26 Oktober 2009

Anggaran Nakal

Dari obrolan antar teman, atau tepatnya antar laki-laki siang tadi. Ada satu pertanyaan yang cukup menarik dan menggelitik. "Berapa anggaran nakalmu..?"

Agak lama aku berusaha memahami kata anggaran nakal. Dan temanku memberi jawaban begini, "Laki-laki bekerja untuk menafkahi anak istri. Dan dalam berusaha, seringkali ada rejeki yang tidak semestinya dimakan keluarga. Duit panas kui kudu diempake setan..."

Hooo matamu ambrol..
Bener banget walau tidak pener. Diharapkan atau tidak, uang panas itu memang selalu ada. Agama mengajarkan kita untuk membayar zakat untuk membersihkan rejeki yang remang-remang itu. Menurut temenku bayar zakat ya harus pakai uang halal juga. Lha trus, uang yang tidak halal itu dikemanakan dunk..?

Pembenarannya berlanjut begini. Laki-laki itu cape kerja, butuh represing. Dana hiburan itu yang selayaknya digunakan. Jadi posnya sudah masing-masing. Yang halalan toyibah dibawa ke rumah, yang haram buat senang-senang. Ga boleh dibalik.

Hihihi...
Kasihan juga ibu-ibu yang menunggu di rumah. Bagaimanapun ngurus rumah itu teramat melelahkan walau tidak pernah tampak di mata umum.

Aku sendiri dulu memang sering keluyuran ke cafe. Nongkrong-nongkrong nyawer penyanyi. Lumayan memang untuk melepas penat kerja tiap hari. Setelah ada istri, aku masih suka ke cafe juga. Tapi karena para penyanyinya sebel aku ga pernah nyawer lagi, aku dan istri lebih suka nongkrong di alun-alun nanggap pengamen.

Kondisi istri hamil muda tak lagi memungkinkan aku keluar rumah malem. Aku lari ke kebiasaan lama, ngegame di komputer. Anggaran nakalku paling buat merombak komputer agar lebih dahsyat speknya. Game aku tak pernah beli, cukup download di piratebay.

Represing di rumah saja masih suka jadi konflik, apalagi kalo sampai keluyuran malem lagi. Aku berpikiran, main game sebelum tidur biar penat otak sedikit ilang. Sedangkan juraganku berpikir, seharian di kantor ngadepin komputer, nyampe rumah masih juga ngeloni komputer...

Gapapalah...
Semoga lama-lama mengerti bahwa anggaran nakal harus diminimalisir efek negatifnya dengan cari kegiatan yang tidak harus meninggalkan rumah. Nurun-nurunin genteng apa nglemparin mangga tetangga...

Ilustrasi Malima
Karya Bambang Darto
Tujuh Bintang Art Space

.

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena