25 Oktober 2011

Bolot

Kerja di tempat rada ekstrim, tapi sarana safety masih kedodoran ya begini rasanya. Nyerempet bahaya sudah pasti. Bikin bete namun kadang jadi ngakak dah langganan. Minta peralatan pengaman diri yang canggih entah kapan bisa terpenuhi. Orang bilang duit batubara itu tidak ada serinya. Tapi kenyataannya beli perangkat keselamatan saja susahnya minta ampun.

Salah satu masalah di site adalah tingkat kebisingan yang tinggi. Terutama saat kerja di dekat alat berat. Masih mending kalo kerjaan yang tak perlu banyak koordinasi. Kalo harus kerja tim yang terpisah-pisah, sedangkan komunikasi cuma mengandalkan HT standar, salah langkah sedikit fatal akibatnya. Seperti misalnya lagi urus perangkat dan jaringan yang berkaitan dengan kelistrikan arus kuat. Eh, jangan bingung ya. Kalo disini IT juga harus urus listrik. Rada katrok memang...

Karena bising, komunikasi lewat radio seringkali salah sambung. Untuk itu setiap pekerjaan selalu ada petugas pemantau yang ngepos di tempat yang aman dan senyap. Pihak-pihak di lapangan dalam berkomunikasi harus saling mengulang perintah dan baru dilaksanakan setelah ada perintah dari pengawas. Misalnya petugas genset sudah teriak, "listrik mau dimasukan, silakan menjauh dari perangkat."

Petugas lain yang bekerja sepanjang jaringan atau perangkat harus berteriak yang sama, "menjauh dari perangkat, listrik akan dimasukan."

Kalo pengawas sudah melihat kedua belah pihak tidak ada yang salah tangkap, dia akan teriak, "laksanakan" yang juga harus ditirukan oleh petugas lapangan.

Sepintas kelihatan mudah. Namun aplikasi di lapangan seringkali menjadi bertele-tele karena ada pihak yang tak jelas menangkap perintah dan harus diulang-ulang. Mendingan kalo bekerja dengan tim sendiri yang jelas-jelas sudah terbiasa dengan disiplin. Agak payah tuh kalo harus gabung dengan tim lain yang masih acak kadut. Disini SOP memang tidak jelas, sehingga pola kerja karyawan benar-benar tergantung pada didikan supervisornya. Rada kacaw tuh kalo pas di daerah Telang yang agamanya memang sangat kuat.

Seperti ketika pemantau sudah kasih perintah, "oke laksanakan..."
Eh, malah dijawab, "Insya Alloh..."
"Laksanakan woiii..."
"Iya pak, Insya Alloh..."
"Haduh kacaw. Istirahat dulu deh..."
"Alhamdulillah..."

Untuk yang di lapangan sih ga terlalu bermasalah karena memang sama-sama bolot. Yang jadi pemantau itu yang kadang terbego-bego mendengar percakapan mereka yang di lapangan. Paling sering terjadi saat mereka maksa ngobrol bebas di tengah kebisingan.

"Dah jam istirahat ya? Ke kantin yuk"
"Gak ah, aku mau ke kantin dulu"
"Ooh.. kirain kamu mau ke kantin"
"Nggak deh, aku aku lapar pengen ke kantin"
"Yaudah...padahal kalo kamu ke kantin kita bisa bareng"
"Tar aja abis makan. Aku ke kantin dulu ya.. "

Ampuni hambamu ini, ya Tuhan...



5 comments:

  1. Wkwkwk nak kowe bolot juga ra om?

    BalasHapus
  2. podo kayak sing nuLis, podo wae boLote :-D

    BalasHapus
  3. pul daplun anak buaeh curanmor bolot juga kayanya nih...

    BalasHapus
  4. Yang penting kita menikmati apa yang menjadi amanah kita.
    Ikut kerja dunk bos,ane nganggur nieh,Insya Alloh dengan listrik ane sudah bersahabat,hehehe.Nice post,happy blogging ajah.

    BalasHapus
  5. Hahaha Asli ngakak....
    Pembicaraan 2 manusia Bolot tuh kalo didengerin bikin ngakak...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena