15 Januari 2010

Rindu Masa Kecil

Akhir-akhir ini, isi kepala kok dipenuhi tema tentang anak kecil. Sedang merindukan masa kecil atau memang sedang berharap banyak dengan si kecil aku tak tahu.

Masa kecil mungkin tidak asik ketika menjalani, tapi banyak keindahan disana. Contohnya begini. Apa bisa dibilang asik bila beli baju saja harus nunggu lebaran tiba..? Tapi yang dirasakan saat itu sepertinya tiada bandingannya. Dibelikan baju tipis berbahan tetoron saja rasanya bagai jadian dengan Qory Sandioriva. Tiap pagi siang sore malam baju diliatin, dipegang-pegang sambil membayangkan saat dipakai pas lebaran nanti. Sebuah rasa yang sepertinya tidak ada lagi dalam benak anak sekarang.



Masa kecilku juga masa yang penuh dengan ketakutan yang sebenarnya merupakan arogansi dan ketidakjujuran orang tua dalam mendidik anak. Menyuruh anak mengaji dan tidak keluyuran saat maghrib dikatakan agar tidak digondol cepet, wewe atau sambekala. Apalagi kepada anak perempuan, menasehati agar tidak duduk di depan pintu saja penyampaiannya agar suatu saat nanti yang datang melamar tidak balik lagi.

Beda dengan anak sekarang yang bisa bikin stres mbahnya. Ketika larut malam tidak mau tidur, mbahnya pakai trik jadul, "Cepetan tidur, nanti ada pocong..." Anak sekarang bukannya takut, malah penasaran. "Mana pocongnya, mbah. Pengen lihat..." Makanya jangan heran bila sekarang banyak anak pemberani. Jangankan takut hantu, ke orang tua saja berani melawan.

Masa laluku juga masa yang penuh kemandirian. Mana berani jaman dulu aku minta uang untuk makan-makan ke orang tua. Ingin makan daging ya harus nunggu tetangga ngadain slametan. Paling banter bawa ketapel sekalian cari kayu bakar ke hutan untuk bebrburu burung. Mancing di sungai atau cari belut di sawah sekalian nungguin kambing makan siang. Kalo ingin uang jajan harus selingkuh korupsi setoran kayu bakar ke ortu buat dijual di pasar.

Masa itu penuh kenakalan juga. Kalo ada tetangga yang pelit, habis deh dikerjain. Pohon buah-buahan dilubangin pakai paku lalu dikasih trasi agar buahnya rontok. Kalo engga tiap malem digerilya pakai ketapel. Yang punya kolam ikan dipancingin lalu dibakar rame-rame. Tidak lupa si empunya kolam dibagi, biar ga dosa katanya.

Yang agak parah kalo ada yang hajatan nanggap wayang. Jaman dulu kan selalu ada sajen komplit di panggung wayang. Caranya aku cari yuyu dulu lalu ditancepin pakai bambu di sawah sampai dikerubut walang sangit. Aku kumpulin tuh walang sangitnya lalu aku lepas di dekat panggung. Walangnya kan nguber lampu tuh sampai dalang dan sinden ga bisa mangap takut masuk mulut. Pas kru wayang sibuk ngusir walang sangit, dengan damai aku sikat tampah sajennya kabur.

Huuuh tak ada habisnya mengenang masa kecil. Tapi seindah apapun masa lalu, kayaknya kok males kalo disuruh balik lagi kesana. Ga ada internet...

1 comments:

  1. kalimat terakhirnya itu loh.
    saya juga suka mengenang masa kecil.
    tapi kalau disuruh balik lagi, minta syarat tambahan.
    harus ada internet. ahahah

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena