08 Mei 2010

Yang Terdalam

Kau telah tinggalkan
Hati yang terdalam
Hingga tiada cinta
Yang tersisa di jiwa

Dahsyaaaat....

Andai saja aku seorang penyair, tentu tak akan sulit untuk menuliskan puisi seindah itu. Sayang aku cuma seorang penyiar yang tak tahu syi'ar. Jadinya cume bisa berceloteh tak karuan di blog. Memaksakan diri membuat puisi hanya membuat curahan rindu ini menjadi bahan tertawaan orang. Itu kangen apa kebelet, mas..?



Awalnya cuma dishare lagu ini oleh Eka juragan baskom Jerman. Didengar sekali kok rasanya enak tenan didengerin dalam kondisi perasaan yang melowlong-lowlong seperti sekarang. Walau terus dikomplen, masa laki-laki suka lagu kayak gini..?

Aku malah balik nanya. "Aku kan laki-laki, jadi pas dong judulnya. Kamu ga tau ya, bedanya laki-laki dan perempuan ketika pidato..?"

"Apa hubungannya lagu dengan pidato..? Emang kalo cewek suka lagu ini salah ya..?"

Aku mau terangkan ga tega. Apalagi ditulis di blog yang mungkin dibaca anak kecil. Ini kan sudah 21+, walau kadang orang ga sadar berpidato di depan anak kecil.

Coba perhatikan, bapak-bapak biasanya akan mengucapkan, "mohon maaf yang sedalam-dalamnya."

Kalo ibu-ibu biasanya, "mohon maaf yang sebesar-besarnya..."

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...



6 comments:

  1. jiahahahaha....
    yang dalam
    yang besar
    hmmmm..........

    BalasHapus
  2. Hush... seneng yah kalo urusan gituan...

    BalasHapus
  3. lirik lagu ini dalem banget loh.. pasti lagi keinget sama something-something.. :D *cuma nebak doang*

    BalasHapus
  4. hmm, pancet ae.. :p

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena