Kemarin sore ada acara workshop bareng seniman dari Taiwan, China, Singapore dan Malaysia di galeri. Sedikit ribet karena acara memang mendadak. Oleh karena itu aku boyong istri dari rumah untuk membantu. Bagaimanapun juga beliau lebih tahu adat kebiasaan tamu-tamuku itu.
Seperti ketika acara dimulai. Awalnya memang pakai bahasa Inggris sebagai pengantar. Tapi setelah berjalan agak lama, mungkin karena kebanyakan pesertanya orang Chinesse, berubahlah percakapannya menggunakan bahasa mandarin tanpa sadar. Atau karena bahasa Inggris mereka juga sama belepotannya dengan aku. Untung ada istriku yang segera beralih profesi dari seksi konsumsi menjadi penerjemah.
Selain ribet di acara, saat makan mereka komplen dengan halus kepadaku, "Thank you for eat chicken with hand..."
Sebenarnya istriku sudah bilang dari awal, mereka tidak terbiasa makan dengan tangan. Tapi karena waktu mepet ga sempat cari sumpit, aku siapkan sendok dan garpu saja walau tak cukup. Soalnya galeri bukan rumah makan. Aku pikir biarlah mereka belajar makan dengan cara kita. Lagian pada saat seniman kita kesana juga dipaksa makan nasi pake sumpit oleh mereka.
Aku sempat heran juga ketika istriku memboyong tisu di meja kantorku ke toilet. Katanya mereka juga tidak terbiasa cebok pakai air. Aku mencoba untuk mengerti perbedaan budaya itu, walau pikiranku susah untuk menerima. Buatku, dilap doang sama aja tidak cebok dong. Apa ga risih yah..?
Tapi yang paling mengganjal pikiranku tuh, jangan-jangan istriku selama di Taiwan ga pernah cebok juga neh. Hehehehe...
Seperti ketika acara dimulai. Awalnya memang pakai bahasa Inggris sebagai pengantar. Tapi setelah berjalan agak lama, mungkin karena kebanyakan pesertanya orang Chinesse, berubahlah percakapannya menggunakan bahasa mandarin tanpa sadar. Atau karena bahasa Inggris mereka juga sama belepotannya dengan aku. Untung ada istriku yang segera beralih profesi dari seksi konsumsi menjadi penerjemah.
Selain ribet di acara, saat makan mereka komplen dengan halus kepadaku, "Thank you for eat chicken with hand..."
Sebenarnya istriku sudah bilang dari awal, mereka tidak terbiasa makan dengan tangan. Tapi karena waktu mepet ga sempat cari sumpit, aku siapkan sendok dan garpu saja walau tak cukup. Soalnya galeri bukan rumah makan. Aku pikir biarlah mereka belajar makan dengan cara kita. Lagian pada saat seniman kita kesana juga dipaksa makan nasi pake sumpit oleh mereka.
Aku sempat heran juga ketika istriku memboyong tisu di meja kantorku ke toilet. Katanya mereka juga tidak terbiasa cebok pakai air. Aku mencoba untuk mengerti perbedaan budaya itu, walau pikiranku susah untuk menerima. Buatku, dilap doang sama aja tidak cebok dong. Apa ga risih yah..?
Tapi yang paling mengganjal pikiranku tuh, jangan-jangan istriku selama di Taiwan ga pernah cebok juga neh. Hehehehe...
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih