12 Mei 2010

Basic Instinct

Walau jaman selalu berubah, tapi yang namanya basic instinct manusia tetaplah sama. Seperti ketika ada ada yang pesen lukisan, permintaannya kebanyakan sama. "Jerawatnya jangan dilukis lho.." Atau kalo ibu-ibu yang big size, "dirampingin dikit ya, mas.."

Dan itu bersifat global. Seperti ketika ada pesanan melalui email dari Liechtenstein, tetap saja ada kata-kata begini, "Will heissen Laura ist schlanker." Jadi aku pikir soal penampilan, perempuan punya bawaan bayi yang sepanjang jaman tak berubah, tampil langsing.



Seperti ketika ada yang komentar, tentang tulisan yang seringkali menjurus atau menyerempet ke soal seksual walau tidak vulgar. Aku cuma bisa jawab itu bawaan bayi. Tak mau membicarakan itu menurutku hanya menunjukan sifat kita yang munafikun. Tidak sekali dua kali aku temukan teman yang di blognya begitu alim dan banyak post tentang keagamaan, tapi ketika chat atau ngobrol di PM tetap saja ngomong jorok.
Aku tak mau seperti itu. Sok alim tapi aslinya otak kotor. Biar saja semua aku katakan apa adanya. Aku tak ingin orang salah terka tentang aku. Manusia error dikira baik-baik. Walau sejujurnya menurut orang sunda aku termasuk orang yang alim. Alim ka masjid maksudnya...

Kenapa aku begitu suka mengatakan bawaan bayi. Karena memang aku lebih suka menjadi bayi, minimal anak-anak deh. Menjadi orang dewasa terlalu banyak aturan yang kadang tidak aku fahami maksudnya. Menjadi baik untuk orang dewasa rasanya sangat tidak enak. Beda dengan anak-anak. Ibarat kata kita sakit dan harus minum obat. Obat orang dewasa kebanyakan rasanya pahit. Rasa jeruk atau stroberi hanya untuk anak-anak. Yang enak untuk orang dewasa kebanyakan malah bikin kolesterol meningkat dan buntutnya stroke.

Kita yang sering ngeblog seringkali bilang ga bisa nulis karena ga ada ide. Itulah kekalahan orang dewasa dibanding anak-anak. Anak-anak selalu penuh ide liar dan ga pernah terpikirkan ikatan aturan yang terlalu banyak. Misalkan mau menyebrang jalan, orang dewasa selalu terpaku pada aturan baku, berhenti di pinggir, tengok kanan kiri, baru mulai melangkah. Anak kecil tak pernah memikirkan itu. Dia bisa saja nyelonong lari, lonjak-lonjak, jungkir balik atau sambil nungging. Dan ketika kita melihat anak-anak berbuat seperti itu, paling banter hanya berkata, dasar anak-anak. Coba kalo orang dewasa, paling banter teriakan, affffuuuuuuu...!

Itu kan menyerempet bahaya..? Kenapa takut, bila dengan itu kita bisa menemukan sensasi yang berbeda dalam hidup. Tanpa blogger nyeleneh, blogwalking bisa terasa hambar. Tanpa orang aneh, orang akan sulit melihat dirinya masih normal. Bertahan di missionary position setiap waktu, bisa membuat pasangan selingkuh. 

Sering kita bilang, back to basic. Tapi sekedar lip service semata. Kita masih saja malu mengakui basic instinct kita dan kembali ke dunia kepura-puraan. Udah tahu kere, tapi pengen sok kaya. Akhirnya duit rakyat diembat. Udah tahu jorok, didepan pacar sok resikan. Begitu menikah istrinya ngambek ketauan aslinya. Senengnya bersih-bersih harta tetangga, embat sana embat sini...

Bukan aku ingin membiarkan diri hidup jorok. Aku hanya ingin apa adanya. Kalo memang ingin dianggap baik, ya belajar menjadi baik dulu biar total. Kalo belum mampu menjadi baik, ya jangan sok baiklah. Kasihan orang lain yang jadi korban salah sangka. Bisa-bisa buntutnya jadi tersangka tar...

Lihatlah anak TK yang mengerjakan PR gambar pemandangan. Dimana-mana selalu menggambar dua buah gunung berdekatan. Dan di tengahnya bulatan matahari dikasih garis-garis mencuat ke atas bak rambut. Tak lupa gambar sawah di sekitarnya. Seolah-olah sesuai gambaran agama yang mengatakan, "istrimu adalah sawah bagimu..." Tak heran bila selalu ada gambar burung-burung menghampiri...

Apakah kita mengasosiasikan itu sebagai gambar jorok..? Tentu tidak kan..? Nah, itulah yang aku maksud dengan bawaan bayi. Kita bisa mengungkapkan sifat dasar kejorokan kita secara tersirat. Bila itu terungkap secara tersurat alias vulgar, berarti itu sudah bukan sifat anak-anak lagi. Tapi orang dewasa yang tidak dewasa, terbaca otak bokep. Cuma cari sensasi untuk mengundang komentar.

Eh, kok awal sampai akhirnya ga nyambung yah..?
Gapapa deh. Minimal aku bisa membuktikan bahwa aku memang lagi kumat setresnya. Tagihan jatuh tempo menumpuk, tapi dari kantor Jakarta belum transfer dana. Padahal yang di kampung sudah sejak pagi sms, "cepetan pulang ya, udah tak siapin oseng belut..."

Asiiik...
Terima kasih sayang oseng belutnya.
Tar aku kasih belut juga deh...

2 comments:

  1. basic instict sesuai gambarnya, kalo ga bisa gambar gambar pemandangan pasti ya gunung sama sawah... untung saya ngga hihi :p

    BalasHapus
  2. Hehehe ga tau tuh. Bawaan bayi kali, gambarnya selalu begitu...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena