01 Oktober 2009

Kangen Bawor

Ada satu rasa yang tertinggal di satu acara sepanjang mengikuti seremonial lebaran kemarin. Dapat undangan kumpul-kumpul Saka Bhayangkara Polres Banyumas di Purwokerto. Bersama istri dan temanku Kanthong, aku meluncur kesana.

Bukan Purwokerto yang semakin angkuh yang membuatku mendadak dangdut. Tapi sejarah yang berlalu selama lima tahun di kota ini bersama milisi BSC, mau tak mau membuatku terharu. Gelak tawa ceria dalam setiap penggemblengan fisik dan mental merupakan anugrah masa lalu yang membuatku mampu bertahan dalam kerasnya hidup. Disana aku belajar menjadi ndableg, karena terlalu kasar bila disebut tabah.

Hanya satu yang sedikit aku sesali. Aku tak bisa bertemu dengan seorang teman lama yang aku panggil Bawor. Postur tubuhnya yang pendek bulet dan kalo baris selalu bagongan membuatnya selalu dijadikan umpan pelor didalam setiap penugasan. Memiliki pantat paling tebal karena aku rasa dari sekian banyak pasukanku, hanya pantat dia yang paling sering dicium sepatu. Tapi semua pelecehan seksual itu tak pernah membuatnya melangkah surut. Sifat ndablegku cepat menurun ke otaknya. Dan siapa sangka bila bila tamatan STM jurusan Bangunan itu bisa menjadi Kepala SD sekarang. Dan di telepon terakhirnya, temanku mau ambil S2 di Jokja.

Di saat lebaran ini, aku tak mampu melupakan lebaran tahun 1992 kalo tidak salah. Setelah seminggu jaga gawang di Pos Simpatik Buntu, malam takbir diangkut ke Purwokerto untuk pengamanan shalat Ied di alun-alun. Aku dan Bawor kebagian jaga di pertigaan Ragasemangsang, depan BNI.

Jalanan yang lumayan kusut cukup membuatku sibuk. Makanya ketika imam shalat ied mulai berteriak, aku masih saja cuek. Aku kepikirannya shalat jumat. Khotbah dulu baru shalat. Aku baru sadar ketika semua berdiri dan teriak Allahu Akbar. Aku dan Bawor lari ke barisan sambil berucap niat dalam hati. Jadi ketika berdiri siap grak, langsung angkat tangan dan ikut Allahu Akbar.

Tidak ada yang aneh kurasakan. Tapi ketika ruku, baru aku sadar kalo aku masih pakai sepatu hansip. Aku masih sedikit terkesima ketika Bawor nyeletuk, "sembahyang koh sepatuan.."

Begonya aku langsung jawab, "gapapalah, kan darurat..."

Eh, yang di belakangku komplen, "shalat kok ngomong sih..?"

"Lha kamu juga ngomong..," samber Bawor ga terima, pakai acara balik kanan segala.

Takut menganggu kekhusyukan jamaah yang lain, Bawor ku seret balik ke jalanan. Tapi telat, orang-orang di sekitar malah pada ketawa dan ikutan bubar.

Pokoknya aimisyu, wor...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena