03 Januari 2010

Stop Merokok..?

Beberapa teman mengeluh tentang sulitnya menghentikan kebiasaan merokok. Mereka juga bertanya, kenapa aku kadang bisa berhenti merokok sampai beberapa hari. Padahal aku perokok berat kelas kretek tanpa filter, sedangkan mereka cuma rokok mild atau putih yang ringan.

Buatku masalah rokok hanya soal kebiasaan dan bukan masalah ketergantungan secara biologis. Di rumah atau saat bersama keluarga aku boleh dikatakan tak pernah merokok. Termasuk ketika berada di kendaraan atau fasilitas umum. Bahkan bawa rokok pun aku jarang banget.



Tapi ketika berada di kantor dan mulai menghadapi angka-angka di layar monitor, bisa habis nyambung habis nyambung. Persis kereta pokoknya yang kalo ga ngebul ga jalan.

Ini yang aku sebut soal kebiasaan. Ketergantunganku bukan pada zat yang terkandung dalam tembakau, atau istilahnya kecanduan. Tapi sekedar merasa aneh kalo kepala sudah mulai pusing dengan pekerjaan, trus tidak ada hiburan memainkan asap.

Berbagai cara sudah dicoba, termasuk dengan permen mengandung nikotin yang katanya ampuh untuk menghilangkan kebiasaan itu. Nyatanya sambil ngunyah permen mulut kembali ngebul. Bila memang karena tubuh membutuhkan nikotin, seharusnya dengan cara itu tubuh tidak lagi meminta asupan dari rokok.

Nyatanya tanpa permen dan sebagainya, bila di rumah aku tak pernah merasakan itu sebagai suatu kebutuhan. Seperti saat liburan, aku stop sama sekali. Atau ketika bulan puasa kemarin, sebulan lebih aku tak menyentuh rokok. Setelah kembali ke kantor dan ketemu angka-angka, kumat lagi deh...

Bukan aku tak tahu urusan kesehatan yang bisa terganggu, tapi aku sendiri juga tak mengerti kenapa penyebab aku merokok bisa berbeda dengan yang lain. Jadi mungkin aku perlu memikirkan suatu saat nanti, aku cukup bekerja di rumah saja bersama keluarga agar aku bisa berhenti sama sekali.

Atau karena hidup memang harus berbagi..? Minimal aku bisa menyumbang negara melalui pembayaran cukai rokok yang lumayan tinggi. Aku juga harus peduli dengan petani tembakau dan buruh pabrik rokok yang bisa nganggur bila aku berhenti. Dokter juga bisa kekurangan pasien kalo jumlah perokok berkurang.

Ada pendapat yang lain..?

5 comments:

  1. Ha ha ha .... kalau mo cermat Mas, cukai yang diberikan perusahaan rokok itu hanya "sepertiga-nya" dibandingkan dengan beban keuangan negara dan masyarakat untuk mengatasi persoalan kesehatan akibat hadirnya rokok tersebut. Belum lagi dampak lingkungan dan produksi gas rumah kaca yang dihasilkan dari konsumsi rokok tersebut.

    Selain itu, kalau dihitung-hitung, petani juga tidak terlalu diuntungkan dengan pertanian tembakau, selain keuntunannya kecil karena peramainan pemodal besar, mereka juga sering mengalami kerugian akibat kebijakan negera yang tidak pro-kepada petani.

    Jadi sebaiknya jangan dan berhentilah merokok, karenba kasihan anak dan istri di rumah, setiap hari harus terpapar asap rokok yang tetap mencemari udara sekitar dan dalam rumah, karena asab racun-racun yang berjibun dari asap rokok cenderung melayang-melayang dan tinggal berhari-hari sebelum melekat di benda-benda yang ada di rumah.

    Selain itu juga, ketika sudah tua, penyakit yang ditimbulkan kebiasaan merokok akan menguras resourses dan keuangan keluarga, belum lagi beban psikologis dan psikis yang harus dipikul atau mendera anak dan istri kita.

    Mohon maaf, semoga tidak menyinggun perasaan Mas, ini sekedar turut urun rembuk saja.

    Salam kenal dan terimakasih atas artikel yang mampu memantik perdebatan konstruktif tersebut.

    BalasHapus
  2. SALAM KENAL MAS, SAYA JUGA SANGAT TIDAK SETUJU DENGAN KEBIASAA MEROKOK, TERUTAMA BAGI MEREKA YANG SUDAH BERKELUARGA, KARENA AKAN MERACUNI KITA YANG TIDAK BERDOSA DAN TIDAK MENIKMATI NIKMAT PROSES MEROKOK TERSEBUT.

    SEMOGA PARA SUAMI YANG MASIH MEROKOK AKAN BERFIKIR DUA KALI UNTUK MEROKOK TERUS, KARENA KAMI-KAMI PARA ISTRI DAN ANAK-ANAK JUGA AKAN TURUT DIRUGIKAN KELAK.

    MENYEDIHKAN, MENGURAS UANG DAN ENERGI, SERTA EMOSI, JUGA MELELAHKAN MELIHAT DAN MERAWAT SUAMI, AYAH, ATAU KAKEK, YANG SUDAH TUWA-RENTA TETAPI SAKIT-SAKITAN KARENA KEBIASAAN MEROKOKNYA DIUSIA MUDA...SEMOGA TIDAK TERJADI PADA KELUARGA KAMI HE HE HE ... ... ....

    BalasHapus
  3. Ya memang itulah masalahnya. saya sendiri bingung. kalo ga lagi pegang kerjaan, sebulan ga merokok juga enjoy aja. tapi kalo dah balik ke kantor, ya balik maning...
    padahal ruangan kantor pake ac, tapi itu tidak jadi solusi. ngebul jalan terus. mungkin karena di ruangan tidak ada orang lain kali yah..?

    BalasHapus
  4. menurut saya memang rokok lebih banyak ruginya dari pada untungnya

    BalasHapus
  5. bener sih. tapi meyakinkan diri ternyata susah banget yah...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena