24 Desember 2009

Selamat Natal Karina

Pernak-pernik natal yang sudah mulai banyak terlihat membuatku teringat akan anak perempuanku, Karina. Ini natal ketiga aku tidak berjumpa dia untuk mengisi kaos kakinya dengan hadiah natal.

Aku begitu menyayangi anak manis dan cerdas itu sejak kecil, ketika keluarganya masih utuh. Ketika orang tuanya berantakan aku minta dia ke ibunya karena kasihan melihat seorang ibu harus menghidupi tiga orang anak sendirian. Aku pilih Karina karena dia seumur dengan Adi dan setiap kali mereka bermain bersama, Karina sering bilang kalo dia ingin sekolah seperti Adi.

Setahun bersama anak cerdas itu aku sudah merasa dia menjadi bagian hidupku. Malapetaka datang ketika ibunya berubah keyakinan dan dekat dengan seorang pendeta. Tanpa sepengetahuanku, Karina diambil dari rumah oleh pendeta itu. Yang lebih menyedihkan, ketika Karina diambil, calon bapaknya itu bahkan tak sampai masuk rumah. Memanggil Karina dari luar rumah, lalu Karina yang bilang ke orang tuaku, "mbah, Karin mau pulang ke mamah dulu sama om..."

Ketika lama tak juga ada kabar beritanya, aku susul dia ke rumah mamahnya. Dan aku harus merelakan ketika ibu biologisnya bilang mau mengurus sendiri anak itu. Setelah itu aku masih sering menengoknya bila aku merasa kangen, walaupun dia bilang sudah tidak boleh ngaji lagi dan harus belajar agama baru. Buatku tak masalah, karena agama adalah hak hakiki manusia dengan Tuhan.

Menjelang natal beberapa tahun lalu, aku ajak Karina jalan-jalan untuk membeli hadiah natal. Saat itulah aku dengar perkataan yang buatku sangat menusuk hati. "Ayah, Karin ingin sekolah lagi..."

Yang aku tahu selama ini hanya ibunya kerja di Jakarta dan dia tinggal bersama neneknya. Dan setiap neneknya kerja, dia dititipkan di gereja. Baru saat itu aku tahu kalau anakku itu selama ini tidak sekolah. Akupun bisa merasakan kepedihannya ketika Adi pamer tas dan buku sekolah barunya.

Aku jadi tak habis pikir, kenapa masih saja ada orang tua yang begitu besar egonya sampai mengabaikan hak anak. Buatku, apapun alasannya, hak anak untuk sekolah tak boleh direnggut. Dengan alasan Tuhanpun, perampasan hak atas keindahan masa kanak-kanak tetaplah sebuah kebejatan.

Ayah rindu kamu, nak. Selamat natal. Semoga sekarang jalan hidupmu sudah lebih baik daripada ketika ayah meninggalkanmu.

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena