04 Januari 2010

What Happen..?

Seorang kolektor dari Malaysia datang ke galeri dan tertarik pada karya Irawan Banuaji yang mengangkat legenda cicak vs buaya dengan kata Indonesian Corruption What..? Beliau juga cerita tentang kondisi di negaranya yang juga tak lepas dari masalah korupsi. Hanya saja belum ada yang seberani wakil ketua KPK di negaranya. Di sana yang rewel pada penguasa pasti cepat tenggelam. Beliau juga heran campur salut kepada opini publik masyarakat kita yang mampu meruntuhkan dominasi penguasa atas hukum.

Aku tak bisa berkata banyak, karena ini teramat rumit dan seringkali jauh diatas kemampuanku membaca situasi yang ada. Aku cuma berkata, Indonesia memang negara yang dibentuk oleh perjuangan rakyat. walau yang menikmati hasilnya adalah para pejabat yang mengatasnamakan rakyat.



Kita bisa lihat sejak jaman penjajahan. Sebagian besar raja-raja waktu itu malah memihak kompeni agar kekuasaannya langgeng. Satu dua saja yang mau berjuang melawan penjajah. Sebagian besar perlawanan dilakukan oleh milisi yang tidak punya kekuasaan, selain mengandalkan kekuatan rakyat.

Setelah merdeka pun budaya itu masih berlanjut. Seperti ketika agresi militer Belanda menyerang Yogyakarta. Presiden kita waktu itu malah menyarankan Panglima Besar Sudirman untuk beristirahat dan tak usah berperang, ketika beliau mampir ke gedung agung melaporkan situasi terakhir. Sebagai pejuang rakyat, Jendral Sudirman menolak dan memilih bergerilya walau paru-parunya tinggal sebelah. Dukungan logistik dari pemerintah boleh dikatakan tidak ada. Kalaupun ada perjanjian diplomatik, hasilnya selalu merugikan pejuang rakyat. Seperti halnya pasukan Siliwangi harus berjalan kaki ratusan kilometer bersama keluarganya hanya untuk mematuhi kesepakatan pemerintah dengan penjajah.

Suksesi pemerintahan tahun 66 dan 98 pun tak lepas dari kiprah pejuang rakyat. Tak kurang-kurang rakyat kecil yang jadi korban penguasa negara ketika proses itu berlangsung. Sama halnya dengan berbagai kasus hukum yang membutuhkan desakan rakyat hanya untuk membuat sebuah keputusan hakim.

Bila ada pepatah, jangan sekali kali melupakan sejarah. Kenapa sejarah rakyat tak pernah dianggap ada ketika sedang memutuskan tentang kesejahteraan wong cilik. Mereka hanya dibutuhkan ketika menjelang pemilu dan setelah itu lewat begitu saja.

Kapan negara ini mau membalas budi memperjuangkan rakyatnya..? Atau memang negara ini harus dikuasai oleh milisi agar rakyat diakui eksistensinya..?

Mbuhlah...

Ilustrasi What Happen..?
Karya Irawan Banuaji
Tujuh Bintang Art Space

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena