20 Januari 2010

Batas Kesetiaan

Cerita pengantar tidur semalam adalah sebuah pertanyaan dari istriku tentang kata kesetiaan. Sebelum menjawab aku balik bertanya, yang dimaksud kesetiaan itu batasannya sampai dimana.

Aku bertanya tentang batas-batasnya karena menurutku manusia itu selain memiliki panca indra juga dibekali hati dan otak. Panca indra sebagai alat, hati sebagai pencipta rasa dan otak sebagai pusat pengendalinya. Aku sendiri merasa baru mampu mengartikan kata setia sebatas otak dan sebagian indra saja. Untuk mata dan perasaan aku belum mampu sepenuhnya. Aku tak mau bermuluk-muluk untuk berkata akulah lelaki paling setia, sementara aku tetaplah manusia biasa yang memiliki hasrat akan keindahan dunia.



Agak cemberut juga istriku pada waktu aku sampaikan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi bila realitanya memang begitu. Contoh soal. Aku paling malas bila diajak belanja muter-muter mall. Tapi apakah hanya karena itu aku tidak mau antar istri ke mall..? Sebagai suami siaga aku harus siap tanpa nggerundel, walau membuang jenuhnya dengan cara menikmati keindahan perempuan-perempuan muda yang dipajang disitu.

Atau ketika istri minta aku menemani nonton gosip atau sinetron yang jelas-jelas aku tak suka. Aku meninggalkan rumah sejak jam 8 pagi sampai jam 9 malam. Masa aku harus menolak permintaan istri tercinta untuk bersantai-santai di depan tipi. Walau jalan ceritanya tak pernah masuk ke otakku selain wajah-wajah cantik pemainnya.

Istriku bilang, okelah kalo begitu. Selingkuh mata bisa ditoleransi, tapi kenapa perasaan juga belum bisa setia..?

Lha namanya juga laki-laki normal. Apakah ada yang hatinya tidak berdecak ketika melihat keindahan. Menurutku sebagai laki-laki, wajar bila aku betah memandang wajah Luna Maya di tipi. Masih wajar pula bila hatiku berbisik sendu, kok cakep yah..? Baru aku bisa dibilang kurang ajar bila otak ini ikut ambil bagian dan memikirkannya siang malam. Lalu memerintahkan bagian tubuh yang lain untuk beraksi mengadakan pendekatan fisik.

Jadi selama otak ini masih bisa pegang kendali atas perasaan dan apa yang menjadi hak istri belum terbagi, aku masih berani bilang aku masih setia kepadamu, say... Tapi kalo untuk mata dan perasaan harus kututup rapat, mungkin perlu waktu sepuluh atau dua puluh tahun lagi.

Kecuali mau menerima kalo aku suka memperhatikan laki-laki genit, kayaknya gapapa deh aku ga lihat perempuan indah. Halah, aku yang wegah dink....

Ilustrasi Who Am I..?
Karya Wayan Wirawan
Tujuh Bintang Art Space

1 comments:

  1. wakakaka.
    setuju sekali.
    sebagai laki2, wajar kalau senang melihat perempuan cantik.
    toh perempuan juga teriak2 histeris kalau liat Robert Pattinson dateng ke hadapan mereka

    LOL

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena