Selain langganan dapet sms mama minta pulsa, aku juga berlangganan dapat komplen mertua untuk urusan anak. Ini berkaitan dengan kebiasaan di kampung, dimana sebelum 40 hari bayi tidak boleh dibawa keluar rumah. Di beberapa daerah malah lebih gawat lagi, dibawa ke dapur pun tidak boleh. Selain itu, di sekitar bayi akan banyak pernak-pernik tradisional seperti rempah-rempah atau biasa disebut empon-empon. Kalo di daerah yang berbau Sunda, biasanya dimasukin kantong kain yang disebut kanjut kundang.
Perlakuan terhadap bayi kampung yang belum berumur 40 hari sangat beragam dan sebagian besar berbau mistis. Di beberapa daerah ada yang dinamakan sambetan. Setiap menjelang maghrib, orang tua bayi harus mengunyah sambetan atau rempah bengle dan sejenisnya untuk kemudian disembur-semburkan sambil mengelilingi rumah. Begitu juga saat anak terus menerus menangis waktu malam hari. Bapaknya harus muterin rumah sampai anaknya diam. Di beberapa kasus malah harus sambil telanjang biar makhluk pengganggu anaknya ngibrit lihat jimat si bapak.
Saat maghrib tiba, anak tidak boleh dibiarkan sendiri dalam kamar dan harus digendong. Katanya sih biar ga digondol wewe. Walau menurutku, kebiasaan itu berasal dari kampung yang dekat hutan. Waktu maghrib merupakan saat dimana nyamuk lagi getol-getolnya mencari mangsa. Dengan dipangku, minimal ada yang melindungi bayi saat nyamuk datang menyerang.
Mitos-mitos pra 40 hari inilah yang seringkali aku langgar. Seperti hari kemarin ketika ibue Citra mengeluh mulai jenuh di rumah. Sebagai suami siaga, aku langsung siap grak saat ibue mengucap kata Teluk Penyu. Kayaknya enak juga makan sea food setelah beberapa hari ngikut ibu menyusui yang hanya makan sayur bening doang. Buntutnya tak cuma ortu yang komplen. Selama di pantai pun selalu dikomentarin orang, karena membawa Cipta yang baru berumur 10 hari.
Mungkin ada benarnya fisik bayi masih lemah. Tapi bukan berarti harus diisolasi rapat-rapat tanpa dilatih untuk memperkuat sel imun dan antibodinya. Waktu kelahiran Citra dulu, pulang dari RS aku bawa pakai mobil pick up tanpa AC. Umur 20 hari sudah aku bawa ke Teluk Penyu juga. Umur sebulan, aku ajak berpanas-panas di pasar Klewer Solo. Sampai sekarang pun Citra tak pernah aku larang mandi hujan, main di kebon atau berkotor-kotor di pantai. Nyatanya fisiknya malah jadi kuat dan tidak gampang sakit. Sepertinya perlakuan yang sama juga akan aku terapkan terhadap Cipta.
Biarpun suka melanggar pantangan kampung, sebab akibat logisnya selalu aku perhitungkan dulu. Kalo urusannya sudah tentang persetanan, seringkali aku agak abaikan. Setan itu tukang goda, bukan tukang colong bayi. Aku lebih ngeri sama babisiter kota yang suka nyewain anak majikannya ke pengemis daripada kuntilanak kampung yang cuma suka cekikikan di atas pohon.
Tapi suer...
Urusan 40 hari, aku cuma berani melanggar untuk urusan anak doang
Kalo soal ibue, aku tetap patuh sampai 100 hari
Anggap saja lagi bikin cendol...
Perlakuan terhadap bayi kampung yang belum berumur 40 hari sangat beragam dan sebagian besar berbau mistis. Di beberapa daerah ada yang dinamakan sambetan. Setiap menjelang maghrib, orang tua bayi harus mengunyah sambetan atau rempah bengle dan sejenisnya untuk kemudian disembur-semburkan sambil mengelilingi rumah. Begitu juga saat anak terus menerus menangis waktu malam hari. Bapaknya harus muterin rumah sampai anaknya diam. Di beberapa kasus malah harus sambil telanjang biar makhluk pengganggu anaknya ngibrit lihat jimat si bapak.
Saat maghrib tiba, anak tidak boleh dibiarkan sendiri dalam kamar dan harus digendong. Katanya sih biar ga digondol wewe. Walau menurutku, kebiasaan itu berasal dari kampung yang dekat hutan. Waktu maghrib merupakan saat dimana nyamuk lagi getol-getolnya mencari mangsa. Dengan dipangku, minimal ada yang melindungi bayi saat nyamuk datang menyerang.
Mitos-mitos pra 40 hari inilah yang seringkali aku langgar. Seperti hari kemarin ketika ibue Citra mengeluh mulai jenuh di rumah. Sebagai suami siaga, aku langsung siap grak saat ibue mengucap kata Teluk Penyu. Kayaknya enak juga makan sea food setelah beberapa hari ngikut ibu menyusui yang hanya makan sayur bening doang. Buntutnya tak cuma ortu yang komplen. Selama di pantai pun selalu dikomentarin orang, karena membawa Cipta yang baru berumur 10 hari.
Mungkin ada benarnya fisik bayi masih lemah. Tapi bukan berarti harus diisolasi rapat-rapat tanpa dilatih untuk memperkuat sel imun dan antibodinya. Waktu kelahiran Citra dulu, pulang dari RS aku bawa pakai mobil pick up tanpa AC. Umur 20 hari sudah aku bawa ke Teluk Penyu juga. Umur sebulan, aku ajak berpanas-panas di pasar Klewer Solo. Sampai sekarang pun Citra tak pernah aku larang mandi hujan, main di kebon atau berkotor-kotor di pantai. Nyatanya fisiknya malah jadi kuat dan tidak gampang sakit. Sepertinya perlakuan yang sama juga akan aku terapkan terhadap Cipta.
Biarpun suka melanggar pantangan kampung, sebab akibat logisnya selalu aku perhitungkan dulu. Kalo urusannya sudah tentang persetanan, seringkali aku agak abaikan. Setan itu tukang goda, bukan tukang colong bayi. Aku lebih ngeri sama babisiter kota yang suka nyewain anak majikannya ke pengemis daripada kuntilanak kampung yang cuma suka cekikikan di atas pohon.
Tapi suer...
Urusan 40 hari, aku cuma berani melanggar untuk urusan anak doang
Kalo soal ibue, aku tetap patuh sampai 100 hari
Anggap saja lagi bikin cendol...
Bikin cendol?love,peace and gaul.
BalasHapuskalo pakde malah gak ngreken tentang 5,40 atau 1001 hari, yang penting saban hari dapat.... he he he..
BalasHapusrepot juga kalau tinggal di daerah yg masih percaya dengan takhayul/mitos
BalasHapusWow, ternyata masih banyak mitos2 seperti itu ya...baru tau gua...eh gua ga ngerti bagian patuh 100 hari bikin cendolnya
BalasHapusikutan nimbrung yaaaaaaaaaa
BalasHapusceritanya hampir sama dg atikel di atas sieh, cuma ini dari 3477, ada aja yg di smss, udah saya unreg masih tetap aja dapat sms, dan ngenesnya pulsa di sedot Rp2000/1SMS
Ra dong aku om maksudnya cendeol itu...
BalasHapusHahahaha idem om soal 40 hari... Anakku umur 20 dino, wis diajak glidig soko solo tekan maluku. Nekat-nekatan...
BalasHapusRepot juga kalau ortunya hobby jalan ya, anak masih umur beberapa hari aja udah diajak jalan juga... #geleng2kepala
BalasHapussaya dan suami juga termasuk orangtua yg kebal mitos, anak saya blm sampe 7 hr sudah saya ajak ke pasar, walau ga saya ajak ke dlm krn takut bnyk virus, umur 2 minggu saya bawa ke pantai..heheh..aman-aman aja tuh..
BalasHapusPas baca blog ini aku kaya ngerasa kenal bahasanya. Mas Eko. Iseh kelingan aku rak. Fifi. Anaku umur 3 minggu.
BalasHapus