31 Desember 2009

Catatan Akhir Tahun

Walau sang waktu tak pernah menyekat-nyekat dirinya selain berputar antara siang dan malam, namun manusia menciptakan apa yang disebut kalender. Sehingga aku mengenal yang dinamakan akhir tahun, biarpun tidak ada perbedaan yang istimewa di dalam proses perpindahan tahun itu.

Aku melihat banyak orang begitu gegap gempita menyambut malam pergantian tahun. Mungkin hanya aku yang tak pernah ingin hanyut dalam keceriaan itu. Aku belum mampu membaca apa arti hura-hura itu untuk kehidupanku di masa mendatang. Karena begitu pagi menjelang, aku masih tetap sama seperti tahun yang katanya sudah lewat.

Setiap tahun bergulir aku hanya mencoba diam sejenak melihat apa yang pernah aku tempuh dalam setahun ke belakang. Menengok pencapaian-pencapaian apa yang sekiranya memliki arti buat hidupku. Dan yang paling berarti sepanjang 2009 ini adalah aku telah menemukan pendamping hidup. Sebuah keputusan jangka panjang yang aku tentukan secepat kilat tanpa perencanaan mendalam.

Aku sendiri tak menyangka bila sebuah rumah tangga yang diawali tanpa kata cinta dan sayang, hanya sebuah niat untuk saling menjaga kata percaya, bisa membuat proses membuka diri menjadi lebih cepat. Begitu mudah aku menyampaikan sisi-sisi buruk dalam hidupku tanpa rasa takut. Suatu hal yang sangat sulit aku lakukan sebelumnya kepada orang lain, karena sudah begitu besar rasa sayang dan takut kehilangan bila sampai keburukanku terbongkar. Saat ini aku jadi merasa lebih jujur dan terbuka dibanding sebelumnya. Dan itu ternyata bisa menjadi modal utama untuk menjalin hubungan lebih mendalam. Yang lebih penting aku jadi memahami, bahwa rasa sayang yang dimulai dengan keterbukaan ternyata lebih dalam dibandingkan ketika hanya menunjukan sisi baik sementara sisi buruk disembunyikan.

Dalam hal karir, sementara ini aku sudah merasa cukup. Berbagai ambisi lama yang begitu menggebu ternyata hanya membawaku kepada kehilangan demi kehilangan. Rejeki tak perlu dikejar agar tak semakin menjauh. Asalkan kita selalu bergerak, dia akan datang dengan sendirinya sesuai porsinya.

Kekecewaanku di tahun ini hanya satu. Aku sudah bisa hidup bahagia dengan pencapaianku, tapi di kejauhan sana jagoanku masih saja hidup terkekang bersama orang yang seharusnya begitu mencintainya. Aku sendiri tak habis pikir, kenapa masih saja ada manusia yang menggunakan anak hanya sebagai pelampiasan kebenciannya kepada orang lain. Anak yang belum tahu ruwetnya dunia, harus menanggung beban sebagai sasaran untuk membuat hati orang yang menyayanginya sakit.

Tapi aku sudah lelah untuk banyak berharap. Terlalu banyak harapan hanya membuat kekecewaan semakin banyak pula. Biarlah semua mengalir apa adanya. Toh dunia selalu berputar. Yang di atas pasti akan mengalami posisi di bawah dan sebaliknya.

Kurasa hanya itu yang bisa aku tuliskan sebagai catatan penghujung tahun 2009.
Selamat tahun baru 2010...
Read More

Musik Untuk Ibu Hamil

Sudah beberapa hari istri ribut menyuruhku donlot musik klasik yang katanya bagus untuk mencerdaskan janin dalam kandungan. Ketika aku tanya musik klasik tuh yang seperti apa, istriku malah senyum sambil geleng kepala. Hehehe...

Akhirnya aku muter di google, dan nemu istilah effect mozart. Aku donlotkan beberapa album mozart, eh malah istriku bilang ga suka.

Muter lagi di google cari pembahasan ilmiahnya. Yang ada cuma blog-blog yang hanya mengutip perkataan dokter siapa tentang musik klasik baik untuk ibu hamil. Tapi studi ilmiah dan surveinya sampai saat ini belum aku temukan.

Aku malah tertarik dengan istilah Medical Resonance Therapy Music disini. Peter Huebner dari Micro Music Laboratories mengembangkan terapi musik untuk pengobatan. Dan beberapa webset lain mengatakan metode pengobatan menggunakan sarana musik sudah dilakukan sejak 5 abad sebelum masehi. Dari situ aku simpulkan bahwa dasar dari segala ide itu adalah relaksasi dan sugesti.

Dengan menikmati musik lembut, diharapkan otak dan perasaan menjadi rileks dan pada akhirnya berpengaruh pada kondisi fisik tubuh. Bisa dimengerti ketika otak kita kelebihan beban atau stres, badanpun rasanya ga enak. Dengan terapi musik ini, perasaan damai yang menyelimuti tubuh dan pikiran membawa efek positif untuk setiap sel tubuh. Tidak untuk mengobati dengan membunuh penyakit secara langsung, melainkan anti bodi dan kekebalan tubuh meningkat dan kemampuan melawan penyakit bisa lebih tinggi.

Lalu masalah sugesti, kita bisa melihat tradisi lama yang berkembang di masyarakat. Misalnya acara melewatkan belut pada tradisi mitoni, yang dianggap simbol agar kelahiran berjalan lancar selicin belut. Lalu simbol kelapa gading yang digambari wayang kamajaya dan dewi ratih sebagai simbol anak yang dilahirkan akan setampan kamajaya atau secantik ratih. Ketika seorang ibu tersugesti kelahirannya akan lancar dan anaknya akan terlahir sempurna, minimal tingkat kecemasan menghadapi kelahiran akan berkurang.

Bila ibu merasa nyaman dan santai, otomatis efeknya akan sampai juga ke bayi dalam kandungan. Sepertinya timbal balik seperti ketika bayinya ingin duren, ibunya ikut ribut minta duren tanpa mau tahu lagi musim apa enggak. Tengah malam pun harus berangkat si ayah cari duren. Hehehe...

Jadi aku simpulkan sendiri, terapi musik untuk ibu hamil tak harus sonatanya mozart. Percuma dipaksain bila ternyata si ibu tidak suka. Kalo si ibu malah merasa tidak nyaman, kayaknya efeknya justru negatif ke bayinya. Yang penting lembut, si ibu suka dan bisa menimbulkan rasa nyaman menurutku cukup. Tak peduli itu musiknya Vanessa Mae, Keny G atau gendhing Jawa. IMHO...

Ada masukan lain..? CMIIW ya..

Read More

30 Desember 2009

UU ITE dan Kebebasan Berpendapat

Beberapa orang teman pernah ngajak ngobrol tentang UU ITE dan kaitannya dengan kebebasan berpendapat, terutama untuk blogger. Mencuatnya kasus Prita dan Luna Maya sempat menyurutkan gairah menulis mereka.

Aku sendiri sementara ini masih cuek dengan ancaman pasal-pasal karet kontraproduktif tersebut. Aku melihat kenyataan bahwa budaya menulis masyarakat masih sangat jauh dari harapan. Kebanyakan masih berkutat di level nyampah update status. Mau bisa berkembang bagaimana, bila tidak dipancing dan malah dibuat ketakutan.

Mereka yang selalu membawa-bawa hukum untuk mengatasi yang katanya pencemaran nama baik di internet, menurutku hanyalah orang yang belum dewasa dan tak menginginkan dirinya maju. Memang benar kita hidup di negara hukum, tapi untuk apa hukum dibuat kalo hanya membuat rakyat menjadi bodoh. Apalagi bila melihat realita di lapangan, hukum hanya berlaku untuk orang kecil. Mereka yang punya uang dengan mudah mempermainkan hukum.

Dan sebuah fenomena baru dalam hukum kita, adalah berbeloknya hukum ketika berhadapan dengan opini publik. Walau aparat hukum kita mengatakan tak terpengaruh oleh hal itu, tetap saja kita akan bertanya, akankah kasus ketua KPK dihentikan bila tidak didesak opini publik? Akankah kasus Prita segera selesai bila masyarakat diam saja? Kalo memang Prita tidak bersalah, kenapa harus menunggu satu setengah tahun untuk membebaskannya?

Lihat saja Susno Duaji yang tiba-tiba mencabut somasinya kepada Bambang Widodo Umar yang katanya mencemarkan nama baiknya, setelah Bambang cuek bebek tidak mau mencabut pernyataannya di koran tempo. Akankah Duaji mencabut somasinya bila sebelumnya tidak ada kasus Prita atau ketua KPK..?

Kembali ke masalah UU ITE dan kebebasan pendapat.
Bebas berpendapat adalah hak setiap warganegara. Tapi kita tak bisa menuntut bebas bicara tanpa mau tahu orang lain pun memiliki hak yang sama. Dan ketika ada pendapat yang miring, kita tak bisa begitu saja mengganggap orang itu bicara salah. Harus ditelusur kenapa sampai berpendapat seperti itu.

Orang bisa nulis meledak ledak di blog, pasti ada saluran yang tersumbat. Membungkam blogger tak akan menyelesaikan masalah, selama sumbatan itu tidak dibuang. Jangan sampai orang komplen karena pelayanan kurang beres, malah yang komplen yang diancam, sementara pelayan yang tidak becus malah berbuat sewenang-wenang.

Sebagai bangsa yang dibesarkan dengan musyawarah mufakat, penggunaan hak jawab sepertinya lebih tepat dijadikan penyelesaian. Seperti pada blog, kan selalu ada kolom komentar. Apa susahnya menyampaikan sanggahan disana. Sehingga penulis blog tersebut juga dilatih untuk bertanggungjawab dengan tulisannya.

Benar atau salah teramat relatif di dunia manusia. Satu satunya jalan untuk menyelesaikan pertikaian adalah kompromi. Dengan belajar menulis yang bertanggungjawab, kita akan belajar hidup dalam toleransi dan kompromi. Sehingga wacana terus bisa berjalan, dan kita tak pernah merasa terkekang untuk menyampaikan pendapat.

Akankah dunia bebas berpendapat yang bertanggungjawab tak cuma mimpi..?
Ada pendapat lain..?
Read More

29 Desember 2009

Mencari Tuhan

Yang sedikit menarik dari acara mudik kemarin adalah ketika aku mampir ke Pondok Pesantren di daerah Gandrungmangu. Lama-lama tak tahan dengan sms anak-anak santri disana yang mempertanyakan menghilangnya aku dari peredaran.

Beberapa tahun lalu aku memang sering di sana, walau ada beberapa santri senior yang sepertinya memusuhiku dengan alasan aku merusak pemikiran beberapa santri yang kritis.

Dulu aku sering ikut diskusi tentang ancient techology di milist yang mau tak mau harus membuka kitab suci lintas agama dan legenda kuno. Kekurangmampuanku membaca tafsir Al Quran membawaku belajar kesana agar aku bisa mendekati kebenaran penjabaran ayat per ayatnya. Bagaimanapun sejak kecil aku dicekoki bahwa Quran itu sumber dari segala sumber pengetahuan. Rasanya tak salah bila aku tertantang untuk ikut menggali itu.

Ternyata ada beberapa santri muda yang merasa seide dan merasa bila selama ini mereka terkungkung oleh pola pembelajaran yang cenderung tradisional. Ketika mereka aku kenalkan dengan internet, mulailah sentuhan sentimen mulai muncul. Berkali-kali aku terangkan bahwa internet sama dengan pisau. Bisa buat ngrajangi brambang, bisa juga buat bunuh orang. Tapi susah sekali menghapus kesan dari mereka bahwa internet itu identik dengan gambar saru.

Begitu juga ketika melihat pembahasanku menyerempet hal-hal yang menurut mereka tidak sesuai ajaran yang selama ini mereka terima. Seperti ketika aku mencari ayat tentang penciptaan adam. Aku melihat ada pertentangan dari yang aku tahu sejak kecil. Antara adam diciptakan di surga dan pernyataan tentang manusia pertama yang akan menginjak surga adalah Muhammad. Juga dikatakan surga itu banyak bidadari dan segala yang ada disana boleh dimanfaatkan. Tapi kenapa di surganya Adam tidak ada bidadari dan adanya malah pohon larangan. Apakah ada dua surga yang berbeda..?

Bukan pencerahan yang aku terima, malah cap sesat yang ada. Kalo Tuhan bilang jadi, ya jadilah, nothing other comment. Itu saja...

Jadi aku pikir wajar bila konsep keagamaan makin sulit diterima anak sekarang. Keterbukaan informasi menuntut ada pencerahan yang mudah diterima. Dan itu menurutku harus digali bukannya ditutupi dengan kata musyrik.

Sampai waktu itu aku bilang, kalo memang Quran tidak boleh disentuh selain untuk urusan ketuhanan, simpan saja di akuarium buat pajangan barang antik.

Buatku, urusan ketuhanan itu masalah keyakinan. Masalah hati. Masalah pemikiran otak lain lagi. Wacana harus selalu dicari tanpa harus goyah keyakinan. Apakah selama ini hanya orang beragama yang berbuat baik. Seorang atheis dapat saja menjadi seorang humanis, sebagaimana Fidel Castro yang begitu dicintai rakyatnya. Atau seperti Voltaire yang memperjuangkan kebebasan rakyat jelata Prancis dari kungkungan penguasa pemerintahan dan penguasa agama yang absolut.

Mr Bush yang beragama nyatanya telah menjadi teroris nomor satu di dunia walaupun bersembunyi dibalik nama anti terorisme. FPI yang jelas-jelas beragama luar dalam pun belajar menjadi teroris kecil-kecilan dengan dalih amar ma’ruf nahi munkar.

Berawal dari itu aku pergi dari sana dan mulai mencari-cari sendiri. Dan salahkah aku bila pada akhirnya aku jadi skeptis kepada kata agama..?

Sebagai penutup, aku kutipkan dari tulisan lama :
Eskimo: "Jika saya tak tahu apa-apa tentang Tuhan dan dosa, apakah saya akan masuk neraka?"
Pendeta: "Tidak, jika kamu memang tidak tahu."
Eskimo: "Lalu kenapa kamu memberi tahu saya?"

Suatu saat aku akan mencarimu, Tuhan...
Read More

28 Desember 2009

Slametan : Antara Adat & Agama

Mudik kemarin acara pokoknya adalah selamatan 4 bulan istriku atau yang sering disebut ngupati. Keluargaku sendiri sudah tidak menggunakan acara-acara semacam itu, tapi mertuaku masih.

Dan bila bicara tentang adat tersebut, kita mungkin harus membuka wacana lama tentang penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Soalnya banyak sebagian dari masyarakat kita yang masih memncampuradukan acara semacam itu sebagai adat dan tuntunan agama.

Semua ini tak lepas dari peran wali songo dulu. Ketika melihat kuatnya kultur Hindu Buddha dan faham kejawen, digunakanlah strategi asimilasi. Budaya lama sementara diadopsi dan tidak dihilangkan, tapi secara perlahan unsur-unsur keislaman dimasukan. Harapannya setelah iman dianggap kuat, unsur tradisinya bisa dihilangkan. Tapi kenyataan bicara lain, bahkan banyak yang salah kaprah mencampuradukkan antara tuntunan agama dan tradisi. Walau kedua hal tersebut bukan hal jelek, tapi pemahaman akan pemisahan dasarnya tetap perlu diketahui.

Tradisi ngupati (4 bulan), mitoni (7 bulan) dan berbagai macam slametan yang ada di masyarakat itu memang budaya asli bangsa kita sejak jaman dulu. Terutama sekali budaya penyampaian nasehat melalui simbol. Seperti acara ganti kain sampai 7 kali pada acara mitoni, sebenarnya bermaksud untuk menyampaikan nasehat yang terkandung dalam motif kainnya seperti, sidomukti (melambangkan kebahagiaan), sidoluhur (melambangkan kemuliaan), truntum (melambangkan agar nilai-nilai kebaikan selalu dipegang teguh),parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup), dll. Contoh lainnya adalah penggunaan aksesori belut, kelapa muda digambari wayang juga sebagai nasehat melalui simbol.

Sedangkan acara pembacaan surat Yusuf atau Maryam, itu hasil proses asimilasi yang disebutkan di atas. Dahulu, slametan yang bisa diartikan doa meminta keselamatan dilakukan dengan menggelar sesaji di tempat keramat atau minta restu arwah leluhur. Bagian ini yang kemudian diganti dengan acara pembacaan ayat al quran sebelum menghilangkan bagian yang lain.

Karena memang unsurnya penyusupan agar tidak begitu disadari perubahannya, jarang sekali ada penyampaian secara saklek, bahwa yang ini agama dan ini tradisi. Sehingga ketika batasan diantara keduanya makin kabur, sebagian dari kita tidak mau menyentuh karena menganggap semua itu hanya tradisi, atau bagi yang menjalankan menganggap semua itu adalah tuntunan agama.

Tak heran bila dalam acara keagamaan masih ada istilah kirim doa untuk arwah yang biasanya tokoh besar. Padahal dalam agama Islam dijelaskan bahwa manusia yang mati putus segala hubungannya dengan dunia kecuali tiga hal, doa anak yang sholeh, amal jariyah dan ilmu yang berguna. Jadi menurutku doa yang diterima oleh arwah tersebut hanya doa dari anaknya, itupun yang sholeh. Maka aku bisa katakan, doa semacam ini adalah peninggalan tradisi walau doa yang dibaca sesuai dengan tuntunan agama.

Tapi, walau berasal dari sumber yang berbeda, keduanya sama-sama bernilai baik dan demi kebaikan. Jadi tidak ada yang salah bila sebagian masyarakat kita ada yang mempertahankan. Dan yang penting diketahui adalah mana yang adat mana yang agama.

Soalnya agak susah bila pemahaman kabur itu dipertahankan di masa anak sekarang membutuhkan keterbukaan informasi. Tidak boleh duduk di pintu harus gamblang disebutkan menghalangi orang lewat, bukan cuma kata "ora ilok atau pamali."

Sehingga pertentangan antara yang masih mempertahankan dan tidak, tidak perlu terjadi. Dan semuanya berjalan dalam lingkungan toleransi.
Read More

24 Desember 2009

Pesbuk Bikin Otakku Buntu

Beberapa teman pesbuk sudah mulai ada yang SMS, kenapa jarang onlen lagi..?

Mungkin aku kembalikan saja ke kisah awal, ketika aku membuat account pesbuk. Berkutat disitu sehari saja aku sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan. Dan ketika pesbuk meroket popularitasnya, ajakan gabung semakin banyak. Aku tetap saja malas, sampai akhirnya ada yang membuatkan grup Rawins Club sehingga mau tak mau aku aktif disitu.

Tapi tak sampai sebulan berpesbukria, aku merasakan ada perubahan mendadak dalam otakku. Kebiasaan nyampah membuat otakku buntu. Aku jadi sering merasakan begitu banyak ide berjubelan di otak, tapi ketika mau menuangkan ke dalam bahasa tulisan, rasanya kok susah keluar. Mungkin rasanya sama dengan mau bersin tidak jadi. Istilah tepatnya nafsu besar tenaga kurang...

Fasilitas notes juga tak mampu membuat isi kepala lancar mengalir. Mungkin terbawa suasana yang hanya diisi umpatan-umpatan pendek, sehingga berat untuk menulis panjang.

Awal aku balik ke blog, yang jadi sasaran malah quicknotesnya multiply yang sebelumnya tak pernah aku sentuh. Perlu waktu agak lama untuk merubah kemampuan dari sekedar menulis status "ketekku kok rasa jeruk yah.." menjadi uraian kenapa ketiak bau.

Budaya gila komen kayaknya yang paling menyebalkan di pesbuk. Demi dapat respon banyak, dibuatlah komen-komen fantastis dan nyleneh. Pasang foto aneh trus banyak orang dipaksa melihat dengan sistem tag. Sampai akhirnya waktu terbuang hanya untuk membaca celoteh-celoteh yang tidak jelas.

Belum lagi begitu banyak ajakan bergabung dengan grup-grup di pesbuk yang kadang aku tak tahu juntrungannya. Aku sempat coba bergabung, tapi nyatanya jarang banget partisipasi dari anggota grup. Kalo ada yang aktif update, paling banter dari moderator grup itu sendiri. Untuk apa bergabung ke banyak kelompok bila setelah itu diam dan tak ada gerakan sama sekali. Buatku kualitas lebih penting dari kuantitas.

Ada teman yang ngungsi total ke pesbuk dan bilang kepadaku, "agar bisa survive, kita harus mengikuti tren perubahan..." Tapi nyatanya aku tak bisa survive di pesbuk. Karena menulis adalah kebutuhan buatku, agar aku bisa hidup lebih baik. Tanpa menulis, otakku terlalu penuh sehingga tak bisa optimal ketika harus memikirkan pekerjaan misalnya.

Walau mungkin aneh, tapi aku tak merasa perlu bertanya kenapa aku beda dengan pemikiran orang lain. Karena aku tetaplah aku, bukan orang lain...

Aku hanya tak ingin otakku buntu, itu saja...
Read More

Selamat Natal Karina

Pernak-pernik natal yang sudah mulai banyak terlihat membuatku teringat akan anak perempuanku, Karina. Ini natal ketiga aku tidak berjumpa dia untuk mengisi kaos kakinya dengan hadiah natal.

Aku begitu menyayangi anak manis dan cerdas itu sejak kecil, ketika keluarganya masih utuh. Ketika orang tuanya berantakan aku minta dia ke ibunya karena kasihan melihat seorang ibu harus menghidupi tiga orang anak sendirian. Aku pilih Karina karena dia seumur dengan Adi dan setiap kali mereka bermain bersama, Karina sering bilang kalo dia ingin sekolah seperti Adi.

Setahun bersama anak cerdas itu aku sudah merasa dia menjadi bagian hidupku. Malapetaka datang ketika ibunya berubah keyakinan dan dekat dengan seorang pendeta. Tanpa sepengetahuanku, Karina diambil dari rumah oleh pendeta itu. Yang lebih menyedihkan, ketika Karina diambil, calon bapaknya itu bahkan tak sampai masuk rumah. Memanggil Karina dari luar rumah, lalu Karina yang bilang ke orang tuaku, "mbah, Karin mau pulang ke mamah dulu sama om..."

Ketika lama tak juga ada kabar beritanya, aku susul dia ke rumah mamahnya. Dan aku harus merelakan ketika ibu biologisnya bilang mau mengurus sendiri anak itu. Setelah itu aku masih sering menengoknya bila aku merasa kangen, walaupun dia bilang sudah tidak boleh ngaji lagi dan harus belajar agama baru. Buatku tak masalah, karena agama adalah hak hakiki manusia dengan Tuhan.

Menjelang natal beberapa tahun lalu, aku ajak Karina jalan-jalan untuk membeli hadiah natal. Saat itulah aku dengar perkataan yang buatku sangat menusuk hati. "Ayah, Karin ingin sekolah lagi..."

Yang aku tahu selama ini hanya ibunya kerja di Jakarta dan dia tinggal bersama neneknya. Dan setiap neneknya kerja, dia dititipkan di gereja. Baru saat itu aku tahu kalau anakku itu selama ini tidak sekolah. Akupun bisa merasakan kepedihannya ketika Adi pamer tas dan buku sekolah barunya.

Aku jadi tak habis pikir, kenapa masih saja ada orang tua yang begitu besar egonya sampai mengabaikan hak anak. Buatku, apapun alasannya, hak anak untuk sekolah tak boleh direnggut. Dengan alasan Tuhanpun, perampasan hak atas keindahan masa kanak-kanak tetaplah sebuah kebejatan.

Ayah rindu kamu, nak. Selamat natal. Semoga sekarang jalan hidupmu sudah lebih baik daripada ketika ayah meninggalkanmu.
Read More

23 Desember 2009

Menyamakan Persepsi Itu Sulit

Pagi-pagi dah nyrempet motor orang neh. Buatku sih itu sebuah resiko umum di jalanan. Tapi kenapa orang sering tak mau tahu tentang itu dan selalu pakai acara marah-marah sebagai penyelesaian. Dan yang paling nyebelin tuh kalo dah ada kata "punya mata ga loe..?"

Sebenarnya, hal semacam itu bisa terjadi karena memang pemahaman yang berbeda karena pengalaman berbeda pula. Mau tidak mau itu harus kita sadari karena kita hidup dengan orang banyak.

Contoh soalnya gini. Dulu waktu aku belum kenal motor, aku sering nongkrong malem bareng temen-temen. Aku damai-damai saja duduk di pinggir jalan karena menganggap semua kendaraan yang lewat ada pengemudi yang pasti punya mata. Setelah aku sering naik motor malam hari, baru aku tahu bahwa pandangan malam itu sangat terbatas. Apalagi ketika ada lampu dari arah depan. Sering aku kelabakan ketika tiba-tiba ada yang duduk di pinggir jalan.

Pada masa yang sama aku seringkali seenaknya salip kanan kiri, dengan pemahaman mobil ada sopirnya. Apalagi kalo kondisi hujan aku makin seenaknya, aku pikir yang naik mobil ga perlu mikir badan kehujanan. Setelah aku sering nyupir, baru aku menyadari bahwa ada satu wilayah di samping mobil yang tidak terpantau di spion. Apalagi ketika jalan luar kota yang melelahkan, konsentrasi akan berkurang sekali. Perhatian ke spion kiri berkurang banget. Wajar seringkali kaget kalo tiba-tiba ada motor nyelonong salip kiri. Makanya sekarang motor diharuskan menyalakan lampu di siang hari, berguna sekali buat membantu sopir mobil mengenali ada motor di blind spot yang tak terpantau spion.

Seharusnya semua yang ada di jalanan bisa memahami yang semacam ini, sehingga tidak perlu pakai otot ketika terjadi kecelakaan. Memang siapa yang ingin celaka dengan sengaja. Tapi karena ini soal pengalaman, ya susah juga kayaknya. Kan tidak semua orang pernah mengalami berada di berbagai posisi.

Seperti tahun 1998, mahasiswa gampang banget menghujat pejabat. Tapi begitu mereka punya pengalaman jadi pejabat, suara mereka berubah.

Atau seperti aku yang sering mengumpat Tuhan. Aku pikir wajar bila Tuhan cuek saja dengan umpatanku. Paling cuma nyengir kuda sambil bilang, "Elo sekarang jadi manusia bisa ngoceh gitu. Tar kalo dah jadi Tuhan, baru nyaho lo..."

Dah ah, malah OOT neh...
Pokoknya belajar melihat dari sisi yang lain deh sebelum berbuat sesuatu.
Karena menyamakan persepsi itu sangat sulit...

Read More

22 Desember 2009

Terasa Ketika Tiada

Beberapa temanku punya kebiasaan memajang foto keluarga di meja kerja. Katanya agar selalu mengingat keluarga tercinta di rumah. Dan akupun pernah melakukan hal yang sama. Tapi kok hasilnya berbeda ya..? Bukannya inget yang di rumah, malah pigura fotonya kadang keselip entah dimana ketika berkas kerjaan numpuk banget sampai meja ga muat.

Aku malah jadi sering inget yang di rumah, sejak istriku selalu menyiapkan bekal makanan untuk di kantor. Setiap pagi begitu aku bongkar tas, selalu ada botol minuman dan kotak plastik berisi buah atau makanan kecil sekedar kentang atau tempe goreng.

Awalnya aku menganggap biasa. Malah beberapa teman suka mengolok-olok, "koyo bocah TK wae..."

Tapi setelah itu berjalan agak lama, aku mulai merasakan bahwa itu sebuah perhatian yang sepertinya sudah jarang ada di jaman ini. Seperti ketika hari libur aku mendadak harus ke kantor dan bekal tidak sempat disiapkan. Terasa sekali rasa kehilangan itu.

Kebiasaan lain yang membuatku sering merasa kehilangan adalah tiap aku pulang kantor. Begitu mendengar suara motor atau mobil masuk halaman, istriku pasti menyambut di depan pintu. Dan segelas air putih menyambutku.

Apa sih artinya segelas air putih..?
Mungkin sepele buat sebagian orang. Tapi aku merasakannya tidak sesederhana itu. Ketika istri sakit dan tak bisa menyambutku dengan kesegarannya, rasa kehilangan kembali menyergap.


Mungkin benar kata orang tua dulu. Katakan cinta dengan makanan. Karena buat manusia, urusan perut sepertinya selalu nomor satu.

Dan sayangnya, kenapa cinta itu baru terasa ketika tidak ada ya..?

Ilustrasi Red Rose
Karya Wahyu Geyonk
Tujuh Bintang Art Space
Read More

Ibu Dan Dunia Terbalik

Setiap sore, jalan sepanjang galeri ramai oleh para penggemar duren. Dan kemarin aku seolah baru ngeh dengan sebuah pemandangan akan pasangan laki-laki dan perempuan yang berjalan bareng. Dan sepertinya itu pun terjadi di banyak lokasi, taman, mall dan sebagainya.

Aku melihat bahwa sekarang, perempuan lebih banyak yang kelihatan agresif ketika bersama pasangannya. Lebih banyak cewek yang menggandeng cowoknya daripada sebaliknya. Ketika mereka duduk bersama pun, cewek yang bersikap mesra sepertinya lebih banyak. Termasuk istriku sendiri di rumah.

Walau sekarang gadis muda berjalan dengan lelaki tua masih banyak, tapi perempuan dewasa yang berjalan mesra dengan remaja laki-laki mulai banyak. Sampai populer istilah cari brondong di kalangan tante-tante.

Ini berbeda dengan yang aku lihat di masa lalu, dikala kita masih remaja, halah... Perempuan jadul identik dengan sifat malu-malu apalagi untuk ungkap perasaan di muka umum. Seringkali aku harus berjuang mati-matian hanya untuk bisa mengandeng tangan. Itu pun cuma bertahan beberapa detik sebelum dikibaskan dengan muka memerah.

Aku sendiri sekarang merasa tak perlu agresif seperti masa lalu kalo cuma sekedar ingin makan bareng cewek. SMS sekedar ajakan jalan selalu ada, walau awalnya aku pikir SPG SPG itu cuma pengen dekat aku agar dikasih job bila ada even. Karena mereka tahu aku sudah beristri.

Tapi melihat kenyataan sampai ada yang nekat SMS terus ke istriku (istri pake nomor hapeku yang lama), minta nomorku dengan alasan mau curhat, aku jadi mulai berpikir lain. Untung aku selalu terbuka dengan istri untuk urusan perselingkuhan ini, sehingga tidak sampai terjadi konflik.

Tadi pagi aku sempat ngobrol dengan stafku yang cewek soal fenomena itu. Ringan banget dia menjawab, "itu sebagai bukti, cewek sekarang lebih sayang ke cowoknya..."

Lebih sayang ke cowoknya tapi berusaha menggoda suami orang. Apakah itu tidak berarti cewek sekarang lebih tidak mau tahu perasaan kaumnya sendiri, dalam hal ini istri orang yang digoda itu..?

Aku harap itu hanya kondisi minor di sekitarku dan tidak mewakili seluruh kaum secara mayor. Bukan karena kiamat sudah dekat, kalo Dedy Mizwar bilang. Yang muslim tentu pernah dengar kalo salah satu tanda-tanda menjelang kiamat adalah jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki sehingga gejala perempuan memperebutkan laki-laki akan meningkat.

Bukan pula karena Jangka Jayabhaya memang sudah mulai berjalan dimana wolak waliking jaman membuat pasar kehilangan suaranya dan perempuan kehilangan rasa malunya. Walau jaman kebalik memang sudah mulai terasa gejalanya. Banyak perempuan berambut pendek, laki-laki malah gondrong. Perempuan makin suka pakai celana, dan laki-laki feminim makin populer minimal di tipi. Suami ongkang-ongkang kaki, sementara istrinya jadi sapi perah di negeri orang.

Maafkan aku, teman. Itu sekedar pemikiran kotor di pagi hari. Biarkan saja semuanya mengalir, karena jaman sudah ada aturannya.

Terlepas dari semua itu, aku cuma mau ucapkan "Selamat Hari Ibu..."
Semoga masih banyak perempuan yang bernafaskan ibu dalam arti kata yang sebenarnya...

Ilustrasi Lebih Dari Cukup
Karya Lulus Santoso
Tujuh Bintang Art Space

Read More

20 Desember 2009

Mencari Cinta di Malioboro

Doel Sumbang pernah bercerita tentang lagu yang indah di Malioboro. Lama aku mencari lagu cinta itu, tapi tak pernah kutemukan. Padahal lagu itu pernah membuatku begitu terobsesi dengan sepotong jalan bernama Malioboro. Aku pikir tak hanya aku saja yang memendam rasa penasaran itu. Mungkin hampir semua orang yang mendengar kata Jogja, yang pertama kali terlintas dalam benaknya adalah Malioboro.

Tapi kenyataan tak seindah bayangan. Jangankan menemukan lagu cinta tentang engkau dan aku. Yang ada hanyalah pisuhan beradab khas Jogja. Jalanan semrawut, macet dan pedagang yang tidak tertata. Trotoar lebar yang seharusnya nyaman untuk jalan-jalan, malah dipenuhi sepeda motor parkir. Daya pikat nama Malioboro membuat manusia-manusia tersedot kesitu dan kemacetan, sampah, polusi, pengamen, copet itu dianggap sebagai bagian wisata petualangan.

Dulu pernah dicanangkan hari bebas kendaraan bermotor setiap sabtu minggu, tapi entah kenapa tidak ada tindak lanjutnya. Atau mungkin pelaku usaha disitu omsetnya turun, karena pengunjung males jalan kaki dari tempat parkir. Padahal menurutku tidaklah demikian. Daya tarik Maliboro bukan di susahnya cari tempat parkir, tapi di nama legendarisnya. Dalam kondisi kurang nyaman saja aku mau jalan kaki sepanjang trotoar, apalagi kalo tertata rapi.

Pengelola aset wisata Jogja mungkin bisa belajar kepada Pemerintah Arab Saudi dalam mengelola Sumur Zam Zam. Pada tahun 1970an ketika jemaah haji baru sekitar 400.000 orang pertahun, mereka mulai melakukan penelitian oleh ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Wisatawan haji setiap tahun pasti meningkat (sekarang sudah 2 juta lebih..) Pembangunan perumahan, fasilitas jalan, terowongan akan terus bertambah. Padahal daerah resapan air penyuplai sumur zam zam di cekungan Mekkah hanya seluas 60 km persegi dan kian padat.

Untuk mengelola sumur yang dijaga Tuhan saja, mereka tidak menyuruh Tuhan untuk memeliharanya secara alamiah. Kenapa untuk Malioboro tidak bisa. Aku rasa data pengunjung tiap tahun grafiknya terpampang di kantor dinas pariwisata. Kenapa tidak bisa membuat data itu memiliki arti dan bukan sekedar tempelan dinding.

Atau karena masyarakat kita memang susah diajak tertib..? Seperti aku yang masih saja ringan tangan membuang puntung rokok ke trotoar jalan tempat aku pernah mencari cinta bak Doel Sumbang...
Read More

19 Desember 2009

Saku Kanan dan Kiri

Aku pikir tak akan ada yang menaruh perhatian akan kebiasaanku menyimpan uang. Ternyata stafku ada juga yang akhirnya bertanya.

"Kenapa kalo nyuruh beli makan, ngambil uangnya selalu dari saku. Tapi kalo belanja kantor ngambilnya dari dompet..?"

Hihihi...
Akhirnya harus bocor juga kalo duit ratusan ribu yang di dompet itu uang kantor buat cadangan operasional di lapangan yang suka ada kebutuhan mendadak. Dan yang milik pribadi hanyalah ribuan lecek yang aku simpan di saku.

Dijelasin tentang pemisahan uang pribadi dan kantor, masih diuber juga. "Uang kantor yang di brankas, kenapa dipisahin dalam dua kotak. Dan lebih sering ngambil kotak yang satu daripada satunya.."

Mau tahu aja neh...

Aku memang suka memisah-misahkan uang yang aku pegang dengan maksud agar tidak salah ambil. Uang yang di laci sebelah kanan itu benar-benar dana murni punya perusahaan. Pemakaiannya selalu tercatat di buku.

Dan yang laci kiri aku gunakan untuk menyimpan dana yang kurang jelas urusannya. Bagaimanapun uang remang-remang selalu ada. Misalnya ada seniman yang ngasih komisi karena lukisannya terjual. Atau kadang sogokan dengan judul ucapan terima kasih, dsb... Dana ini tidak ada di catatan perusahaan dan aku gunakan kalo misalnya ada yang minta sumbangan atau harus menjamu tamu. Kadang aku gunakan untuk nambahin insentif karyawan juga. Cuma seringnya curang. Karyawan tak kasih seratusan, aku sendiri ngambil 200. Asiiik...

Uang di saku juga aku pisahin. Saku kanan untuk yang bersih, jadi aman dikasihin istri kalo pas minta tambahan belanja. Yang saku kiri ga berani aku kasihin. Itu khusus buat senang-senang sendiri aja.

Ga boleh kebalik neh. Bukan masalah halal atau haramnya, tapi karena jumlahnya suka lebih banyak yang kiri. Hehehe...

Ilustrasi Mao Tze Tung
Karya Budi ubruk
Tujuh Bintang Art Space
Read More

18 Desember 2009

Celengan

Bicara soal celengan, aku malah kepikiran tentang asal muasal katanya. Kok bisa ya dinamakan celengan yang menurutku berasal dari kata dasar celeng alias babi hutan.

Padahal kalo diruntut dari awal, celengan yang aku kenal pertama adalah tiang rumah dari bambu yang di gergaji untuk tempat masukin koin. Kalo sudah ga muat, pindah ke tiang yang lain. Makanya tak heran bila rumah sudah berumur beberapa tahun, banyak tiang yang dicoak untuk mengambil uang.

Beberapa waktu kemudian aku dikenalkan dengan celengan dari tanah liat dibakar yang berbentuk ayam. Ketika ada keperluan, biasanya menjelang lebaran, celengan ayam dibanting rame-rame. Nanti diitung bareng keluarga untuk berlomba siapa yang paling banyak tabungannya. Ini lebih praktis dan tidak merusak rumah. Lebih mudah pula untuk ngumpet-ngumpet mengakali uangnya pake lidi kalo kepepet pengen jajan.

Setelah sekolah baru aku kenal dengan menabung non celengan. Awalnya di sekolah, dikumpulkan ke guru. Dibagi setiap kenaikan kelas. Begitu masuk SMP, mulai kenalan dengan mendian Tabanas. Cuma waktu itu nabungnya di kantor pos, bukan di bank.

Dan semua itu kayaknya tidak ada hubungan dengan yang namanya celeng.

Atau mungkin malah berasal dari budaya ngepet di waktu lalu. Ngepet kan identik dengan babi yang tugasnya mengumpulkan uang orang yang berlebih. Celengan juga fungsinya untuk mengumpulkan uang lebih.

Tapi kalo dikaitkan dengan uang berlebih, koruptor juga sama berlebihan dalam mengumpulkan uang. Apa ya jadi berkait antara koruptor, celeng dan ngepet..?

Halah, mbuh ah. Malah mumet...



Read More

17 Desember 2009

Beli Hape

Semalem istriku bilang, pengen hape samsung corby untuk mengganti hapenya yang udah super lecek. Takut bawaan bayi, sore ini aku meluncur ke Ambarukmo Plaza. Nongkrong sambil cuci mata di konter hape.

"Mba, ada samsung corby yang touchscreen?"
"Ada, mas. tapi yang touch jelek. Bagusan yang TXT."

Ternyata ada dua jenis tuh. Yang satu fullscreen tanpa keypad, yang satu lagi pake keypad qwerty. Aku bilang, istriku pengennya yang touch. Eh, panjualnya masih ngeyel.

"Mending yang TXT, mirip Blackberry."
"Justru karena mirip Blackberry makanya aku ga mau."
"Ngetiknya susah lho, mas. Ga ada keypadnya."
"Apalagi hape, cari cewek pun aku senengnya yang susah. Ada tantangannya."
"Tapi yang touch jarang yang pake, kalo yang TXT banyak."
"Aku juga ga seneng kalo cewek banyak yang pake," tegangannku mulai naik tuh.

Mau beli kok kaya mau minta. Ada aja alasannya si mbak konter itu. Ketika aku mau beranjak, mbaknya mulai nyerah.

"Mau yang warna apa, mas. Ada empat warna soalnya..?"
"Yang pink aja deh."
"Yang pink kosong kayaknya, mas."
"Yaudah deh seadanya, merah kuning ijo boleh.."
"Bebas ya, mas. Tapi ga bisa sekarang. Harus pesen dulu."

Aku malah jadi bingung. "Kan seadanya, kok harus nunggu juga..?"
"Iya, yang touch harus pesen. Kalo mau yang TXT kita stok banyak.." jawab mbaknya sambil membuka laci dan mengeluarkan beberapa dus hape tanpa rasa dosa.

Huuuuh, bilang kek dari tadi barangnya ga ada. Ga perlu berlama-lama disitu.
Atau...

Read More

Profile Donk...

Pagi-pagi sudah ada teman Multiply yang interogasi nanya nomor telpon. Dan ternyata itu hasil multilevel marketing. Dapet nomornya dari si A, si A dapetnya dari si B dst.

Padahal di Multiply atau blog aku tak pernah pelit soal identitas, walau untuk yang sensitif aku batasi hanya untuk kontak. Bukan sok narjis, tapi aku kembalikan ke niat awal aku ngeblog. Aku pengen berteman. Dan menurutku awal pertemanan yang baik harus ada keterbukaan soal profile.

Makanya aku suka sebel, kalo ada yang pengen dijadikan kontak, padahal sebelumnya jarang interaksi. Eh begitu dibuka profilenya, isinya cuma gender : female. Lebih parah hedsotnya gambar artis lagi...

Kadang mereka berkilah itu demi keamanan di internet. Padahal menurutku aman atau tidak, baik di dunia maya atau nyata itu tergantung kita menjalaninya kok. Bertahun-tahun ngeblog dengan identitas terbuka, aku belum menemukan masalah berarti. Malah dulu waktu masih bermain di blogspot yang tanpa identitas, blogku dibikin babak belur orang. Setelah ketemu lagi di MP dan tahu identitasku, orang yang memusuhiku malah minta maaf. Ternyata dia adik kelasku di STM.

Selama ini gangguan melalui telepon lebih banyak aku alami dari mereka yang sepertinya tak kenal aku di internet. Gangguan dari alam maya boleh dikatakan hampir tidak ada. Justru aku lebih banyak dapat teman baik yang lebih baik daripada yang aku dapat dari dunia nyata.

"Kamu kan cowok, buat cewek harus lebih hati-hati." Kali aja ada yang berkilah seperti itu.

Buatku tetap sama. Pencabulan yang diterima oleh kaum cewek bukan semata-mata karena pajang nomor telepon. Tapi banyak polah mereka yang lain yang memancing-mancing orang usil. Dan parahnya kalo ada yang iseng suka dilayani, jadinya dianggap asik.

Yang paling sering menjadi sebab kayaknya budaya narcis. Padahal kebanyakan laki-laki di internet paling gampang ditipu dengan penampilan . Ngebet banget pengen kenalan cuma karena lihat hedsot bak miyabi. Padahal wujud aslinya bagai mirebus.

Makanya jujur dong...

Ilustrasi Senyum Khas Van Java
Karya Nurkholis
Tujuh Bintang Art Space
Read More

16 Desember 2009

Bank vs Celengan

Pas antri di bank, mbah-mbah di sebelahku ngomel. Punya duit pas-pasan disimpen di bank, setaun ga diusik bukannya nambah tapi malah menyusut. Kasihan juga lihat CS bank kesulitan menjelaskan tentang bunga dan biaya administrasi yang aku saja ga mudeng.

Mungkin memang masih ada sebagian masyarakat kita yang menganggap nabung di bank akan bertambah oleh bunganya. Padahal kalo aku lihat di rincian transaksi tiap bulan, jarang banget bunga lebih besar daripada biaya adm.

Aku sih ga begitu mempermasalahkan, karena kepentingan punya rekening bank emang bukan buat nganakin duit. Tapi untuk mempermudah pengelolaan keuangan dengan adanya fasilitas sms atau internet banking. Bayar listrik, telpon, beli pulsa sampai cicilan utang motor aku ga perlu antri lagi. Cukup duduk manis sambil ngeblog, urusan selesai. Biaya bulanan sepertinya masih jauh lebih murah daripada aku harus modar-mandir kesana kemari.

Wajar jika saldo tabungan grafiknya ga pernah meningkat. Karena emang aku laki-laki sejati yang tidak bisa nyimpen duit. Yang penting bisa nyari dah cukup, biar bendahara rumah yang urus. Lagian urusan ngatur keuangan, perempuan kayaknya lebih jago daripada laki-laki.

Laki-laki duit 50 ribu paling habis buat rokok dan nongkrong bareng temen-temen. Kalo ibu-ibu, uang seribu perak bisa dimakan sebulan untuk rame-rame. Beliin aja garam dapur...

Untuk cadangan kalo-kalo ada kebutuhan mendadak, aku malah mengandalkan celengan dari kaleng bekas susu. Setiap aku punya uang 10ribuan misalnya kembalian belanja, selalu aku masukan kesitu. Dan aku berkomitmen hanya untuk uang 10 ribu biar ga terlalu maksain diri. Yang penting jangan diinget-inget dan anggap saja uang ilang.

Kadang kaget juga pas kondisi terpepet, trus mbuka celengan kok udah banyak isinya. Lumayan kan, ga harus minta jatah dapur untuk keperluan sendiri. Cuma sayangnya kalo ga kepepet, aku kok suka mepet-mepetin diri yah..???
Read More

Gangguan Siklus

Secara rutin tanpa rencana, badanku biasanya akan membesar di pertengahan tahun dan mengecil lagi di akhir tahun. Aku pikir ini bawaan kerjaan. Awal tahun sampai pertengahan biasanya terbawa suasana damai walau tidak santai, karena target tahunan belum begitu terpikirkan. Lagi pula memang penjualan pasti sepi di awal tahun. Jadinya badan tuh menggelembung seperti balon.

Begitu menjelang akhir tahun, rekapitulasi target pendapatan mulai kepikiran banget untuk mengejar setoran. Apalagi untuk penjualan lukisan, paling rame memang sekitar bulan Agustus sampai ber ber ber. Pikiran jarang bisa istirahat sampai akhirnya bodi menipis.

Pertengahan tahun ini bobotku 68 kilo dan sampai awal bulan ini tersisa 53 kilo. Cuma, aku heran neh. Sejak awal bulan ini, walau kerjaan selalu bikin ngomel, aku jadi pengennya ngemil terus.

Semalem iseng-iseng nimbang badan, udah 56 kilo. Mungkin karena pengaruh global warming yang mengacaukan cuaca, sehingga siklusku pun ikutan kacau. Belum genap sebulan saja sudah naik 3 kilo. Berapa kilo neh sampai pertengahan tahun..?

Semoga tidak lebih dari 65 deh. Ngeri lihat perut buncit bagai balon...
Read More

14 Desember 2009

Koin Prita dan Anak Jalanan

Pengaruh media memang sangat dahsyat terhadap opini publik. Seperti beberapa waktu lalu ketika aku muter warung-warung sepanjang jalan dekat galeri untuk menukar koin, dukungan ibu-ibu sangat mengagumkan. Hampir setiap hari mereka datang ke kantor untuk menukarkan koinnya kepadaku. Ada juga satu dua yang ga minta tuker, ikut nyumbang Prita katanya.

Termasuk anak-anak jalanan juga tak mau ketinggalan. Mereka tak kenal lelah di perempatan jalan mengacung-acungkan dus mie instan bertuliskan "Koi Untuk Prita."

Dan siang tadi aku sempat bicara kepada salah satu anak di traffic light. "Cah, sumbangan Prita udah tutup kok masih minta.."

"Apa iya, pak?"
"Tadi malem kan ada beritanya di tipi, emang ga liat..?"
"Aku nonton Safa dan Marwah, pak. Wegah nonton berita."

Aku suruh nanya ke tukang koran yang ga jauh dari situ, dia malah manggil temannya. Trus dengan cueknya ngobrol di dekatku.

"Jare bapak iki, sumbangan Prita wes ditutup."
"Lha trus piye..?" tanya temannya.

Yang ditanya malah nunjuk tulisan di dus tempat uang, "Iki tulisane diganti opo neh yo..?"

"Tak takon mas Anu sek yo.." jawabnya sambil ngeluarin hape lalu smsan.

Ealaaah...
Read More

Persahabatan Sego Pecel

Ada seorang teman yang kerja sebagai sales di dealer motor yang lumayan besar di Jokja ini. Kenalnya ga sengaja ketika aku ngutang motor setahun lalu. Dan waktu dia mengeluh tentang target penjualan yang kadang tidak tercapai. Berawal dari situ aku suka bantu dia kasih refrensi. Atau kalo ada temen yang butuh motor, aku suruh dia yang prospek.

Orangnya cukup baik. Apalagi kalo aku sms, "ono order, dul..." Pasti ngiprit datang ke galeri dan tak pernah lupa bawa sego pecel. Aku asik-asik aja punya temen seperti itu. Apalagi aku sering ga punya waktu untuk nyerpis motorku. Jadinya dia yang aku minta bantuan.

Beberapa hari lalu, ada temenku yang ngeluh mau kredit motor tapi susah cari persetujuan leasing. Alasannya tidak punya kerjaan tetap atau apa aku kurang faham. Nah, aku pertemukan dua temanku itu. Dan simbiosis mutualisma itu berbuntut sego pecel lagi. Malah kali ini bawa tiga bungkus. Sekalian buat yang ada di kantorku, katanya.

Hari ini, temenku yang sales datang ngasih tahu bahwa kredit motor yang kemarin tidak di acc. Ternyata temanku itu sudah punya sejarah kelam dengan pihak leasing. Aku pasrah aja, soalnya itu hak mereka, aku cuma bantu.

Nah, kok setelah itu temenku minta duit 20 ribu pas pamitan. Aku kasih dia sambil tanya, "ga punya rokok yah..?"

Jawabannya sebenarnya jujur banget. Tapi malah membuat keikhlasanku serta merta hilang. Dia jawab gini, "buat bayar pecel, mas. Soalnya kredit motornya ga di acc.."

Berarti selama ini oleh-olehnya merupakan komisi yah..?
Tidak kusangka nilai persahabatanku ini cuma seharga sego pecel...
Huuuh...
Read More

Pranata Salah Mangsa

Dalam budaya Jawa ada istilah yang dinamakan pranata mangsa. Ini merupakan perhitungan musim asli Jawa yang sudah ada sebelum kalender import muncul. Iklim yang berlaku di Pulau Jawa menurut pemahaman ini dibagi menjadi empat musim (mangsa) utama, yaitu musim hujan (rendheng), pancaroba akhir musim hujan (marèng), musim kemarau (ketigå) dan musim pancaroba menjelang hujan (labuh).

Musim-musim ini terutama dikaitkan dengan perilaku hewan serta tumbuhan (fenologi) dan dalam praktek amat berkaitan dengan kultur agraris. Bambu yang ditebang pada masa kanem akan awet dan bebas serangan bubuk. Nelayan menggunakannya sebagai pedoman untuk melakukan penangkapan ikan.

Karena perhitungan pranata mangsa ini mengikuti alur keseimbangan alam, pengelolaan pertanian menjadi efektif dan tidak boros biaya. Waktu awal tanam padi diselaraskan dengan munculnya bintang waluku (orion). Sehingga menjelang panen bersamaan dengan masanya ular dan burung pemakan serangga keluar sarang, sehingga serangan tikus dan wereng dapat dikurangi.

Sayangnya keserakahan manusia merubah keseimbangan alam. Pencemaran meningkat, burung dan ular ditangkap untuk dijual. Sehingga hama penyerang tanaman pertanian kehilangan predator alaminya. Untuk mengatasinya petani harus mengeluarkan dana ekstra untuk menyemprotkan anti hama. Padahal anti hama itu meracuni lingkungan. Bahan makanan kita ikut tercemar. Ikan-ikan dan binatang bermanfaat di sawah juga ikut mati.

Itu dalam lingkup kecil. Dalam skala besar mungkin itu yang dinamakan pemanasan global. Cuaca tidak menentu. Hujan datang di musim kemarau, sementara musim hujan malah kemarau panjang. Disini kekeringan, disana kebanjiran. Iklim makin tidak bersahabat, karena memang kita memusuhinya.

Dengan pranata mangsa, dalam setahun tanam padi memang hanya dijadwalkan sekali. Kemudian disambung dengan jagung atau palawija. Mungkin maksudnya agar unsur hara dalam tanah bisa terjaga dengan menggunakan sistem tanam gilir. Tapi manusia ingin setahun panen padi tiga kali. Irigasi dibangun, bibit transgenik dibuat, pupuk dan antihama sintetik digunakan. Kenyataannya menimbulkan biaya tinggi dan meninggalkan residu racun dalam tanah maupun hasil panen.

Kenapa sih kita maunya dapat banyak dan cepat panen. Sampai-sampai sekarang banyak yang baru tiga bulan menikah sudah beranak. Budaya instan sudah membudayakah..?

Read More

13 Desember 2009

Belajar Bahasa Inggris Online

Bukan salah bunda mengandung kalo aku ga lihai berbahasa Inggris. Bukan pula salah yang mainan burung aku dilahirkan menjadi orang Jawa yang gaptek bahasa. Mungkin itu salah leluhur kita yang menyombongkan diri dengan membangun menara babel, sehingga manusia dicerai-beraikan dalam berbagai bahasa.

Jaman SMP dulu, kemampuanku berbahasa Inggris sebenarnya sudah lumayan. Ini didukung oleh hobiku ke lagu-lagu barat. Dengan menghapal banyak lagu, ternyata kemampuan listening lumayan meningkat. Aku hanya cukup menambah pengetahuan tentang arti katanya dari kamus.

Setelah masuk STM hobiku beralih ke alam bebas. Apalagi setelah kerja, baru kali ini aku diharuskan berhubungan dengan orang asing. Untuk sekedar menjawab email atau chat di instant mesenger mungkin ga begitu bermasalah. Tapi ketika harus ngobrol secara lisan, mulai deh ketularan penyakit gagu dan banyak aa uu...

Kemampuan bahasa memang harus memadukan antara kekuatan otak menguasai kosa kata dan mencerna apa yang didengar telinga. Ketika bahan pengajaran hanya kamus semata tanpa ada lawan bicara, terasa banget kesulitannya. Sama seperti istriku yang lancar bahasa mandarin tapi celingukan ketika harus menulis pinyin. Kebalikannya adalah pelukis di galeriku, lancar nulis china tapi sama sekali tak bisa bicara ala Jackie Chan.

Jangankan aku yang kerjanya cuma ngurusin gambar. Stafku cewek yang ngebet banget pengen cari cowok bule saja, lebih jeblok bahasa Inggrisnya dari aku. Cuma pedenya yang aku salut banget. Padahal modal pede itu kalo diasah aku yakin hasilnya bagus. Tapi disuruh kursus susahnya minta ampun.

Aku sendiri kesulitan waktu kalo harus kursus rutin, aku berusaha mencari modul-modul pembelajaran di internet. Banyak website yang menyediakan kursus bahasa, tapi berbayar. Kalo mau gratis, tidak ada salahnya masuk ke websitenya radio Australia. Tidak selengkap yang bayar, tapi lumayan banget namanya juga gratisan. Ada banyak modul dalam format pdf. Untuk belajar mendengar, ada media audionya dalam format mp3. Yang berminat silakan klik disini.

Semoga cepet bisa lancar neh, termasuk stafku. Minimal tidak lagi ada obrolan ngaco seperti beberapa waktu lalu. Masa pas ada tamu bule nawarin rokok, stafku jawabnya, "sory, i'm not smoking area..."


Read More

12 Desember 2009

Kangen Baca Buku

Jalan-jalan di Gramedia, aku kok jadi inget kebiasaan lama. Dulu setiap minggu pasti belanjanya buku. Sampai-sampai kamar kos-kosan wujudnya persis loakan buku. Disebut perpus ga pantes, berantakan soalnya...

Dari dulu aku seneng nulis. Oleh karena itu aku seneng membaca. Buatku mempelajari sesuatu lebih mudah masuk otak dengan menulis daripada membaca.
Ketika menulis suatu masalah, aku harus membaca banyak refrensi. Sekaligus sebagai persiapan kalo-kalo ada sanggahan atas tulisanku, karena dulu aku suka menulis diktat atau bahan diskusi.

Ketika mulai mengenal komputer dan internet, kebiasaan menulis pindah ke blogspot. Lebih banyak topik bisa ditulis karena pembacanya lebih jamak. Bahan bacaan pun pindah dari buku cetak ke website. Karena lebih mudah untuk menempelkan link ketika merujuk sumber.

Ketika blogspot tempat diskusiku dihancur leburkan orang, aku ngungsi ke multiply. Banyak teman diskusi aku temukan disitu, walau debat kusir cuma pada awal komen dan pada akhirnya nyampah juga.

Ketika bencana pesbuk melanda, budaya nge-junk merambah Multiply juga. Sangat sulit untuk mencari teman diskusi sehingga aku pun ikut-ikutan buang sial semata.

Untung masih ada Kompasiana yang bisa sedikit mengobati kerinduanku akan diskusi kecil di blog. Tapi masalahnya justru pindah ke diriku. Kelamaan nyampah ternyata membuat otak jadi sampah juga. Sekarang sudah terasa sulit untuk menulis serius seperti dulu. Otak maunya diajak berceloteh doang.

Makanya aku mulai melirik buku-buku cetak lagi. Walau lebih boros dari segi anggaran, tapi kelihatannya lebih nyaman. Kangen juga seperti dulu, sambil nunggu bis, sambil naik becak, sambil beol, aku selalu ditemani buku bacaan.

Cuma susahnya, sekarang kalo baca biar cepet masuk aku harus sambil ngemil. Tapi cemilannya yang masuk, bacaannya tau kemana...

Ilustrasi Puisi Tangga
Karya Azhar Horo
Tujuh Bintang Art Space
Read More

11 Desember 2009

Teh Poci

Memang senang punya istri baik hati
Pulang kerja, mandi, makan, trus disuguh teh anget langsung dari poci
Sayang teman ngetehnya jiaaaaan....


Read More

Opera Mini Beta 2

Belum lama ini Opera kembali meluncurkan Opera Mini Beta 2. Mesin penjelajah web yang dirancang khusus untuk ponsel ini disebut-sebut sebagai hasil revisi dari versi pertama yang terdapat beberapa masalah pada aplikasinya.

Menurut informasi, pada Opera Mini 5 Beta 2 tidak terdapat perubahan ataupun penambahan fitur, hanya saja terdapat perbaikan-perbaikan kecil pada aplikasinya agar bisa berjalan lebih baik dari versi sebelumnya yang sudah diluncurkan sejak empat bulan lalu.

Opera menjanjikan tampilan-tampilan yang telah disempurnakan layaknya sebuah browser di komputer biasa dan juga peningkatan kecepatan browsing yang lebih cepat dari sebelumnya. Dan pada percobaan pertama, memang terasa lebih cepat dari versi 1. Tapi ini belum menjamin, karena susah sekali untuk mengetes kecepatan pada jaringan seluler kita yang terkenal edan eling.

Opera Mini 5 Beta 2 tetap dilengkapi dengan Tabbed Browser, Speed Dial dan juga Password Manager. Yang paling menarik adalah fasilitas download manager yang sebelumnya tidak ada. Pada versi sebelumnya, kalo kita donlot file, otomatis opera akan membuka browser bawaan hape untuk download. Dengan adanya download manager ini kita bisa mempause atau resume donlotan kita.

Lalu untuk pengguna keyboard qwerty, bila menggunakan fasilitas inline editing suka kesulitan bila menekan angka. Harus beberapa kali mencet baru nyampai ke angka tersebut tanpa adanya penunjuk. Pada versi 2 ini, walau masih harus menekan beberapa kali, tapi petunjuknya sudah ada. Sehingga kita bisa memperkirakan harus menekan berapa kali untuk mancapai angka atau simbol. Atau diakali dengan menekan tombolnya agak lama sampai angkanya muncul.

Kemudahan inline editing yang lain, sebelumnya kalo aku menekan tombol spasi kursor tidak akan jalan. Di versi 2 ini sudah ok.

Sayangnya, untuk tombol enter masih belum sesuai harapanku. Pada editor hape, bila enter ditekan, akan terbuka paragrap baru. Di opera bila enter ditekan, malah keluar dari editor, dianggapnya kita sudah selesai mengetik. Kayaknya ini yang masih perlu diperbaiki. Bagaimanapun dengan inline editing ini, acara ketik mengetik lebih nyaman daripada harus membuka editor bawaan hape.

Mungkin ada masukan dari yang lain neh. Baru nyoba satu jam soalnya. Ehya, aku nyobanya pakai Nokia E90. Dengan hape lain mungkin bisa berbeda hasilnya.
Sharing yah...

Penjelasan lengkapnya ada disini
Penjelasan versi sebelumnya disini
Yang mau donlot ke PC klik disini
Donlot langsung ke hape ketik m.opera.com/next

Read More

10 Desember 2009

Wisata Kuliner Jokja

Gara-gara si bos pernah tak ajak makan sate di Jejeran, kalo ada teman dari kantor Jakarta mau ke Jokja, permintaannya pasti, "antar ke sate klatak yah..."

Perkenalanku dengan sate kambing tanpa bumbu ini, awalnya dari si bos juga. Malem-malem bilang pengen makan yang aneh dan tidak ada di Jakarta. Kebetulan waktu itu ketemu raja kuliner Jokja, Butet dan Riri Riza. Meluncurlah ke selatan Jogja sekitar 4 atau 5 km dari terminal Giwangan.

Menurutku, untuk soal rasa tidak begitu istimewa. Keunikannya adalah sate disajikan tanpa bumbu kecap atau kacang, cuma garam saja. Satu porsi cuma 2 tusuk dan tusuknya menggunakan jeruji sepeda. Walau ukuran dagingnya besar-besar tapi tetap empuk. Cukup lezat dinikmati dengan sepiring nasi, tongseng dan minuman teh jahe anget yang dikasih gula batu.

Harganya relatif terjangkau dan cuma ada di Pasar Jejeran Imogiri Bantul. Katanya sudah ada sih di daerah lain, cuma rasanya beda. Warung satenya buka malam hari dan kalo musim liburan biasanya ngantri. Yang penting hati-hati ketika menyantap sate ini. Jangan sampai kegigit jeruji besi yang masih panas atau malah jeruji sepedanya ketelan.

Sebagai kota kuliner, Jokja memang gudangnya makanan khas. Oleh karena itu, mengandalkan menu dan rasa saja sepertinya tak cukup untuk menarik pembeli. Perlu ada sentuhan yang lain sehingga memancing rasa penasaran orang luar kota.

Seperti halnya gudeg pawon di daerah Warungboto. Aku pikir rasanya tak jauh beda dengan gudeg lainnya di Jokja. Bisa jadi pembelinya sampai ngantri hanya karena bukanya mulai jam 11 malam dan disajikan didepan tungku raksasa tempat gudeg itu dimasak.

Lalu ada sate kuda yang aku kenal dari Ade Rai. Dia kalo menyantap sate kuda di dekat jembatan Gondolayu bisa habis 100 tusuk tanpa nasi. Warung ini cukup laris hanya karena mempromosikan diri bisa menambah kejantanan laki-laki.

Kalo nasib lagi baik, kita bisa memesan sate torpedo alias alat kelamin kuda. Walau harganya lebih mahal daripada sate dagingnya, kita seringkali harus pesan terlebih dahulu agar tidak kehabisan.

Mungkin ini yang perlu dipikirkan kalo kita mau buka usaha kuliner di Jokja. Harus ada sentuhan yang lain daripada yang lain. Karena jual makanan di kota ini tidak cukup mengandalkan rasa saja. Lebih dominan unsur eksotisme untuk mendukung strategi marketingnya.

Itu untuk yang berniat mencari pasar wisatawan. Kalo pasarnya anak-anak mahasiswa atau karyawan yang mukim, asal enak dan murah pasti lancar usaha. Walau kadang ngganjel di hati juga. Makan nasi kucing di Pakualaman 2000 perak kenyang, tapi parkir motornya 1000, mobil 2000 perak.
Read More

09 Desember 2009

Kangen Wereng Coklat

Dapat undangan acara pramuka, aku kok jadi kangen masa-masa jadi wereng coklat dulu. Disini senang disana senang, dimana-mana hatiku senang. Tak pernah mikirin utang...

Yang paling asik tuh kayaknya kalo dah masuk acara jurit malam. Apalagi dulu kalo gojlokan, bukannya aku yang sebel, tapi seniorku yang setres. Mereka akan saling lempar kalo disuruh ngurusin aku.

Penyebabnya sih sepele. Sejak pendadaran pertama aku dah dicap bandel oleh senior. Sebagai anak STM yang hobinya tawuran, sifat ngeyelanku seringkali kumat. Yang lain disuruh ini itu nurut, cuma aku yang ngelawan terus.

Pas ada acara jalan di kuburan satu persatu, di tengah kuburan ada pocongan menghadang. Aku lemparin saja pake batu. Habis itu aku dihukum pus ap 100 kali. Baru aku tahu kalo seniorku ada yang bocor kepalanya kena lemparanku.

Akibatnya, setiap ada kegiatan aku selalu kebagian di kuburan. Sebagian ceritanya bisa dibaca disini atau disini.

Pokoknya banyak suka duka yang dialami. Apalagi aku masuk Saka Bhayangkara di Polres Banyumas yang terkenal keras dalam mendidik pasukan. Makanya tak heran kalo dulu banyak temanku yang begitu antipati. Tapi nyatanya banyak dasar-dasar pembinaan mental yang dulu tertanam tanpa tahu manfaatnya, baru terasa sekarang-sekarang ini.

Makanya heran kalo melihat anak sekarang lebih suka pesbukan daripada ikut kegiatan lapangan. Generasi-generasi ambeien siap mengemuka di masa depan kita. Mereka terlalu cerdas untuk urusan teori tanpa pernah merasakan praktek nyatanya di lapangan.

Anak sekarang serba tahu sih. Tapi kalo dikejar lebih jauh, mereka akan mudah menjawab, "informasi dari google..."

Kapan aku bisa kembali muda yah..?
Read More

Kejahatan Modus Baru

Aku sendiri ga tahu yang semalem tuh orang mau niat jahat apa engga. Tapi yang jelas ceritanya begini.

Pulang kantor jam 9 malem, menjelang bundaran UGM ada empat orang berboncengan 2 motor mepet dan bilang sedikit galak. Katanya aku nyenggol orang sampai jatuh di Kotabaru. Trus mereka menyuruhku menemui orang itu untuk menyelesaikan masalah baik-baik.

Antara iya dan tidak aku nurut aja dikawal mereka. Cuma aku mikir kok aku harus ke daerah Pengok yah..? Komplek bengkel kereta itu kan sepi dan gelap. Makanya di perempatan aku celingukan ke pos polisi. Sialan, kosong...

Tapi pas nyebrang perempatan aku liat ada polisi lagi pada ngobrol sekitar 50 meteran dari situ. Cari aman aku merepat kesana mau minta dikawal maksudnya. Begitu berhenti di trotoar, aku celingukan cari orang-orang itu. Karena niatnya jahat trus lihat aku berhenti dekat polisi kali, mereka jadi kabur.

Alhamdulillah....

Merasa situasi sudah aman. Motor ku stater lagi untuk melanjutkan pulang. Belum juga beranjak sudah ada yang menegur, "Selamat malam, bisa lihat surat-suratnya, pak.."

"Lho. Kenapa, pak..?"

"Bapak sudah menerobos verboden. Tidak boleh ke arah timur..."

Ealah...!!!

Ilustrasi Dilarang Mengawasi
Karya Arianto
Tujuh Bintang Art Space
Read More

08 Desember 2009

Ngambek Dengan Baik

Hari yang menyebalkan. Dari pagi sms isine orang ngamuk terus. Padahal cuma urusan duit sejuta, dan statusnya sumbangan sosial. Yang kalo mau instropeksi diri, salah siapa kirim proposalnya telat.

Walau aku juga manusia biasa yang punya amarah, tapi ada beberapa hal yang aku hindari. Salah satunya ngamuk di telepon atau sms. Aku kan tak pernah tahu orang yang akan aku marahi sedang apa dan dimana. Bagaimana kalo dia sedang dalam perjalanan, trus emosinya ikut naik. Kalo celaka, apa ya aku ga kebagian dosanya..?

Untuk hal yang satu itu aku belajar dari istriku. Ketika anyar menikah, aku mengajak istri ke galeri ketika ada even. Ada SPG yang ga tahu kalo itu istriku dan nglendot sambil bilang kangen. Istriku ga bereaksi, malah stafku yang njimprak-jimprak.

Sampai di rumah baru aku tanya, kenapa tadi diam saja. Beliau dengan arif menjawab begini, "Aku bisa marah, tapi aku kan ga bisa mempermalukan suami di depan umum. Lagi pula perjalanan pulang lumayan jauh. Kalo sambil emosi tar malah celaka.."

"Trus marahnya kapan dong..?"

"Bentar lagi nunggu capeknya ilang..."

"Boleh, tapi sambil kelon yaaa..."

Asiiik...

Marah dengan etika ternyata indah juga...

Ilustrasi Peace Maker
Karya Adjie Dharma
Tujuh Bintang Art Space

Read More

07 Desember 2009

Download Film Balibo..?

Mendengar kisruh film Balibo Five yang ga boleh diputar di Indonesia, cepetan aku cari link buat donlot film itu. Welahdalah, seminggu nyari kok belum nemu juga. Rupanya film besutan Australia itu tak secepat Hollywood masuk pasar gelap alias donlotan gratis.

Bukan aku sok heboh dengan barang baru, cuma aku pengen nonton sebelum pada akhirnya ikutan komen tentang film itu. Kan ga lucu kalo ikut ribut padahal belum pernah nonton...

Kayaknya sementara waktu aku harus puas hanya dengar cerita orang tentang sinopsis film itu. Dan katanya film itu menceritakan tentang 5 wartawan Australia yang tewas tahun 1975 di Timor Timur.

Aku jadi ingat film lama berjudul Missing. Yang menceritakan hilangnya seorang wartawan idealis Amerika di Chile ketika ada kudeta yang berbau militer pada tahun 1973. Beth Horman dan mertuanya Ed sibuk mencari tahu di tengah intrik kekuasaan yang berbahaya. Dan diakhir cerita diketahui bahwa kebohongan publik itu justru datang dari pemerintah Amerika, negaranya tercinta.

Kenapa waktu itu film itu tidak dicekal masuk Indonesia oleh Badan Sensor yang guntingnya teramat tajam di tangan Orde Baru. Padahal dalam film Missing kode misinya menggunakan kata Jakarta 65. Dengan kata lain, kekacauan politik itu disamakan dengan peristiwa G30S/PKI.

Kembali ke soal Balibo.
Kenapa masyarakat kita tak dibelajari untuk berpikir dewasa dengan main cekal semacam itu. Padahal dengan pencekalan itu, masyarakat justru malah penasaran dan mendongkrak popularitas film tersebut.

Kenapa pula kita dibuat sensitif hanya oleh hilangnya 5 orang wartawan asing, sedangkan ribuan TNI yang gugur dalam Operasi Seroja tak pernah diungkap. Apalagi setelah Timor Timur lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi.

Padahal mereka hanyalah korban dari ambisi penguasa waktu itu. Yang mau tidak mau kita harus memberikan titel pahlawan kepada mereka. Minimal pengorbanan pasukan TNI waktu itu sedikit dihargai dan tidak dianggap sia-sia...

Kalo ada yang punya link download gratis, bagi yah...
Terima kasih sebelumnya...


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena