21 Januari 2010

Menimati Kopi

Menikmati kopi pagi ini, aku teringat sekitar 10 tahun lalu di daerah Dago atas Bandung. Aku ditawarin teman seorang ahli perkopian, "mau kopinya orang kaya apa orang miskin..?"

Wah aku ga bisa jawab waktu itu, mudeng maksudnya aja engga. Trus dijelaskan begini, "Kalo kopi murni, itu kopinya orang miskin. Kalo orang kaya kopinya banyak campuran, soalnya takut kena stroke.."



Ada-ada saja neh. Kalo aku pribadi sih urusan ngopi ya ngopi saja. Hanya soal enak dan ga enak. Masalah lain-lainnya ga pernah kepikiran yang penting dosisnya wajar dan ga terlalu banyak.

Pendapatku itu masih dikomplen juga. Katanya kebanyakan orang Indonesia salah dalam minum kopi. Terlalu banyak dikasih gula, sehingga kenikmatan kopinya berkurang. Yang namanya kopi ya pahit. Untuk mengurangi pahitnya boleh ditambah gula atau krimer, tapi sedikit dan tidak sampai menghilangkan rasa aslinya. Toh pahitnya kopi itu paling hanya bertahan 15 - 20 detik di tenggorokan.

Katanya, menikmati kopi itu sama dengan menikmati wine. Bukan sekedar rasa, tapi menikmati aromanya juga. Jadi sebelum meneguk kopi, nikmati dulu aromanya seperti kita memutar-mutar gelas wine sebelum meminumnya. Sebelum kopi masuk kerongkongan, buka mulut sedikit dan hirup udara melalui mulut agar aromanya makin bisa dinikmati.

Makanya temanku juga tidak setuju dengan pendapat sebagian orang yang mengatakan kopi itu jodohnya rokok. Bila kita sambil merokok, syaraf penciuman kita menjadi kurang peka dan tak bisa sepenuhnya menikmati aroma kopi.

Nah lho...
Ngopi aja banyak aturannya. Tapi biar begitu, tetap saja aku kembali ke kebiasaan lama. Setia dengan kopi tubruk. Apalagi kalo ngopinya di warung yang penjualnya sexy. Jadi pengen ngopi sambil nubruk...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena