Sate Ambal

Acara hari ini adalah balik ke Jogja. Aku harus selesaikan urusan akte kelahiran Cipta dan segala administrasi kependudukan ke kelurahan sebelum cutiku habis.

Seperti biasa, walau sedang dalam urusan penting, urusan perjalanan tetaplah urusan kuliner. Sudah jadi kebiasaan perjalanan Cilacap Jogja yang normalnya cuma 4 jam, ditempuh seharian kebanyakan mampir makan. Karena sasaran ibue kali ini adalah sate ambal, makanya di Gombong aku keluar dari jalan besar dan masuk ke jalur pantai selatan atau biasa disebut jalan Daendels.

Kecamatan Ambal paling mudah ditempuh dari Kutowinangun. Lurus saja ke selatan sampai nemu pertigaan jalan Daendels. Cukup banyak warung sate Ambal sepanjang jalan. Bila urusan tusuk sate Ma Erot yang jadi trade mark, sate ambal punya pak Kasman sebagai pakar sate paling awal. Jadi jangan heran bila hampir semua warung mengaku sebagai anak, cucu, keponakan, saudara atau tetangganya temennya pak Kasman.

Rasanya lumayan enak campuran antara manis asem dan pedasnya bumbu tauco. Rasa manisnya didapat dari daging ayamnya. Mungkin waktu dibakar disiram gula dulu banyak-banyak. Makanya untuk yang belum biasa, waktu pesan minta saja 10 tusuk. Soalnya porsi defaultnya seperti sate Tegal yaitu satu kodi alias 20 tusuk. Waktu makan 10 tusuk pertama ditemani lontong memang rasanya asik. Tapi pas ngabisin 10 tusuk berikutnya, rasa manisnya bikin kenyang atau mungkin enek kali ya. Yang jelas aku tak pernah bisa ngabisin 20 tusuk termasuk ketika aku coba tanpa lontong.

Kalo ada yang pengen nyicipin sensasinya, belok saja ke jalur pansel kalo pas lewat daerah Kebumen. Sekalian saja yang pengen lewat jalur yang ga padat lalu lintasnya, dari situ ke arah Jogja jalanan sudah mulus dan di beberapa tempat sudah diperlebar. Yang penting kalo mau lewat jalan Daendels perhatikan indikator bahan bakar kendaraan. Karena sepanjang jalur itu tidak ada SPBU.

Dah ya...
Jalan lagi ah...

Mobile Post via XPeria