25 Mei 2010

Headset

Semenjak mulai suka lagi dengan angkutan umum kelas ekonomi, aku jadi suka membawa headset bawaan hape. Sebelumnya, aku bawa headset paling banter kalo pas nyupir sendiri. Itupun terbatas hanya untuk nelpon, tak lebih.

Semenjak mengalami masalah dengan polusi suara beberapa waktu lalu, headset menjadi sarana ampuh untuk menepis masalah tanpa masalah. Aku tak mau kejadian seperti di kereta itu terulang kembali. Ketika ada yang nyetel musik dengan full volume tanpa peduli speker hapenya yang cempreng. Lirikan sinis dan sindiran penumpang lain seolah tidak pernah mengena di ujung hati pelaku. Bila ada yang menegur, musiknya berubah pelan. Tapi lama kelamaan volumenya meningkat lagi.

Dia baru diam ketika ada yang mau menghampiri dan bilang, "mas hapenya berapa harganya..?"
"Kenapa mas..?"
"Aku bayarin deh..."
"Trus aku pakai apa..?"
"Terserah situ, berapapun aku bayar deh."
"Buat apa..?"
"Mau aku banting. Brisik...!" katanya sambil ngeloyor pergi. Untung yang nawar badannya gede, jadinya dia langsung bungkam. Kalo langsing, trus berantem kali...

Setelah itu kejadian itu, aku jadi suka mengisi hapemu dengan file mp3 sebelum pergi kemana-mana. Ketika musik di mobil atau ada suara-suara ga enak, aku tak perlu sebel lagi. Cukup sumpal telinga pakai headset dan bermusik, asiiik...

Cuman, hobi baruku itu menuai sebel juga ketika naik bus kemarin. Di sebelahku ada cewek yang semula aku pikir cerdas dan minimal mahasiswi yang super sibuk. Sepanjang perjalanan kerjaannya cuma ngutak atik netbook. Awalnya sih aku ga mau tahu urusan orang, tapi lama-lama penasaran juga dan melirik ke monitor mungilnya. Buset... pesbuk...

Sebodo amat deh, lagian ketika aku sok akrab juga jawabnya cuma iya, engga, iya, engga.. Mentang-mentang aku cuma bawa ransel butut dan sandal jepit kali yow..?  

Nah, aku mulai terusik ketika dia mulai bermusik di netbooknya. Ga keras sih, tapi kan jadi ga nyaman campur baur dengan musik dari speker bis. Aku keluarin deh hapeku dan mulai bermusik melalui headset biar ga mengganggu penumpang lain. Belum juga habis satu lagu, si mbak itu mulai mengusikku secara fisik.

"Mas, MP3 playernya bagus ya. Merk apa..?"
"XPeria, mbak.." jawabku pelan. Walau agak dongkol, aku kan harus berbuat baik dengan sesama.
"Merknya aneh. Barang china memang macem-macem sekarang ya, mas. Walau murahan tapi bisa touchscreen. Sayang suka kurang peka. Tapi skin playernya bagus tuh, seperti windows media player...."
"Emang pakenya windows mobile.."
"Ooo ipod-ipodan ya. Kenapa ga pake hape saja sih, mas. Kan praktis, bisa buat nelpon, chatting, pesbuk, ga cuma nyetel musik. Bikin pesbuk dong, mas. Nanti adede aku ya..."

Lama-lama bete juga dengan caramah-ceramahnya. "Emang ini hape, mbak..."
"Ah, mas becanda. Kalo hape hedponnya ga pake colokan salon, lewat cascasan, mas..."

Apalagi sih, ada colokan salon segala. Emangnya hape mau buat ngerebonding gigi..? Tapi tak sabar-sabarin sambil aku tunjukan keypad slidernya ketika ada sms masuk. Aku lihat dia diam sejenak, udah rada ngeh kali. Eh, salah. Dia nyerocos lagi...

"Mas, nanti kalo punya duit, mendingan beli blekberi. Lumayan mahal sih, tapi kan bisa buat pesbukan..."

Hiiiih...
Habis dah kesabaranku. Aku pun bangkit berdiri sambil permisi, "maaf, mbak. Aku ke belakang dulu..."
"Kemana, mas..?"
"Pipis..."

Ganti dia yang bengong. Bingung mikir aku pipis dimana karena di bus ga ada toiletnya apa ingin ikut pipis bareng, aku ga tahu dah. Yang pasti aku pindah ke kursi di pojokan belakang dan tidur dengan damainya...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena