Buka macem-macem webset, kok isine miyabi. Di Twitter sampai 3 Trending Topics bahas Miyabi. Nyetel tipi, di Metro malah lagi berdebat soal Miyabi lagi. Huuh...
Lepas dari yang pro dan kontra, menurutku orang-orang itu cuma senengnya rame-rame saja tapi logika ga dipake. Masak sih soal moral bangsa ditimpakan kepada seorang perempuan bernama Miyabi yang cuma mau cari makan. Masalah dia salah jalan menurut sebagian orang, toh itu pilihan dia. Soal surga dan neraka juga dia yang tanggung.
Apa ada yang menjamin kalo yang datang itu seorang kyai trus moral bangsa jadi sehat? Kyai juga manusia, seperti di berita kemarin sore. Seorang ustadz mencabuli 19 santrinya. Sama lah, semua profesi berpotensi menjadi bejad.
Trus produsernya kok ya nekat wae. Apakah kalo mau buat film tentang Miyabi, harus Miyabi yang memerankan. Lagipula katanya cuma film komedi, bukan film porno.
Setuju atau tidak setuju, tak perlulah kita sampai mengerahkan massa sampai ribuan. Seolah kita lupa bahwa masyarakat kita kalo dah ngumpul tuh mudah banget tersulut menjadi anarkis. kalo dah merusak, siapa yang rugi? Miyabi tetap damai makan mie ayam di kejauhan sana. Disini tukang mie ayam ga bisa jualan karena lapaknya dirusak yang demo.
Si produser menurutku cuma mau numpang cari duit saja nebeng nama. Padahal kalo mau belajar dari kasus Manohara, produsernya bisa berpikir lebih dalam lagi. Karena lagi jadi sorotan publik, dengan enteng ditawarin main sinetron dengan bayaran tinggi. Ternyata ratingnya jeblok karena emang actingnya katanya masih bego. Baru dengar ada sinetron yang katanya mau dibuat sepanjang mungkin, tokohnya dimatikan ditengah cerita. Trus sampai judulnya diganti segala. Hahahaha....
Apa mungkin ini ujicoba dulu. Kalo ternyata Miyabi pinter main film komedi, trus dibuat sekuel atau sinetronnya. Kalo cuma becusnya main film oh yess doang, yaudah matiin saja.
Terserah lah yang mau ngeributin. Yang pasti aku ga mau munafik. Walau aku suka lihat cewek secantik Miyabi. Aku ga suka nonton begituan.
Kalo main sendiri sih, suka bangeeeet...
Genah, merenah, tumaninah tur ngibadah...
Lepas dari yang pro dan kontra, menurutku orang-orang itu cuma senengnya rame-rame saja tapi logika ga dipake. Masak sih soal moral bangsa ditimpakan kepada seorang perempuan bernama Miyabi yang cuma mau cari makan. Masalah dia salah jalan menurut sebagian orang, toh itu pilihan dia. Soal surga dan neraka juga dia yang tanggung.
Apa ada yang menjamin kalo yang datang itu seorang kyai trus moral bangsa jadi sehat? Kyai juga manusia, seperti di berita kemarin sore. Seorang ustadz mencabuli 19 santrinya. Sama lah, semua profesi berpotensi menjadi bejad.
Trus produsernya kok ya nekat wae. Apakah kalo mau buat film tentang Miyabi, harus Miyabi yang memerankan. Lagipula katanya cuma film komedi, bukan film porno.
Setuju atau tidak setuju, tak perlulah kita sampai mengerahkan massa sampai ribuan. Seolah kita lupa bahwa masyarakat kita kalo dah ngumpul tuh mudah banget tersulut menjadi anarkis. kalo dah merusak, siapa yang rugi? Miyabi tetap damai makan mie ayam di kejauhan sana. Disini tukang mie ayam ga bisa jualan karena lapaknya dirusak yang demo.
Si produser menurutku cuma mau numpang cari duit saja nebeng nama. Padahal kalo mau belajar dari kasus Manohara, produsernya bisa berpikir lebih dalam lagi. Karena lagi jadi sorotan publik, dengan enteng ditawarin main sinetron dengan bayaran tinggi. Ternyata ratingnya jeblok karena emang actingnya katanya masih bego. Baru dengar ada sinetron yang katanya mau dibuat sepanjang mungkin, tokohnya dimatikan ditengah cerita. Trus sampai judulnya diganti segala. Hahahaha....
Apa mungkin ini ujicoba dulu. Kalo ternyata Miyabi pinter main film komedi, trus dibuat sekuel atau sinetronnya. Kalo cuma becusnya main film oh yess doang, yaudah matiin saja.
Terserah lah yang mau ngeributin. Yang pasti aku ga mau munafik. Walau aku suka lihat cewek secantik Miyabi. Aku ga suka nonton begituan.
Kalo main sendiri sih, suka bangeeeet...
Genah, merenah, tumaninah tur ngibadah...
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih