04 Oktober 2011

Kebersamaan

Beberapa hari ini kegiatanku hanya mondar-mandir mencari kebutuhan ibue pasca melahirkan. Saat semua orang sibuk, Citra pun tak mau ketinggalan. Ibue lagi gantiin popok, dia ikut berantakin isi keranjang popok di lantai. Liat adiknya nangis, buru-buru ambil biskuit dan botol susunya.

Mau dilarang juga salah, karena niatnya mungkin beneran pengen bantu ibue. Biar ga bikin masalah, aku ajak saja Citra mondar-mandir cari kebutuhan bayi dan persiapan slametan ala kampung yang kadang ribet. Kemarin cari kambing untuk aqiqah pun dia ikut milih-milih di pasar hewan.

Beberapa hari hanya berdua bersama Citra, aku merasa ada sesuatu yang terasa dalam dari kebersamaan itu. Apalagi kalo Citra sudah kelelahan dan terlelap di kursi sebelah, ada rasa haru atau apa yang susah diungkapkan. Ini persis seperti yang aku rasakan saat mendampingi ibue melahirkan dulu. Bersama dalam sebuah perjuangan, walau aku hanya menemani memegang tangan dan menciumi keningnya, tapi rasa yang teramat dalam muncul saat itu.

Dari rasa itulah, kenapa aku tak pernah mau egois dalam urusan rumah tangga. Malah kalo dipikir, semua keputusan lebih banyak ada di tangan ibue dan aku hanya mengamini. Tak peduli orang bilang aku anggota suami takut istri. Yang jelas aku tak pernah takut pada ibue dan semua yang kulakukan hanya atas dasar rasa sayang yang teramat dalam.

Bayangan saat melahirkan, itu yang seringkali membuatku melemah saat rada pingin memaksakan kehendak. Mungkin ini bisa dicoba oleh kaum bapak yang suka mau menang sendiri. Tungguin istri melahirkan dan lihatlah bagaimana susahnya mengeluarkan kepala bayi yang tak semudah saat memasukannya dulu.

Tapi kalo mau coba, ada baiknya ukur dulu kadar adrenalinnya. Soalnya pernah ada kasus, seorang teman yang malah jadi impoten pasca menungguin istrinya bersalin. Menurut pengakuannya, setiap kali mau berhubungan, selalu terbayang wajah istrinya yang kesakitan waktu melahirkan. Tanpa disadari timbulah semacam rasa bersalah yang akhirnya menakut-nakutin burungnya hingga layu sebelum berkembang.

Rasa semacam itu, asal tidak berlebihan sebenarnya wajar. Aku sendiri juga punya rasa gimana saat mau mencoba lagi pasca penantian panjang selama 100 hari libur. Bayangan-bayangan semacam itu selalu menghantui setiap awal perjuangan. Apalagi kalo pas melihat si jabang bayi yang tertidur di sebelah. Terharu, bahagia dan bingung yang ada dalam hati sambil mikir, segede gitu kok bisa lewat ya..?

Tapi kalo aku cuma terganggu di awal-awalnya saja. Selanjutnya segera kembali enjoy. Sesuai falsafah Jawa yang mengatakan, krasa kepenak ya njaluk maning... Toh itu sudah kodrat sesuai peribahasa sunda yang berbunyi, bersakit-sakit nu keur ngajuru, bersenang-senang nu keur kikituan...

Seperti orang Jawa bilang, witing tresna jalaran saka kulina. Kebersamaan merupakan sarana paling kuat untuk menumbuhkan rasa tresna. Apalagi bila kebersamaan itu dilakukan saat sedang memperjuangkan sesuatu, rasa yang timbul jadi lebih kuat lagi. Makanya jaman sekolah dulu, aku lebih sering dapat cewek saat aktif berorganisasi. Karena di suasana organisasi, semangat juang seseorang lebih dilihat orang lain dibanding sekedar casing. Beda dengan di luar organisasi, cari pasangan tuh lebih cenderung menilai cakep apa enggaknya terlebih dulu. Lebih parah lagi kalo pendekatannya berasal dari pepatah, witing tresna jalaran saka inova...

Makanya buat yang sudah punya anak istri, hati-hatilah ketika harus bekerja bersama tim mengejar target dalam jangka waktu panjang. Rasa kebersamaan yang berlebihan bisa menjurus ke rasa lebih dari sekedar sayang. Itulah alasannya kenapa aku lebih suka bekerja tim dengan cewek. Kalo aku pacaran sama cewek saja ibue dah pasti ngambek. Apalagi kalo sama cowok..

Maap dah ngelantur kemana-mana
Maap juga selama masih berlabel mobile post
Baru bisa posting doang dan susah buat jalan-jalan

Mobile Post via XPeria

12 comments:

  1. Weh, Citranya nambah aleman gak, Kang?

    BalasHapus
  2. wihhhh pelajaran bagus nih. buat kerja sama. kan gw mau punya anak juga, makasi share nya ya bro

    BalasHapus
  3. pelajarannya saya serap mas, maklummasih junior :)

    BalasHapus
  4. buat pengalaman nanti,love,peace and gaul.

    BalasHapus
  5. "bersakit-sakit nu keur ngajuru, bersenang-senang nu keur kikituan..."

    ngakak baca kalimat ini...

    Berarti gua harus cari cewe dari organisasi ya?

    BalasHapus
  6. hahahaha... nulisnya sambil ngebut di keypad. tanpa konsep, aku juga sering gitu...

    BalasHapus
  7. kucrit...nginep di tempat tante bebek aja yuuk (^^)♥

    BalasHapus
  8. postingan untk 17+ xixi

    smoga ibue diberi kemudahan kalo melahirkan. Berati 3 ya mas? Hikz

    BalasHapus
  9. Di senang-senangin ya Om. Mumpung bisa bantu2 di rumah dan dalam suasana kebersamaan yang pastinya membahagiakan...duuuh senengnya, Citra mbak yang penyayang ya Om. Dah ngerti dan malah nggak irian sama adeknya. Atau emang belum ada cerita iriannya Citra ke adeknya ni Om?

    BalasHapus
  10. bwkkkk..wkkk.. layu sebelum berkembang... and witing tresno jalaran seko inova.. dapat istilah anyar... ki.. btw.. selamat ya om..atas kelahiran putra ke dua mugi..mugi dados putra ingkang sholeh.. saha tansah ngabektos dumateng piyantun sepuhipun.. amien...

    BalasHapus
  11. burung yg layu sebelum berkembang itu yg kyk gimana ya? O_o

    BalasHapus
  12. Aku baru tahu kalau ternyata tak semua laki2 punya 'nyali' utk menemani istrinya melahirkan... :(

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena