Beberapa bulan lalu aku kirim satu kontainer lukisan untuk dipamerkan di Singapore bulan Agustus. Banyak juga sih biaya yang harus dikeluarkan terutama ongkos kirim bolak balik dan pajak ekspornya. Tapi itu ga masalah, untuk memperjuangkan sesuatu kan butuh biaya.
Beberapa hari lalu datang informasi kalo kontainer dah masuk ke pelabuhan Semarang. Dan untuk bisa mengeluarkan barangku sendiri, aku harus bayar bea masuk, pph dan ppn yang totalnya 23 juta. Barang kita sendiri lho, bukan habis belanja. Sebel ga..?
Untung saja nilai barang cuma aku tulis 119 juta jadi bayarnya cuma segitu. Kalo aku tulis apa adanya 2 milyar rupiah lebih, berapa aku harus bayar..?
Makanya aku pikir pemerintah kita mencanangkan Hari Batik cuma sebagai basa basi saja. Agar dianggap peduli terhadap seni dan budaya bangsa. Tapi perhatian itu cuma setengah setengah dan kayaknya bentar lagi juga dilupakan orang.
Bagaimana seni budaya kita bisa maju, bila senimannya saja tidak diberi rangsangan atau dorongan agar lebih berkembang. Ini malah dijadikan komoditi untuk menambah pemasukan negara.
Bayangkan saja. Bila ada seniman dapat undangan untuk memamerkan karyanya di luar negeri. Akomodasi dan ini itu memang dijamin oleh pengundang. Tapi ongkos pesawat dan pengiriman karya tetap harus ditanggung sendiri. Padahal buat seniman, bisa pameran di luar negeri adalah suatu kebanggan yang bisa memacu semangatnya berkarya. Tak heran banyak yang memaksakan diri untuk berangkat walau ongkos bayar sendiri.
Membawa karya keluar, mereka sudah kena pajak ekspor. Iya kalo laku di pameran. Kalo undangannya dari museum yang memang jarang untuk dijual? Dan ketika dibawa pulang, masih harus bayar lagi pajak impor. Ini keterlaluan. Seniman mau berangkat dengan biaya sendiri pun seharusnya pemerintah bangga. Kalo ga mau ngasih uang saku, ya ga usah dipajak dong.
Seharusnya pemerintah kita bisa belajar ke negeri China. Kenapa seni lukis China bisa maju sampai booming begitu. Karena memang dorongan negara bagus sekali sehingga seniman terangsang untuk terus berkarya.
Kalo kemudian seniman-seniman kita "diopeni" oleh China misalnya, terus ngajak musuhan. Berkoar bilang seni kita direbut orang. Pemerintah macam apa sih ini. Untuk pelantikan DPR yang sarang koruptor saja ga sayang keluar duit 42 milyar. Kenapa untuk yang mau berdarah-darah demi seni budaya sendiri malah dimintai duitnya.
Semoga seniman dan budayawan kita bisa sabar dan sadar, kalo negara ini memang brengsek. Kalo ada yang mau ngurusin, kabur aja lah. Ga usah takut dibilang pengkhianat bangsa. Pemerintah kita baru mau ngurus kalo dah direbut orang kok...
Jadi kesimpulanku. Batik itu cuma basa basi budaya pemerintah saja.
Atau budaya basa basi yo..?
mbuh lah...
Beberapa hari lalu datang informasi kalo kontainer dah masuk ke pelabuhan Semarang. Dan untuk bisa mengeluarkan barangku sendiri, aku harus bayar bea masuk, pph dan ppn yang totalnya 23 juta. Barang kita sendiri lho, bukan habis belanja. Sebel ga..?
Untung saja nilai barang cuma aku tulis 119 juta jadi bayarnya cuma segitu. Kalo aku tulis apa adanya 2 milyar rupiah lebih, berapa aku harus bayar..?
Makanya aku pikir pemerintah kita mencanangkan Hari Batik cuma sebagai basa basi saja. Agar dianggap peduli terhadap seni dan budaya bangsa. Tapi perhatian itu cuma setengah setengah dan kayaknya bentar lagi juga dilupakan orang.
Bagaimana seni budaya kita bisa maju, bila senimannya saja tidak diberi rangsangan atau dorongan agar lebih berkembang. Ini malah dijadikan komoditi untuk menambah pemasukan negara.
Bayangkan saja. Bila ada seniman dapat undangan untuk memamerkan karyanya di luar negeri. Akomodasi dan ini itu memang dijamin oleh pengundang. Tapi ongkos pesawat dan pengiriman karya tetap harus ditanggung sendiri. Padahal buat seniman, bisa pameran di luar negeri adalah suatu kebanggan yang bisa memacu semangatnya berkarya. Tak heran banyak yang memaksakan diri untuk berangkat walau ongkos bayar sendiri.
Membawa karya keluar, mereka sudah kena pajak ekspor. Iya kalo laku di pameran. Kalo undangannya dari museum yang memang jarang untuk dijual? Dan ketika dibawa pulang, masih harus bayar lagi pajak impor. Ini keterlaluan. Seniman mau berangkat dengan biaya sendiri pun seharusnya pemerintah bangga. Kalo ga mau ngasih uang saku, ya ga usah dipajak dong.
Seharusnya pemerintah kita bisa belajar ke negeri China. Kenapa seni lukis China bisa maju sampai booming begitu. Karena memang dorongan negara bagus sekali sehingga seniman terangsang untuk terus berkarya.
Kalo kemudian seniman-seniman kita "diopeni" oleh China misalnya, terus ngajak musuhan. Berkoar bilang seni kita direbut orang. Pemerintah macam apa sih ini. Untuk pelantikan DPR yang sarang koruptor saja ga sayang keluar duit 42 milyar. Kenapa untuk yang mau berdarah-darah demi seni budaya sendiri malah dimintai duitnya.
Semoga seniman dan budayawan kita bisa sabar dan sadar, kalo negara ini memang brengsek. Kalo ada yang mau ngurusin, kabur aja lah. Ga usah takut dibilang pengkhianat bangsa. Pemerintah kita baru mau ngurus kalo dah direbut orang kok...
Jadi kesimpulanku. Batik itu cuma basa basi budaya pemerintah saja.
Atau budaya basa basi yo..?
mbuh lah...
weleh..weleh..apa ini mas...aku ga ikutan korupsi lho...lha wong blogger kere kok...ga ngerti sama yang gituan mas...he..he..
BalasHapusGapapa. Cuma prihatin saja dengan nasib seniman kita.
BalasHapus