24 Mei 2010

Mitos Lagi...

Pulang kampung, apalagi berdekatan dengan ibu hamil, sama artinya dengan menceburkan diri ke alam mitos. Begitu banyak kata-kata tak jelas faktanya yang bertebaran dan ketika akan ditelusur semua cukup dengan satu jawaban, ora ilok atau pamali.

Seperti ketika membelah kelapa muda dan airnya muncrat, kata-kata reflek dari orang-orang disekitar adalah, anaknya cowok..! Tapi ketika melihat perut istriku yang bentuknya membulat, mereka akan bilang, anaknya cewek. Kalo cowok katanya memanjang.

Padahal aku sendiri tak pernah mempermasalahkan nanti lahirnya cowok atau cewek. Tidak pula berharap-harap akan jenis kelamin anakku nanti. Apapun yang keluar akan aku terima dengan senang hati sebagai suatu amanat yang harus aku bimbing seumur hidupku. Malah sejak kehamilan 8 bulan, istriku sudah tidak pernah USG lagi untuk sekedar melihat jenis kelaminnya. Biar surprise, katanya...

Ada lagi petunjuk tak jelas, yang mengatakan semakin tua kehamilan, suami harus lebih rajin nengokin untuk menuakan katanya. Ada lagi yang bilang agar nanti keluarnya mudah karena jalannya sering diambah. Aku sendiri cuma sebatas mengiyakan tanpa pernah memikirkan itu. Mau ngambah atau tidak bagiku tergantung aku dan istriku. Itupun bukan karena mitos itu, tapi karena memang kewajiban suami untuk menafkahi istri.

Kekurangpedulianku terhadap mitos, tidak hanya sebatas yang konon kabarnya saja atau warisan tak jelas dari nenek moyang. Tapi juga hal-hal yang katanya hasil penelitian modern. Kalo aku dan istri merasa tak nyaman, ya tak pernah mau peduli. Karena prinsipku, kegiatan apapun dalam rumah tangga bukan menurut kata orang, tapi berdasarkan kompromi antara suami dan istri.

Contohnya, di internet begitu banyak artikel yang mengatakan istri tidak akan suka bila suaminya tertidur lelap setelah aktifitas seksual. Namun karena istriku tak mempermasalahkan, aku damai-damai saja ke alam mimpi seusai bekerja keras.

Karena justru istriku yang mengatakan bahagia bila melihatku pulas tertidur. Dia malah akan bertanya-tanya bila aku masih saja terjaga, seolah ada kekawatiran aku tidak bahagia dengan aktifitas yang baru saja usai. Apalagi kalo setelah itu, aku malah main game di komputer atau ngeluyur ke cafe sampai pagi. Wah tidak suka banget dia...

Jadi, biarlah mitos bertebaran di sekelilingku. Yang penting apa yang menjadi kompromi, itu yang aku yakini merupakan kewajiban...

1 comments:

  1. setuju bgt mitos itu cuman warisan nenek moyang ga da pnjelasan ilmiah'a gajebo contoh perawan ga boleh duduk d depan pintu klo kta mitos pamali seret jodoh tp klo kta w tuh cw ngalangin jalan akakakakakakkaaak

    klo ibu hanil hrus bwa gunting kmn2 hehehehehehehe maaf az bini w ga prnah bwa gunting tuh tp smwa aman az
    mitos itu cuman dongeng cerita orang tua dulu klo terlalu d percaya = pembohdohan sma dri u sndiri hehehehehehehehehehhe

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena