19 Mei 2010

Aku dan Kucing


Waktu masih kecil dulu, aku begitu percaya dengan mitos-mitos tentang kucing. Seperti misalnya kucing itu kakeknya macan atau setan itu takutnya sama kucing. Makanya dulu aku begitu suka memelihara kucing, sampai tidurpun berteman kucing.

Tapi seiring aku membesar, semua mitos-mitos itu mulai luntur dari benakku. Apalagi setelah di rumah ada adik sepupu yang mengidap asma dan alergi terhadap bulu kucing, aku tak pernah lagi memeliharanya. Lebih lanjut ketika baca tentang toxoplasma yang bisa berkembang biak di tubuh binatang itu. Wah makin jauh aku dari makhluk yang bernama kucing.


Ketika hidup di jalanan, aku juga mendengar tentang mitos apesnya seseorang bila menubruk kucing. Tapi aku tak pernah peduli lagi. Yang penting udah mencoba membunyikan klakson, menginjak rem dan banting setir sedikit, bagiku sudah cukup. Masalah tetap kucingnya terlindas, tak pernah terpikirkan lagi olehku.

Namun ada benarnya juga sih, bila menubruk kucing di jalan bikin sial. Terutama bila kita terlalu mempercayai mitos itu sampai banting setir atau ngerem tanpa kontrol. Kalo ga nubruk kendaraan lain ya ditubruk yang di belakang kita atau nyungsep di selokan pinggir jalan. Kalo buatku sendiri yang apes tuh kucingnya. Ngapain ngebelain keselamatan kucing, bila kita harus mengorbankan keselamatan sendiri. Salah sendiri main di jalanan, bukannya nguber tikus di DPR...

Aku mulai akrab lagi dengan kucing setelah tinggal di Jokja. Nasi kucing merupakan menu favorit, terutama di tanggal tua. Tapi itupun tak bertahan lama, karena aku sempat sebel juga dengan menu itu gara-gara OB baru. Apalagi setelah ada kasus bercinta dengan kucing beberapa waktu lalu. Makin alergi aku ke binatang tak berdosa itu.

Makanya sore ini aku sebel banget. Lagi konsentrasi nguber deadline pameran, malah dilaporin OB, "Pak, kucingnya beranak..."

"Ngapain sih, kucing beranak aja musti laporan..?"
"Katanya kalo ada apa-apa disuruh bilang. Siapa tahu mau lihat anak-anaknya, pak..."

Buseeeeet....
Dibilang lagi alergi, malah disuruh lihat. Lagian inget kasus bercinta itu, mau ga mau aku was was juga. Gimana kalo anak kucingnya ga mengeong melihatku. Tapi tereak, "ayaaaaah..."

Amit amit dah...

 

7 comments:

  1. ahahhahah,,
    ngebayangin tu kucing tereak "ayaahh"
    ngakak sendiri :D

    BalasHapus
  2. wah.... g suka ma kucing yah.... ^^

    BalasHapus
  3. wah sinta payah neh...
    seneng liat orang laen susah yah..?
    hahaha

    BalasHapus
  4. dulu pernah suka inge...
    gara gara sepupu itu jadinya ga piara lagi

    BalasHapus
  5. minta satu donk...!

    imut banget!

    BalasHapus
  6. hahaha semuanya juga boleh...

    BalasHapus
  7. bercinta dengan kucing, kirain ada apa ternyata mimipi toh hehehe

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena