27 Oktober 2011

Tobe

Ada semacam anehdot yang berkembang diantara teman-teman kutu loncat alias tukang pindah-pindah kerja. Katanya kalo kantor pusat perusahaannya deket-deket Glodok, 90% manajemennya ala Glodok juga, alias manajemen toko. Dan semua itu terasa banget di kerjaanku saat ini. Perusahaannya sih lumayan besar, tapi pengelolaannya kocar-kacir ga karuan. Tak aneh bila tugasku membuat sistem informasi manajemen yang seharusnya 6 bulan kelar, bisa molor sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan karena memang SOP nya tak jelas.

Struktur perusahaan memang ada, namun tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Banyak orang tak tercantum dalam struktur tapi punya kekuasaan yang teramat besar. Bila biasanya penguasa perusahaan itu dinamakan direktur, manager dan supervisor. Disini ada tambahan lagi, abang, adik dan keponakan bos. Yang disebut terakhir itu yang banyak mengacak-acak tatanan perusahaan sehingga karyawan dibikin bingung.

Aku sendiri sempat minggat 2 kali dari sini ya karena masalah dengan mereka. Aku paling tidak suka kerja dibentak-bentak orang, karena aku sendiri tak mau main bentak ke orang lain. Bila ada yang rese, paling banter aku cuma jawab, "ga perlu ribut, kasih tiket pulang saja, bos..."

Aku juga ga suka kalo ada orang yang dalam setiap ucapan selalu membawa-bawa orang lain. Cuma mau nyuruh saja musti nyebut nama big bos. Seperti saat kepulanganku kedua dulu, aku bete habis mendengar kata "saya keponakan bos." Karena kesabaran sudah sampai puncaknya, sebelum pulang kampung aku sempatin ngomong, "untung loe jadi keponakan bos. Kalo engga, ga bisa makan loe..."

Paling meyebalkan adalah kalo konflik keluarga sudah dibawa ke perusahaan. Tidak cuma di kantor, saat harusnya istirahat malam di mess pun masih harus mendengarkan celotehan penuh intrik akan anggota keluarga yang lain. Seperti malam ini yang seharusnya aku bobo tenang setelah 4 hari lembur siang malam di pelabuhan. Ada satu wisatawan yang terus menerus ngoceh tentang saudaranya yang lain di ruang tengah. Bertahan tak keluar kamar tetap saja kedengaran suara-suara dari luar.

Kalo sudah begini, yang bisa aku lakukan hanya menyabarkan diri sampai pekerjaanku tuntas dan segera hengkang dari sini. Kalo sampai aku kabur lagi, ini merupakan talak tiga yang kayaknya tak bisa aku balik lagi apapun penawaran baru dari perusahaan.

Sebuah dilema atas apa yang disebut profesionalisme. Di satu sisi aku sudah tak nyaman disini. Di sisi lain, aku tak ingin membiasakan diri meninggalkan pekerjaan yang belum tuntas. Makanya sebisa-bisa aku ajak teman-teman meninggalkan pekerjaannya masing-masing dan ngumpul di kamar bikin keributan sendiri.

Karena tema hiburan yang dipilih teman-teman malam ini adalah bang haji, aku persembahkan saja lagu terbarunya dalam bahasa Inggris yang berjudul TOBE. Mau dengar..? Are you ready...??

Tobe tobe than ooii...
Tobe tobe than...
Thank goal thank goal land ooii..
Thank goal thank goal land...

Sialan malah kebawa gemblung
Biarin lah daripada suntuk...



2 comments:

  1. #curanmor aku anaknya bos mau komen sini ya kang... :))

    BalasHapus
  2. Hahaha...Sambil merem melek pegang botol...

    Land dude...!!!

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena