy sih mendukung aja keputusan pemerintah krn bs ngurangin macet dan polusi...tp sebagai org yang makan di warung...kdg naik ojek dan angkot klo bepergian...kenaikan harga ini bs berarti bencana... :D

    BalasHapus
  9. pertamx hanya untuk omentar, klo utk BBM masih enjoy pake pertamina. eh salah2 maksudkuh premium

    BalasHapus
  10. ::: kasihan yang tidak merasakan pemerataan gini yah T_T

    ::: Tapi aku agree pendapat sky drugz... ^-^

    ::: salam hangat ^-^

    BalasHapus
  11. makin bingung aja melihat tingkah polah pengelola negeri ini. jadi pengen pergi ke mars...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena