Ketika BOD atau jajaran direksi dari pusat datang ke site, ada satu hal yang menyenangkan bagi karyawan yaitu soal ransum. Biarpun menu untuk karyawan tak pernah sama dengan menu big bos, tapi minimal selalu ada peningkatan gizi dibanding saat bos tidak di sini. Mungkin para pejabat di site pengen dianggap punya perhatian penuh terhadap ransum karyawan saat bos inspeksi ke dapur. Soalnya big bos memang tak pernah mau tinggal di hotel dan lebih suka tidur di guesthouse.
Itu yang sering aku bingung dengan yang namanya manusia saat dikasih amanat jabatan. Pejabat tertinggi saja bisa low profile dan begitu merakyat, yang sedikit di bawahnya nyebelinnya minta ampun. Tak perlu menekan bawahan secara berlebihan juga semua orang tahu kalo jabatannya manager. Untuk apa harus unjuk kekuasaan di segala kesempatan dan mungkin sampai mengasuransikan telunjuknya karena memang cuma itu yang digunakan untuk kerja.
Aku bisa melihat cukup banyak orang disini yang jadi pejabat cuma karena nasib saja. Kemampuan kerja dan mengelola bawahan bisa dibilang teramat kurang. Ciri-ciri orang seperti ini bisa dilihat saat mereka bicara atau memerintah, selalu membawa-bawa nama orang lain. Cuma mau orang mengerjakan sesuatu saja harus pakai embel-embel, "menurut perintah big bos..."
Tanda-tanda yang lain adalah, saat dapat teguran dari pusat dengan enteng dia melemparkan masalahnya ke bawahannya di depan forum. Padahal aku malah suka tersinggung kalo sampai ada orang lain memarahi anak buahku secara langsung. Apapun yang mereka perbuat, dibawah perintahku atau tidak, tetap aku yang tanggung jawab.
Aku punya cara sendiri untuk mengatur pasukan agar tetap kompak dalam tim. Biasanya aku pancing mereka dengan penghasilan karena aku tahu departemen-departemen yang pimpinannya ga mau tahu urusan kesejahteraan. Aku ngotot dulu ke HRD untuk urusan gaji mereka. Lalu aku sampaikan ke pasukan, kalo mereka tak bisa ikuti target kerjaanku, akan aku mutasikan ke departemen lain yang komendannya katrok. Memang ini cukup efektif untuk menekan anak buah tanpa harus sok ngebos. Tapi efek sampingnya aku suka pusing dengan karyawan bagian lain yang merengek-rengek minta masuk IT. "Dah setahun ga pernah naik gaji, pak... Tiap hari cuma dimarah-marahin mulu... dll dll..."
Efek samping lain dari gayaku ini, karirku memang jadi lebih lambat dibanding mereka yang gemar cari muka. Aku tak bisa kalo harus bermanis-manis saat BOD datang ke site. Saat minta sesuatu atau memperjuangkan pasukan, aku malah lebih sering dengan cara mutung minta dikirim tiket pulang kampung. Aku ga takut kehilangan pekerjaan. Nyatanya walau mutungan, aku ga juga dipecat. Lagian apa yang aku mutungin juga untuk kepentingan perusahaan. Tapi yagitu deh. Karena sistemnya disini memang masih acak kadut, apa yang aku perjuangkan kadang dijegal bagian lain terutama di masalah prasarana dan pengadaan.
Termasuk soal perbaikan menu di kantin mess. Saat aku sampaikan ke big boss, bagian urus rumah tangga memang iya-iya. Tapi begitu bos cabut, semua kembali ke kondisi semula. Makanya aku suka mikir, gimana caranya biar di site selalu ada BOD. Soalnya begitu BOD kembali ke Jakarta, yang ada di sini jadi BAD. Biarin Aja Deh...
Memang susah kerja dengan orang susah...
Itu yang sering aku bingung dengan yang namanya manusia saat dikasih amanat jabatan. Pejabat tertinggi saja bisa low profile dan begitu merakyat, yang sedikit di bawahnya nyebelinnya minta ampun. Tak perlu menekan bawahan secara berlebihan juga semua orang tahu kalo jabatannya manager. Untuk apa harus unjuk kekuasaan di segala kesempatan dan mungkin sampai mengasuransikan telunjuknya karena memang cuma itu yang digunakan untuk kerja.
Aku bisa melihat cukup banyak orang disini yang jadi pejabat cuma karena nasib saja. Kemampuan kerja dan mengelola bawahan bisa dibilang teramat kurang. Ciri-ciri orang seperti ini bisa dilihat saat mereka bicara atau memerintah, selalu membawa-bawa nama orang lain. Cuma mau orang mengerjakan sesuatu saja harus pakai embel-embel, "menurut perintah big bos..."
Tanda-tanda yang lain adalah, saat dapat teguran dari pusat dengan enteng dia melemparkan masalahnya ke bawahannya di depan forum. Padahal aku malah suka tersinggung kalo sampai ada orang lain memarahi anak buahku secara langsung. Apapun yang mereka perbuat, dibawah perintahku atau tidak, tetap aku yang tanggung jawab.
Aku punya cara sendiri untuk mengatur pasukan agar tetap kompak dalam tim. Biasanya aku pancing mereka dengan penghasilan karena aku tahu departemen-departemen yang pimpinannya ga mau tahu urusan kesejahteraan. Aku ngotot dulu ke HRD untuk urusan gaji mereka. Lalu aku sampaikan ke pasukan, kalo mereka tak bisa ikuti target kerjaanku, akan aku mutasikan ke departemen lain yang komendannya katrok. Memang ini cukup efektif untuk menekan anak buah tanpa harus sok ngebos. Tapi efek sampingnya aku suka pusing dengan karyawan bagian lain yang merengek-rengek minta masuk IT. "Dah setahun ga pernah naik gaji, pak... Tiap hari cuma dimarah-marahin mulu... dll dll..."
Efek samping lain dari gayaku ini, karirku memang jadi lebih lambat dibanding mereka yang gemar cari muka. Aku tak bisa kalo harus bermanis-manis saat BOD datang ke site. Saat minta sesuatu atau memperjuangkan pasukan, aku malah lebih sering dengan cara mutung minta dikirim tiket pulang kampung. Aku ga takut kehilangan pekerjaan. Nyatanya walau mutungan, aku ga juga dipecat. Lagian apa yang aku mutungin juga untuk kepentingan perusahaan. Tapi yagitu deh. Karena sistemnya disini memang masih acak kadut, apa yang aku perjuangkan kadang dijegal bagian lain terutama di masalah prasarana dan pengadaan.
Termasuk soal perbaikan menu di kantin mess. Saat aku sampaikan ke big boss, bagian urus rumah tangga memang iya-iya. Tapi begitu bos cabut, semua kembali ke kondisi semula. Makanya aku suka mikir, gimana caranya biar di site selalu ada BOD. Soalnya begitu BOD kembali ke Jakarta, yang ada di sini jadi BAD. Biarin Aja Deh...
Memang susah kerja dengan orang susah...
Ommm bantu saya T___T <- ini kayaknya ketiga kali aku nulis ini ke njenengan, tadi via MP, via YM~
BalasHapusSama saja ternyata om... Di Sini juga gitu.. Idem... Sami Mawon...
BalasHapusceritanya nih lagi curhat ya, hemm terkadang orang yg mendapatkan jabatan tingginya dari proses instant maka begitulah cara cara kerjanya lain lagi jika seseorang tsb mendapatkan jabatanya tsb dari nilai nol dia akan mempunyai etos kerja yg lbh berkualitas hehe..
BalasHapusdimana-mana sama saja ternyata
BalasHapusnamanya juga kerjaan.. justru mikirnya gimana dngan adanya kita kerjaan beres dengan cara yang lebih baik kan?.
BalasHapus#duh sok banget padahal kerjaanku dewe gak beres2. wkakaka
hehehehe....
BalasHapusyo ngono nek oLeh jabatan Langsung Loncat, hasiL kerjanya juga Loncat-Loncat. tapi ideaLisme untuk mempertahankan kebersamaan Lebih berharga dan punya niLai kepuasan tersendiri, dari pada dapat penghargaan dari hasiL cari muka.
Maaf, tadi big bos bilang agar untuk ransum pegawai jangan yang mahal2, cukup yang sederhana saja. :p
BalasHapus