Awal tahun seharusnya diisi dengan rasa optimis. Tapi aku malah menemukan lebih banyak teman yang mengeluh. Dan paling banyak aku temukan adalah keluhan tentang ekonomi yang katanya makin berat. Ini jelas berlawanan banget dengan ketika menjelang pergantian tahun. Mereka begitu gegap gempita seolah telah menemukan harapan baru. Tapi begitu pagi menjelang, semuanya kembali ke masalah-masalah lama yang sama.
Walau sejujurnya akupun ingin berkata yang sama. Namun aku tak mau seperti seorang temanku yang menyalahkan dirinya. Bagaimanapun kehidupan itu saling kait mengkait bagai orang hidup di jalanan. Kita sudah berusaha sewaspada mungkin, tapi bila ada orang lain yang meleng, tetap saja kita bisa celaka.
Menyalahkan orang lain pun sebaiknya jangan, walau dalam banyak hal kehidupan kita ditentukan oleh orang banyak. Bagaimanapun konspirasi dalam kehidupan sudah ada sejak manusia diciptakan. Aku tak mau seperti temanku yang mempertanyakan kenapa harus ada setan jahat yang menggoda manusia sehingga kejahatan selalu ada. Atau temanku yang menyalahkan Adam, kenapa harus terbujuk rayuan setan sehingga manusia harus hengkang dari surga.
Buat yang muslim coba deh baca cerita menjelang penciptan Adam di surat Al-Baqarah: 30.Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Tidak perlu kita salahkan Adam yang cemen ga tahan godaaan atau iblis yang rayuannya maut. Karena mau makan buah khuldi apa tidak, Adam tetaplah harus terusir dari surga. Ayat di atas menyampaikan kalo Adam memang diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Lalu kenapa Tuhan iseng banget menciptakan prosesi pengusiran itu pakai buah larangan dan rayuan setan segala..? Sepertinya cuma untuk mengingatkan kita bahwa konspirasi itu sama tuanya dengan umur manusia itu sendiri.
Apalagi manusia punya watak dasar ingin selalu menang. Dan celakanya semua itu diwujudkan melalui kekerasan walau tidak kelihatan secara fisik. Sejak manusia generasi kedua sudah ada kasus pembunuhan hanya karena rebutan istri yang notabene adik kandungnya sendiri. Dalam sejarah lama kita mendengar rencana pernikahan Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka yang gagal hanya karena menganggap Majapahit akan sejajar dengan Pajajaran bila pernikahan itu terjadi. Maka terjadilah perang Bubat agar Dyah Pitaloka statusnya sebagai putri boyongan dari negara jajahan.
Di era sekarang, contoh-contoh senada justru semakin banyak. Berdalih mencari satu orang bernama Osama, Amerika butuh Iraq dan Afganistan untuk dihancurleburkan tanpa rasa bersalah. RS Omni butuh kambing hitam bernama Prita. Polisi butuh Kapolri bernama Anggodo. Pengadilan butuh opini publik untuk menentukan warna hukum. dll dll ...
Jadi kalo dibikin susah, terasa banget rumitnya menjadi makhluk bernama manusia. Yang benar belum tentu menang, yang salah belum tentu kalah. Karena kata kebenaran seringkali berbelok menjadi kebetulan. Dan nasib malah jadi acuan.
Tak perlu saling menyalahkan, karena dengan menuduh kita sudah berbuat salah pula. Biarkan saja mengalir. Dan semoga kita bisa semakin mengerti bahwa hidup memang harus dijalani, bukan untuk dikeluhkan.
Kalo misuh sih, bolehlah...
Walau sejujurnya akupun ingin berkata yang sama. Namun aku tak mau seperti seorang temanku yang menyalahkan dirinya. Bagaimanapun kehidupan itu saling kait mengkait bagai orang hidup di jalanan. Kita sudah berusaha sewaspada mungkin, tapi bila ada orang lain yang meleng, tetap saja kita bisa celaka.
Menyalahkan orang lain pun sebaiknya jangan, walau dalam banyak hal kehidupan kita ditentukan oleh orang banyak. Bagaimanapun konspirasi dalam kehidupan sudah ada sejak manusia diciptakan. Aku tak mau seperti temanku yang mempertanyakan kenapa harus ada setan jahat yang menggoda manusia sehingga kejahatan selalu ada. Atau temanku yang menyalahkan Adam, kenapa harus terbujuk rayuan setan sehingga manusia harus hengkang dari surga.
Buat yang muslim coba deh baca cerita menjelang penciptan Adam di surat Al-Baqarah: 30.Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Tidak perlu kita salahkan Adam yang cemen ga tahan godaaan atau iblis yang rayuannya maut. Karena mau makan buah khuldi apa tidak, Adam tetaplah harus terusir dari surga. Ayat di atas menyampaikan kalo Adam memang diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Lalu kenapa Tuhan iseng banget menciptakan prosesi pengusiran itu pakai buah larangan dan rayuan setan segala..? Sepertinya cuma untuk mengingatkan kita bahwa konspirasi itu sama tuanya dengan umur manusia itu sendiri.
Apalagi manusia punya watak dasar ingin selalu menang. Dan celakanya semua itu diwujudkan melalui kekerasan walau tidak kelihatan secara fisik. Sejak manusia generasi kedua sudah ada kasus pembunuhan hanya karena rebutan istri yang notabene adik kandungnya sendiri. Dalam sejarah lama kita mendengar rencana pernikahan Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka yang gagal hanya karena menganggap Majapahit akan sejajar dengan Pajajaran bila pernikahan itu terjadi. Maka terjadilah perang Bubat agar Dyah Pitaloka statusnya sebagai putri boyongan dari negara jajahan.
Di era sekarang, contoh-contoh senada justru semakin banyak. Berdalih mencari satu orang bernama Osama, Amerika butuh Iraq dan Afganistan untuk dihancurleburkan tanpa rasa bersalah. RS Omni butuh kambing hitam bernama Prita. Polisi butuh Kapolri bernama Anggodo. Pengadilan butuh opini publik untuk menentukan warna hukum. dll dll ...
Jadi kalo dibikin susah, terasa banget rumitnya menjadi makhluk bernama manusia. Yang benar belum tentu menang, yang salah belum tentu kalah. Karena kata kebenaran seringkali berbelok menjadi kebetulan. Dan nasib malah jadi acuan.
Tak perlu saling menyalahkan, karena dengan menuduh kita sudah berbuat salah pula. Biarkan saja mengalir. Dan semoga kita bisa semakin mengerti bahwa hidup memang harus dijalani, bukan untuk dikeluhkan.
Kalo misuh sih, bolehlah...
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih