Hujan yang mulai datang, pagi ini memaksaku berteduh di kolong jembatan layang Janti. Ada yang sedikit menyayat ketika duduk di trotoar. Ingatanku melayang ke beberapa tahun lalu ketika aku mengawali pelarian dari niatan untuk hijrah mencari penghidupan yang lebih baik.
Pertama kali aku terdampar di Jokja, flyover Janti yang menyambutku dan akupun duduk di tempat yang sama dengan tempatku berteduh tadi. Belum ada rencana apa dalam otak selain mengisi perut di angkringan nasi kucing dekat lampu merah sebelah barat. Sampai Kang Pacul menemukanku disana dan menyeretnya ke Jl Kaliurang.
Ada mungkin dua minggu aku bertahan di kota ini mencari-cari celah kehidupan. Namun adanya teman dan tempat berlindung malah membuatku menjadi parasit. Berawal dari situlah aku berpikir tak mungkin terus berada di Jokja. Bermodal tiket kereta Gaya Baru Malam lesehan, di depan toilet aku meluncur ke Jakarta.
Menginjakkan kaki di stasiun Pasar Senen tanpa arah tujuan membawaku kembali ke kolong jalan layang. Aku bertahan di sebelah halte busway beberapa lama. Menggelandang bersama anak-anak jalanan justru mampu mengangkat semangat hidupku ke titik tertinggi.
Berawal dari angkat junjung barang di Pasar Senen, aku mulai mencari celah ke arah service komputer dimana aku pernah dibesarkan. Dari sekedar membantu narik-narik kabel LAN atau bongkar pasang baud CPU, aku tetap bisa bertahan hodup. Sampai aku bertemu teman yang lama sekali tak bertemu dan menyeretku ke Lemhanas di Kebon Sirih.
Aku pun tetap menggelandang walau sudah tak harus jadi gelandangan lagi. Tidak adanya ijasah dan sepatu membuatku tak pernah berpikir untuk mencari kerja. Namun entah bagaimana, akhirnya aku malah dicari-cari untuk bisa bekerja. Dan dari situ aku bisa banyak belajar hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah terpikirkan.
Dari Mang Maya di Alvantys Tangerang aku belajar tentang web dan marketing di internet. Sampai akhirnya aku diajak bergabung oleh Pak Roni Yuzirman, founder dan motivator komunitas TDA (tangandiatas.com) untuk mengelola pemasaran online manetvision.
Pemaksaan diri untuk betah di kumuhnya Jakarta tetap tak memupus keinginanku untuk bisa kembali ke Jokja. Sampai akhirnya aku diajak bergabung di SAComm untuk mengelola jaringan komputer dan websitenya. Sebelum akhirnya aku ditugaskan di Jokja untuk mengelola galeri.
Dan akupun kini bisa selalu menatap flyover Janti setiap pagi sebagai pengingat awal langkah dulu. Kenapa semua awal langkah dimulai dari flyover..? Sungguh aku tak tahu...
Pertama kali aku terdampar di Jokja, flyover Janti yang menyambutku dan akupun duduk di tempat yang sama dengan tempatku berteduh tadi. Belum ada rencana apa dalam otak selain mengisi perut di angkringan nasi kucing dekat lampu merah sebelah barat. Sampai Kang Pacul menemukanku disana dan menyeretnya ke Jl Kaliurang.
Ada mungkin dua minggu aku bertahan di kota ini mencari-cari celah kehidupan. Namun adanya teman dan tempat berlindung malah membuatku menjadi parasit. Berawal dari situlah aku berpikir tak mungkin terus berada di Jokja. Bermodal tiket kereta Gaya Baru Malam lesehan, di depan toilet aku meluncur ke Jakarta.
Menginjakkan kaki di stasiun Pasar Senen tanpa arah tujuan membawaku kembali ke kolong jalan layang. Aku bertahan di sebelah halte busway beberapa lama. Menggelandang bersama anak-anak jalanan justru mampu mengangkat semangat hidupku ke titik tertinggi.
Berawal dari angkat junjung barang di Pasar Senen, aku mulai mencari celah ke arah service komputer dimana aku pernah dibesarkan. Dari sekedar membantu narik-narik kabel LAN atau bongkar pasang baud CPU, aku tetap bisa bertahan hodup. Sampai aku bertemu teman yang lama sekali tak bertemu dan menyeretku ke Lemhanas di Kebon Sirih.
Aku pun tetap menggelandang walau sudah tak harus jadi gelandangan lagi. Tidak adanya ijasah dan sepatu membuatku tak pernah berpikir untuk mencari kerja. Namun entah bagaimana, akhirnya aku malah dicari-cari untuk bisa bekerja. Dan dari situ aku bisa banyak belajar hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah terpikirkan.
Dari Mang Maya di Alvantys Tangerang aku belajar tentang web dan marketing di internet. Sampai akhirnya aku diajak bergabung oleh Pak Roni Yuzirman, founder dan motivator komunitas TDA (tangandiatas.com) untuk mengelola pemasaran online manetvision.
Pemaksaan diri untuk betah di kumuhnya Jakarta tetap tak memupus keinginanku untuk bisa kembali ke Jokja. Sampai akhirnya aku diajak bergabung di SAComm untuk mengelola jaringan komputer dan websitenya. Sebelum akhirnya aku ditugaskan di Jokja untuk mengelola galeri.
Dan akupun kini bisa selalu menatap flyover Janti setiap pagi sebagai pengingat awal langkah dulu. Kenapa semua awal langkah dimulai dari flyover..? Sungguh aku tak tahu...
wah rajin bener posting mas...!! eh jangan berteduh di bawah jembatan nanti klo ada gempa bahaya :)
BalasHapusHahahaha...
BalasHapusnasib...