31 Maret 2009

Temanku Buruh Migran

Seorang teman
Beberapa tahun lalu mengeluh dengan kehidupannya, yang menurut dia di bawah standar kelayakan. Tergiur beberapa teman yang kelihatan sukses mencari penghidupan di negara tetangga, temanku itu berusaha keras untuk bisa ikut mengadu nasib ke luar negeri.

Dengan segala susah payahnya, dari mulai tertipu sponsor sampai berbulan-bulan tinggal di penampungan yang kurang manusiawi dia jalani sampai akhirnya dia bisa terbang juga. Sepotong pesan pendek mampir ke hapeku menyiratkan kebanggaannya bisa tercapai apa yang dicita-citakan.

Belum genap dua bulan, temanku itu kembali singgah di telponku. Dia mengeluh tentang pekerjaannya yang bagai romusha padahal gaji tidak diterima penuh selama setahun pertama. Dan dia bercerita tentang teman baru yang menjanjikan pekerjaan baru yang lebih oke kalo dia mau kabur dari majikannya.

Tak lama kemudian angan-angan indah itu berubah lagi. Teman baru yang mengajaknya menjadi warga gelap di negeri orang itu malah menjerumuskan dia ke tempat yang lebih gelap walau gemerlap dan banyak uang mudah. Dan akhirnya temanku itu lontang-lantung dalam pelarian dari rumah teman ke teman lainnya hanya untuk berlindung.

Bertahun-tahun tiada kabar berita, sebulan lalu telponku berbunyi lagi. Ternyata teman lamaku itu akhirnya menemukan majikan yang baik dan memenuhi harapan-harapan dia sejak dulu. Aku pun ikut bersyukur dengan kesuksesan itu. Namun di akhir ceritanya, dia malah mengeluh tentang kerinduannya kepada keluarga dan tanah airnya. Dan keinginan untuk pulang kampung itu menjadi sulit mengingat statusnya sebagai tenaga kerja ilegal.

Mungkin angin baik sedang bertiup. Tak lama kemudian dia cerita ada agen yang bisa mengusahakan paspor dan mengurus kepulangannya ke Indonesia. SMS selanjutnya, menyatakan segala urusan hampir beres dan minggu ini bisa pulang.

Dan pagi tadi, dia SMS lagi. Dia harus menghadap ke kantor imigrasi dan kepolisian setempat. Katanya sih untuk tanda tangan berkas-berkas keimigrasian saja. Tapi agak siangan sedikit, mampir lagi sebuah SMS, "Mas, aku disel..."

Halah...
Sampai sekarang, SMS balasan yang aku kirimkan masih saja berstatus pending. Semoga cuma bergurau saja dan dia bisa secepatnya pulang. Kalo sampai benar ditahan, kasihan amat tuh anak. Biarpun dia mau nelpon atau SMS kalo pas lagi susah doang. Hehehe...

Kalo sudah begini, siapa yang salah..?
Majikan yang kurang manusiawi, temanku yang nekat kabur, agen yang suka menipu orang susah, atau pemerintah kita yang tak mampu memberikan penghidupan yang layak buat warganya..?

Ilustrasi "Looser"
Karya Nurjoko
Tujuh Bintang Art Space


Read More

29 Maret 2009

Wong Lanang Kucing Garong

Sore-sore ana bekas tangga curhat nang telpun. Anu wadon kuwe yakin, kerjane nang arab. Critane kebelet bali ndesa, tapi krungu nek sing lanang nang kampung duwe gendakan maning. Dadi duit kiriman selawase merantau ora ana bekase mbuh pada mlayu ngendi.

Aku ya kur bingung thok. Wong arep bali koh ndadak laporan aku. Emange aku pegawe irigasi sing ngurusi TKW pa? Tapi wong anu karo kanca ya tek rungokna bae apa omongane sing ndadak nganggo acara tangis-tangisan mbarang.

Aku sih ora mbelani wong lanang. Tapi mbok ngerti wong lanang kuwe disebute kucing garong. Dieman kemlithak, ora diurus cluthak. urusan golet duit gari dipasrahna bae sih ngapa. Wong wis dadi tanggungjawabe wong lanang sing jenenge golet rejeki. Wis wani njaluk anak wong ya kudu gelem ngragadi.

Nek kasile kurang ya ditrimakna, tapi ya karo didorong men bisa duwe inisiatip golet tambahan. Aja malah ditinggal merad dewek.

Pancen ora kabeh wong lanang kaya kuwe. Tapi tek deleng, rata-rata wong lanang sing bojone diekspor, gaweane kur udud sinambi leyeh-leyeh nunggu kiriman. Anak dititipna ninine. Tempiling bae sih genah lanangan kaya kuwe.

Emansipasi sih iya apik. Tapi nek kenyataane malah dadi gawe lara wong wadon, go ngapa diterus-terusna. Warang-wurung nang luar negeri ya kur nyapu ngepel gaweane. Kecuali nang kana dadi direktur sih ora masalah. Aku bisa nunut dadi kuline.

Abot temen mbayangna wong wadon adoh anak bojo dadi kesed, sing lanang malah hepi hepi golet gendakan. Apa maning nang arab sing gede resikone gara-gara paham babi haram, babu halal...

Hoalah yu...
Bali bae ngurusi anak. Anak aja ngasi lah dicanthelna wit. Bojo golet maning bae sing bener sing gelem kesel awan bengi men umah-umah sakinah. Awan macul men duwe beras. Bengi ya kon macul maning men duwe bocah.



Read More

Aku Cuma Seorang Anak Kecil

Post tentang Wanita Karir, di blog memang kelihatan damai. Tapi di YM, skype dan email lumayan rame neh. Seolah-olah cap sebagai penjahat gender Pembenci Perempuan teramat dalam menancap di benak teman-temanku itu. Perasaan dalam setiap post yang konon katanya memojokkan perempuan aku selalu membuat kesimpulan tentang indahnya kebersamaan.

Dan kalo boleh aku klarifikasi, dalam melihat setiap kasus dalam rumah tangga dan soal perselingkuhan, aku selalu berusaha melihatnya dari sudut pandang anak. Soalnya kalo aku lihat dari sisi suami atau istri, biasanya akan terjadi pemihakan tanpa aku sadari. Soalnya bagaimanapun aku juga jadi pelaku disitu. Dengan memposisikan diri sebagai seorang anak yang orang tuanya dalam konflik, sepertinya kemungkinan untuk berdiri di tengah lebih besar karena aku menjadi saksi korban.

Mungkin diskusi panjang di tulisanku setahun lalu tentang Hak Anak Yang Terabaikan menarik untuk dibuka lagi. Karena disitu beberapa aktifis LSM perempuan dan yang berprofesi cukup dekat dengan anak dan ibu ikut nimbrung.

Dan bila ditanya tentang pandangan pribadiku terhadap hubungan antar lawan jenis, mungkin lebih lengkap bila membuka tulisan lama tentang Pria dan Wanita di Toilet. Mungkin setelah membaca itu, akan lebih mudah memahami pikiran-pikiranku tentang laki-laki dan perempuan.

Walau telah disatukan dalam cinta dan pernikahan, buatku mereka tetaplah dua manusia dan dua hati yang tidak mungkin menyatu, tapi bisa diselaraskan. Ungkapan dua hati yang menyatu menurutku cuma gombalan orang yang kasmaran dan tak bisa melihat kenyataan bahwa rumah tangga bukan semata-mata tentang cinta. Tapi ada yang satu yang paling penting dan tak bisa digeser oleh apapun. Anak...

Semoga bisa dimengerti

Ilustrasi "Rukun Agawe Sentosa"
Karya Ong Hari Wahyu

Senang Senang Exhibition

Read More

28 Maret 2009

Perpisahan Yang Indah

Sepuluh tahun yang lalu...
Aku tengah membuat rencana pernikahan ketika datang surat perintah dari kepala divisi, yang mengharuskan aku meninggalkan Bandung dan menuju ujung timur Jawa Barat.

Obrolan panjang menjelang kepergianku menghasilkan keputusan, kami berpisah dengan baik-baik dan tiada lagi beban menggantung selain kata, "kalau memang jodoh pasti akan bersatu lagi."

Mungkin ini terlalu idealis. Tapi buat kami inilah yang terbaik. Lebih baik bisa mempertahankan cinta untuk pertemuan kedua nanti, daripada bermulut manis untuk setia tapi kenyataannya bicara lain.

Solusi salah satu mengalah dan keluar dari pekerjaan juga terasa berat. Perjuangannya begitu panjang dan keras untuk bisa mencapai titik karirnya belumlah lama dinikmati. Sedangkan aku, kepindahan tugas juga karena promosi karir. Telalu sayang bila aku menolaknya.

Bukan aku tak mau setia. Tapi hubungan jarak jauh teramat berat untuk dijalankan. Perpisahan damai yang menyakitkan memang. Tapi rasanya tak akan sesakit bila salah satu tak mampu menahan godaan. Toh bila memang sama-sama mampu bertahan, peluang untuk kembali sangatlah besar.

Aku cuma ingin meminimalisir beban pikiran. Aku tak mau bermuluk-muluk membuat janji bila resiko membuat dosa menjadi kian terbuka. Aku benci yang namanya pengkhianatan.

Dan nyatanya jalan itu tidak sepenuhnya salah. Belum genap setahun dia curhat di telepon sedang jatuh cinta lagi. Dan beberapa bulan kemudian, diapun memberikan kabar bahagia. "Tanggal 29 Maret kami mau menikah, mas..."

Selamat atas kesuksesanmu mempertahankan kebahagiaan sampai usia kesepuluh. Minimal kita bisa buktikan, jalan yang kita pilih dulu tidak berakhir dengan penyesalan.

Semoga selamanya, sayangku...

Ilustrasi Sepenggal Perjalanan Hidup Ada Permainan"
Karya Laksmi Sitharesmi
Indonesian Contemporary All Star
Read More

Telmi Tur Katro

Ada obrolan pendek beberapa hari lalu di skype. Masih dari teman yang baru kenal saat itu, tapi selalu rutin buka-buka blogku. Teman yang ngakunya orang Semarang tapi tinggal di Austria itu menanyakan, kenapa tulisanku ga up to date, nyeleneh, subyektif dan katro.

Mungkin benar aku memang orangnya suka telat mikir. Ketika orang lain ribut lebaran, aku malah menulis tetang puasa. Orang lain berduka kena bencana, aku malah bercerita tentang kegembiraan. Yang lain menyajikan sekian banyak data akurat, aku malah berceloteh ga jelas.

Bukan aku suka kontroversi apalagi mencari sensasi. Aku cuma seringkali menangkap sesuatu dari lain sisi. Aku sadar manusia hidup seringkali sawang sinawang dan melihat sesuatu dari permukaan, lalu heboh dan berlomba-lomba menuliskan yang sama. Banyak sisi yang jarang diungkap hanya karena ketidaktahuannya atau memang takut dianggap tidak mengikuti tren saat ini.

Ketika banyak orang menuliskan kata duka cita dalam sebuah bencana, aku malah lebih suka bercerita tentang kegembiraan segelintir orang yang menjadi panitia. Biarlah aku dianggap melawan tren berita.

Karena itu sebuah kenyataan. Setelah gempa Jogja, pasukan relawan dari berbagai LSM jadi punya laptop atau sepeda motor baru. Korban bencana dapat beras satu kilo, yang ngurus dapat satu karung. Ini menarik buatku.

Trus, bagaimana tidak subyektif. Blog buatku adalah buku harian tempat aku berejakulasi melepas ereksi otak. Blogku bukan sebuah kantor berita yang harus menyajikan data sebenarnya. Dan aku menulis untuk aku sendiri kok.

Tapi soal katro...
Aku sendiri sering ngomong tapi sampai saat ini tak pernah tahu artinya. Aku cari-cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia juga tidak ketemu definisinya. Untuk yang ini aku belum bisa jawab. Tapi kalo ingat pepatah lama, mungkin katro ini sedikit ada hubungannya dengan kondisi jaman yang semakin edan.

Ing jaman edan
Sing ora edan
Ora keduman
Sing edan
Ora katrokan...

Ilustrasi "Racycle Man"
Karya Agung Gunawan
I Report I Decide Art Exhibition
Read More

26 Maret 2009

Persimpangan Rindu

Haruskah kita menyalahkan Tuhan yang menciptakan kelenjar hipotalamus yang menghasilkan feromon perangsang otak, sehingga manusia memiliki rasa rindu.

Walau semua pemberian Tuhan adalah anugrah, tapi sakitnya rindu seringkali terasa menyiksa.

Rindu adalah kata yang mewakili sebuah rasa yang kosong dan hampa. Mungkin dari definisi harfiah itu, dalam bahasa Inggris rindu disebut miss, yang juga berarti hilang.

Kehampaan hidup dan kehilangan rasa seharusnya kita syukuri. Dengan adanya kekosongan, minimal kita jadi memiliki harapan untuk terisi. Apa jadinya bila manusia tidak memiliki harapan lagi..?

Seringkali rasa itu terasa menyesakkan dada. Dan ketika harapan yang dinanti tak kunjung tiba, kadang kita akan dihadapkan di sebuah persimpangan jalan. Menunggu dan terus menunggu atau mematikan segenap rasa atau memalingkan muka sekedar mencari hiburan baru.

Walau rindu adalah sebuah rasa, tapi pemikiran tetap perlu ikut berperan. Tanpa itu kita bisa salah arah ketika tiba di simpang jalan. Kita bisa bagai cecunguk penunggu toilet. Atau jadi seorang pengkhianat. Lebih parah lagi kita bisa menjadi mayat hidup yang mati rasa.

Lalu bagaimana cara memanajemen sakitnya rindu..?

Aku pun masih mencari-cari jawabannya.
Karena hidup dalam kerinduan, buatku bagai bermain di depan bayangan.
Yang aku tak bisa memaksanya untuk berwujud...

Ilustrasi "Bermain di depan bayangan"
Karya Arie Kadariman
Tujuh Bintang Art Space


Read More

25 Maret 2009

Pembenci Perempuan

Sebuah personal message masuk ke inbox. Sedikit complain dengan tulisan tentang Wanita Karir dan beberapa tulisanku yang lain. Intinya beliau mempertanyakan kenapa aku begitu suka mendiskreditkan kaum perempuan. Aku dianggap sebagai penjahat gender yang anti emansipasi.

Aku sendiri tak banyak menjawab. Aku menulis seperti itu sebagai bukti bahwa aku begitu memuliakan kaum itu. Karena aku sadar, aku tidak lahir dari pohon pisang, tapi dari rahim seorang perempuan juga.

Bukan aku tak suka perempuan banyak berkiprah di segala bidang. Yang penting ingat bahwa mencari nafkah buat perempuan adalah sunat, wajibnya mengurus rumah tangga. Sah-sah saja perempuan berkarir, asalkan anak tidak telantar.

Tidak ada kata melecehkan perempuan. Memiliki hak dan kewajiban melahirkan anak sebagai penerus generasi, itu adalah kemuliaan perempuan yang tiada duanya. Siapapun orangnya pasti pernah segenap hidupnya bergantung kepada seorang perempuan, minimal selama 9 bulan 10 hari.

Kesetaraan gender bukanlah alasan untuk menelantarkan anak. Asalkan bisa menyeimbangkan, akan teramat indah perjalanan hidup. Dimana laki-laki dan perempuan bisa saling bergantian posisi tanpa harus ada pihak yang merasa dikecilkan fungsinya.

Bila kehidupan dimisalkan sepak bola, harus ada yang menyerang dan ada yang bertahan. Bila semuanya ke garis depan, siapa yang jaga pertahanan di belakang. Apakah pemain belakang tidak sama pentingnya dengan penyerang?

Jangan cari masalah deh kalo memang bisa saling mengisi secara serasi. Toh pada kenyataannya banyak juga perempuan yang menyukai permainan belakang. Dan banyak laki-laki yang suka woman on top.

Halah...

Ilustrasi "Asa Dirinya"
Karya Budi Yonaf
I Report I Decide Art Exhibition
Tujuh Bintang Art Space


Read More

I report, I decide

Keputusan...
Sesuatu yang teramat mudah untuk diucapkan, walau seringkali sulit ketika harus dijalani.

Sebagai makhluk yang dibekali perasaan dan pikiran, seharusnya kita bisa membuat keduanya seimbang dalam mengambil keputusan. Tapi jaman telah berubah. Gelombang ketiganya Alfin Toeffler telah berlalu. Manusia telah meninggalkan "Mind" sebagai pijakan awal dan menjadikan "eMotion" sebagai dasar keputusan.

Dan ketika perasaan menguasai segalanya, kita jarang mau berpikir panjang sebelum melangkah. Asalkan "merasa" bisa, dengan mudah kita akan berucap "oke bos". Dan kita menjadi semakin jauh meninggalkan filsafat lama dimana kita seharusnya "biso rumongso" bukannya "rumongso biso"

Melaporkan...

Sesuatu yang seringkali sulit untuk diucapkan, dan lebih sulit ketika harus dijalani.

Ketika kita mengambil keputusan hanya berdasar perasaan, langkah-langkah selanjutnya cenderung subyektif dan mengandalkan insting belaka. Pertimbangan efektifitas dan efisiensi terabaikan. Kita pun akan begitu mudah melupakan apakah tindakan kita membuat orang lain kalang kabut atau tidak.

Walau perasaan seringkali sulit untuk dipikirkan, dan pikiran lebih mudah untuk dirasakan, keseimbangan tetaplah perlu. Karena hidup harus memiliki sentuhan rasa dalam setiap pemikiran.

Dari awal rasa dalam seni berpikir itu, kita akan bisa memutuskan dan melaporkan.
Silakan diapresiasi...

Terima kasih...

Ilustrasi "Viva Agrarian"
Karya Mulyadi

Pemeran Seni Visual
I Report I Decide
Tujuh Bintang Art Space

Read More

23 Maret 2009

Bijak Tapi Katrooo...

Setres juga kalo ada pameran di akhir bulan. Pusing mikir laporan bulanan, ini pameran ada dua event di tempat berbeda. Udah ribet, tenaga harus dibagi dua lagi.

Ndilalah, keingetan soal NPWP. SPT tuh paling lambat tanggal 31 Maret. Jadi tadi nyempat-nyempatin ke kantor pajak. Soalnya nyari info di websetnya pajak rada ngaco. Form 1770SS ada yang nyantumin penghasilan maksimal 30 juta ada yang 60 juta. yang dipake yang mana neh...?

Sampai kantor pajak, busyeeet... ngantrinya.
Kebiasaan jelek masyarakat kita sukanya ditumpuk menjelang deadline. Padahal KPP Jogja dah berbaik hati membuka 8 loket tambahan di tempat parkir. Tapi tetap saja nunggunya lama, walau masing-masing orang ga sampai 3 menit duduk di depan loket. Tapi gapapa lah. Boleh berbangga hati neh. bangsa kita ternyata banyak yang bijak dan taat pajak.

Setia menunggu giliran sambil bolak balik diganggu telepon tentang persiapan pameran, akhirnya bisa sampai ke depan loket juga.

Eh, sialan...
Malah ditolak oleh petugasnya.
Bukan karena berkasnya kurang.

"Mas, NPWPnya kan baru bikin januari 2009. Jadi baru mulai bayar tahun depan, mas..."

Hoalah...
Katroooo...

Read More

22 Maret 2009

Wanita Karir

Mengamati kehidupan pedagang buah di depan galeri. Sedikit banyak aku bisa menilai tulang punggung ekonomi keluarga ada di tangan sang istri. Sedangkan si suami hanya sekedar membantu membuka dasaran lalu diam menanti kerjaan serabutan yang bisa dia kerjakan dan sering nganggur daripada kerja. Tapi kulihat ada kedamaian di keluarga itu. Istri dan anak-anaknya tetap "basa" ketika bicara dengan si bapak penganggur itu.

Kasus yang sama ketika aku ngobrol dengan istri orang yang beberapa hari terakhir aku mintai bantuan untuk nyupir di galeri. Tak tampak adanya rasa penyesalan dengan suami yang tak tentu penghasilannya. Dia pun tak mengeluh harus ikut banting tulang menopang keuangan keluarga.

Semua itu membuatku ingat teman-teman sekantorku di Bandung dulu ketika aku masih gabung di BUMN Telekomunikasi. Bagaimana teman-teman perempuanku yang notabene gaji jauh di atas UMR tapi sering berceloteh tentang suami-suami mereka. Apalagi yang gaji suami berada di bawah mereka, umpatan pedas tak sulit untuk mereka keluarkan di depan banyak orang.

Mereka yang begitu bangga dengan titel wanita karir pun memiliki gaya hidup yang begitu indah. Berangkat pagi pulang malam, itupun masih menyempatkan diri ngumpul dengan alasan arisan atau sekedar melepas lelah di karaoke.

Kalo aku tanya, seolah mereka menganggap rumah tangga hanya sebuah formalitas untuk membuat anak dan setelah itu dibebankan kepada pembantu. Ketika suami istri mempunyai pola hidup yang sama, ritual dalam rumah tangga pun sepertinya sudah bukan kebutuhan lagi.

Kebutuhan biologis cukup diperoleh selepas makan siang entah dengan siapa. Memuakan sekali aku melihat tampang cengar-cengir mereka selepas istirahat siang. Apalagi bila mendapat pengalaman baru dan digunjingkan secara terbuka dengan sesama penganut sex after lunch di kantor.

Apa sih yang mereka cari sebenarnya..?
Benarkah kepuasan sesaat bisa mengalahkan kebahagiaan hakiki..?

Buatku...
penjual buah itulah wanita karir yang sesungguhnya. Tanpa keluh kesah keringatnya terperas untuk keluarga. Sedangkan teman-temanku dulu tak lebih dari sampah. Yang selalu mengeluh dan mendesah asalkan berkeringat.

Bagaimana nasib anak-anak manusia itu..?

Bangsat...

Ilustrasi :
Rejuvenate karya Wahyu Geiyonk


Read More

21 Maret 2009

Opera Turbo

Selama ini aku memiliki 3 macam sarana download. Untuk download yang supprot download manager aku gunakan DAP. Kalo yang ga support dan mengharuskan download secara reguler aku lebih suka pakai opera. Untuk film atau game yang ukuran gigabyte, aku gunakan bittorent.

Kemarin sore iseng-iseng ngecek ke websetnya opera, kali aja ada sesuatu yang baru. Eh, ga tau gimana malah nyelonong ke labs nya opera. Disitu ada rilis versi percobaan yang namanya opera turbo. Langsung aku download dan test, ternyata lumayan bagus tuh.

Pakai opera turbo aku jadi ingat opera mini yang lebih kenceng dan lebih irit penggunaan pulsa bila kita pakai browsing di hape.

Kalo menurut Robert Mateu disini, "Opera Turbo menggunakan sistem kompresi. Mungkin pengguna Opera Mini akan akrab dengan teknologi kompresi seperti yang digunakan pada browser untuk ponsel tersebut. Namun, teknologi yang digunakan dalam Opera Turbo berbeda. Opera Turbo menggunakan teknologi bernama 'Opera Web Optimization Proxy' yang berbeda dengan 'Opera Binary Markup Language' pada Opera Mini. Layout situs dan teks akan terlihat sama, namun resolusi gambar mungkin terlihat rendah akibat kompresi."

Dengan Opera Turbo, dapat mempercepat penjelajahan Internet dan mengurangi pemakaian bandwidth hingga 80%. Untuk mempercepat akses web, Opera Turbo tidak otomatis mengunduh konten plugin tertentu. Ajax dan Flash tetap didukung, namun konten plugin tertentu akan terbuka setelah kotak kosong yang tampil di-klik oleh pengguna.

Opera Turbo dapat bekerja pada berbagai koneksi namun perbedaan mencolok akan terlihat saat digunakan pada lingkungan dengan bandwidth rendah. Selain membantu mempercepat akses, Opera Turbo juga bisa menghemat biaya akses internet yang dihitung berdasarkan kilobyte.

Kalo mau mencoba, silakan download disini. Dan jangan lupa aktifkan Turbo dengan mengklik icon speedometer di sudut kiri bawah. Ketika terjadi akselerasi percapatan browsing, akan muncul nilai percepatannya disitu.

Trus yang lebih asyik lagi. Dengan Opera Turbo kalo kita download file torrent, kita tidak membutuhkan torrent client semacam bittorrent lagi. Tak coba download film, bisa lari sampai 50kbps +.

Perkenalan pertama begitu menggoda neh.
Selanjutnya...


Read More

Yang Penting Akuuuur...

Masih soal layat kemaren...

Walau kenal rada deket dengan almarhum, aku ga pernah tahu sampai ke detil keyakinan beliau. Pas takjiah itu aku ga heran dengan acara tahlil. Cuman begitu pidato pemberangkatan jenasah kok oleh romo dan nama almarhum pakai embel-embel Fransiscus, mulai deh muncul rasa bingung.

Nanya-nanya ke temen-temen, baru ketahuan kalo beliau seorang nasrani. Tapi Keluarga yang lain muslim. Aku jadi berpikir, kejadian di acara kematian semacam ini berawal dari ketidaktahuan masing-masing pihak atau karena sama-sama fanatik sehingga saling memaksakan.

Cuman aku melihat sisi positifnya dengan upacara kolaborasi ini. Minimal tampak kerukunan di antara dua keyakinan yang berbeda itu. Aku tidak akan melihat itu dari sisi fanatisme yang seringkali menjadi awal benturan yang tidak mutu.

Apa sih susahnya kalo memang bisa akur dan berduet seperti itu. Yang penting tidak saling memperngaruhi atau merubah keyakinan pribadi masing-masing. Keyakinan adalah hubungan manusia dengan Tuhannya. Sedangkan kerukunan adalah hubungan antar manusia. Tidak pada tempatnya kita menggunakan konstelasi vertikal sebagai pembenaran untuk menekan sesama manusia secara horisontal.

Semua agama mengajarkan kedamaian. Manusia-manusianya saja yang brengsek bersembunyi di belakang mitos pembelokan akidah untuk alasan perang suci. Perang salib yang katanya untuk membela agama nyatanya hanya menciptakan bibit-bibit freumason sumber kekerasan di masa kini. Jihad yang sebenarnya indah kini telah manjadi mitos untuk menebar kekerasan.

Salah siapa bila generasi sekarang menjadi semakin jauh dari agama. Karena di dalam agama yang ditemukan hanya embrio kekerasan dari para penganutnya. Sebagai penambah wawasan mungkin bisa dibuka tulisan lama berikut debat panjang di komen-komennya.

Aku bukan atheis
Aku bukan pembenci umat

Aku hanya tidak suka munafikun yang selalu menggunakan agama hanya untuk menutupi kebobrokan moralnya dan mengajarkan kepada anak-anak kita kekerasan di masa depan.


Read More

20 Maret 2009

Mulut Comberan

"Mulut comberan..!!!"

Itu yang sering muncul dari teman-teman gara-gara reaksi spontan yang tak pernah kenal basa-basi. Aku sendiri sering kali memikirkan kebiasaan jelek ngomong asal nyeplos. Tapi karena sudah mendarah daging, kesadaran itu seringkali datang terlambat.

Seperti siang tadi, SMS masuk ke hape, "Ko, Butet masuk RS Bethesda.."

Kontan keluar "Selebritis kok mencret.."

Hihihi...
Emangnya Butet Kartarajasa bukan manusia yak? Lebih kacaw lagi kemarin sore pas SMS kasih tahu Ritho meninggal, kok aku malah balesnya "Kendurennya kapan..?"

Entah dosa apa yang harus kutanggung dengan mulut error ini. Apa karena bawaan kultur Banyumasan yang blakasuta telanjur mendarah daging. Sehingga di Jokja yang penuh anggah ungguh sampai misuh pun pakai kromo inggil aku ga bisa ngeremnya..?

Apa tak lakban saja yak..?


Read More

Sarapan Buzz


Pusing ga sih.
Pagi-pagi lagi sibuk bagi tugas buat anak-anak, eh ada yang ngomel di YM.

Hari ini sampai besok memang super sibuk. Ngurus pameran di Taman Budaya, ngantar karya pameran lalu yang numpuk di gudang. Motret dan ambil karya pameran mendatang. Mana besok siang ada tamu dari Singapura dan sebelum sore dah harus meluncur ke Surabaya.

Seringkali aku dibikin pusing oleh temen-temen yang mau nanya sesuatu tapi kok maksa. Sebagai umat manusia, ya pasti aku jawab dengan senang hati temen bertambah. Kalo pas sibuk, setelah basa basi ya aku kasih tahu dan kapan-kapan obrolan dilanjut. Kalo lagi santai, sampai pagi pun ga masalah kok walau aku sebenarnya ga buka praktek konsultasi.

Lha ini kok malah ngomel-ngomel bilang sombong dll dll. Tak diemin malah ngebuzz terus terusan. Padahal aku paling sebel kalo ada yang ngebuzz.

Perasaan asalkan ada waktu aku selalu menyambut siapapun yang telah berkenan menyapa. Tamu harus aku layani sebaik mungkin. Tapi ya mohon pengertian saja kalo akupun punya kegiatan lain dan aku bukan pegawe Yahoo.

Sudah begitupun masih ada yang marah. Coba kalo seperti beberapa orang yang dengan bangga memajang YMnya di blog, yang menurutku dia sudah membuka diri untuk menerima siapa saja. Tapi disapa panjang lebar cuma jawab "ga juga..." Ditanya yang lain, "ga juga..."

Hehehe...
Aku ga pernah memaksa orang lain mau menjawab sapaanku kok. Walau kayaknya lebih enak kalo terus terang bilang lagi sibuk. Daripada cuma dijawab ya dan tidak saja.

Jangankan cuma di YM yang gratisan dan sering aku tinggal pergi. Yang susah payah nelpon dari negara tetangga saja kadang ga aku angkat. Karena aku punya komitmen untuk tidak mengurus HP kalo pas lagi nyupir atau lagi kerjaan numpuk. Paling kalo dah santai baru aku sms kalo emang nomornya aku kenal.

Memang ga semua sih. Ada satu pengecualian buat temen dari negara kompeni. Yang memang kalo nyuruh aku nelpon tuh karena memang dia mau ngomel-ngomel. Biar sampai 2 jam nelpon isinya ya cuman berantem mulu. Ini harap dimaklumi. Bawaan bayi mungkin...

Maafkan aku teman...
Kalo YMku jarang banget aktif.
Dan kalo aktif telat jawabnya
Atau malah ga terjawab
SMS aja yak...

Read More

19 Maret 2009

Kampung Djokja

Layat Ritho, juragan wedang Malioboro. Nongkrong bareng pasukan Shaggy Dog, jadi ingat lagu lama mereka, "Di Sayidan"

Lagu itu tak sekalipun menyisakan kenangan lama Kampung Sayidan sebagai kawasan lawasan. Malah bercerita tentang kumpulan anak muda yang mengakrabi botol minuman. Aku tak mengerti apakah kelompok Band itu tidak tahu bahwa Sayidan dulunya pemukiman orang Arab dengan segala kehidupannya. Atau mungkin karena sekarang tidak ada lagi orang Arab atau bangunan khas Arab sehingga anak-anak muda begitu mudah melupakan.

Padahal sebagai kota wisata, seharusnya kesan lawasan dan jejak sejarah sebaiknya dimunculkan kembali. Apalagi bila ingat sebagian nama daerah di Jokja berasal dari sejarah profesi warganya dulu.

Kampung pajeksan memang dulunya kompleks perumahan jaksa. Dagen (tukang mebel), Jlagran (tukang batu), Gowongan (tukang bangunan), Gerjen (tukang jahit) atau Kauman (tempat santri).

Ada yang namanya berasal dari nama pasukan kerajaan, seperti Wirobrajan (Prajurit Wirobrojo), Patangpuluhan (Prajurit Patangpuluhan) atau Prawirotaman (Prajurit Wirotomo).

Ada juga yang berasal dari nama pangeran seperti Kampung Ngabean (Pangeran Ngabehi), Pugeran (Pangeran Puger) atau Notoyudan (Pangeran Notoyudo).

Tapi jangan tanya dengan daerah Kenthungan. Aku tidak tahu apakah daerah itu memang tempat "kenthu". Dan jangan tanya juga kenapa di Pasar Kembang kok tidak ada yang jualan bunga.

Read More

18 Maret 2009

Aku Hanya Pencari Nafkah

"Enak banget kamu di Jokja..."

Itu komentar yang paling menyebalkan yang sering aku terima dari teman-teman kantor Jakarta. Mungkin dalam anggapan mereka aku disini menjadi raja kecil yang bisa berbuat semaunya jauh dari pengawasan pimpinan. Sisi lain susahnya bekerja seorang diri seolah tak pernah terpikirkan oleh mereka.

Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, begitu juga mereka. Aku berangkat kerja, mereka pun sama. Jika aku masuk kantor dan mengatur karyawanku dan mereka sibuk mengutak-atik photoshop, apakah konsep tentang bekerja itu jadi berbeda?

AKu rasa tidak. Kecuali aku menganggap bahwa pekerjaan pokokku adalah dan ngeblog, masuk kantor hanyalah selingan dari kelelahanku karena kebanyakan tidur. Aku kira konsepnya tetap sama. Kecuali mereka menganggap bermain photoshop hanyalah hobi ditengah kejenuhan mendownload film bokep. Tapi nyatanya profesiku memang menuntutku mengatur karyawan dan keuangan dan kerjaan mereka adalah mendesain.

Walau dari situ lahir debat kusir soal banyak hal, aku pernah bertanya dan merekapun sama bingungnya. AKu menganggap hidup ini bagaikan wayang di tangan dalang. Aturan kehidupan menggariskan kita agar sekolah, sampai menghabiskan sepertiga hidup di bangku sekolah "include" mbolos, pacaran dll dll. Hanya karena bila tidak sekolah kita akan dianggap sampah.

Tata tertib hidup menyuruh kita bekerja maka kita pun bekerja. Karena katanya kalo tidak bekerja kita tak bisa mencari nafkah. Semua tertera dengan ritme dan pola yang sangat jelas, linear dan tanpa ampun. Kompensasi dan konsekuensi berbaris di hadapan kita. Pilihannya hanya ya dan tidak.

Dan aku hanyalah pencari nafkah semata...


Read More

Jalanan Makin Penuh Anak-Anak

Mengantar si bos ke bandara, aku lihat semakin banyak anak kecil di jalanan Jokja. Panas matahari di perempatan penuh lalu lalang kendaraan bukan tempat mereka. Tapi kenapa mereka lari ke jalan..?

Desakan ekonomi dan kemiskinan lik...

Itu bukan alasan. Otak anak-anak belum saatnya memikirkan itu. Seberat apapun beban ekonomi, tidak pada tempatnya orang tua memaksa anak berada disana. Dunia anak adalah dunia bermain dan belajar. Bermain di sela-sela lalu lintas padat kira-kira apa yang akan mereka peroleh..?

Waktu kecil kamu juga tukang repek, lik...

Walau bisa dikatakan ada motif ekonomi, tapi duniaku masa lalu berbeda dengan sekarang. Dulu anak 10 tahun sudah ke hutan cari kayu bakar, angon kambing atau cari belut di sawah. Itu karena dunia bermain mereka ada disana. Banyak pembelajaran tentang kehidupan yang diperoleh dari alam bebas. Andai saja dulu sudah ada timezone atau playground, mungkin jempol kakiku tak akan kenal yang namanya ular kadut.

Kalo peduli jangan pelit dunk, lik...

Ini bukan masalah pelit atau tidak. AKu memang tak pernah mau memberikan sekedar uang logam kepada mereka. Buatku itu tak mendidik. Koin yang nilainya tak seberapa akan sangat merusak pola pikir mereka. Kalo mereka sudah merasa enaknya dapat uang dijalanan hanya dengan modal belas kasihan, apa mereka akan menjadi manusia yang ulet mengusahakan taraf hidup suatu saat nanti. Nilai nominalnya tidak sebanding dengan akibat akan semakin banyaknya orang tua yang memaksa anak bahkan bayi ikut ke jalan untuk menjual iba. Aku kasihan dengan mereka yang tak punya. Tapi aku lebih suka memberi kepada orang miskin yang tidak suka minta-minta.

Yang tidak minta berarti mereka merasa cukup, lik...

Orang miskin yang merasa cukup, akan lebih mampu menghargai bantuan orang lain. Orang yang lebih suka meminta daripada berusaha di jalan normal hanya akan menilai bantuan orang lain tak lebih dari sekedar angka yang tertera di atas recehan. Tak akan lebih. Bahkan mereka suka melemparkan pemberian kita di depan mata kita bila dianggap terlalu sedikit. Pelecehan, katanya...

Trus, lik...

Brengsek memang orang tua sekarang...
Bikinnya mau ngasih makan malas...


Read More

17 Maret 2009

Klenger Neh..

Rada klenger hari ini...

Beberapa hari kurang tidur mempersiapkan event pameran yang akan dibuka nanti malam dan pameran yang tanggal 27 Maret besok. Hari ini harus berpanas ria di halaman galeri. Kepala kok rada yeng-yengan neh...

Pagi-pagi baru ingat ada schedule pemotretan untuk pameran mendatang dengan tema manusia dan bayangan. Jadilah pemotretan dilakukan di halaman galeri di siang bolong. Kasian si Vivie sampai kering dijemur. Tinggal kasih garam jadi ikan asin kali yak...

Ok deh...
Hanya itu sekilas info hari ini.
Setelah ini mungkin libur onlen beberapa hari.
Semoga event sukses dan ga pake acara klenger.

Read More

14 Maret 2009

Aku Penghujat

Sebuah email masuk sejam lalu. Isinya menanyakan kenapa sih kalo aku ngeblog, kok lebih banyak menghujat daripada memuji. Bukannya menganjurkan menjadi warganegara yang baik, malah negara dicaci maki. Bukannya mendakwahkan ketakwaan, malah Tuhan pun dicela.

Hihihi...
Bingung juga mau jawabnya. Tapi yang jelas walau tidak baik hati dan tidak sombong, aku memang ga pernah merasa diriku mampu untuk berbuat sebesar itu. Jangankan membantu negara untuk menjadi lebih baik. Merubah diri sendiri pun aku masih kesulitan. Bagaimana mungkin aku bisa memperbaiki akhlak masyarakat, kalo ibadahku saja masih senen kemis jemuah kliwon. Aku perbaiki diri saja dulu deh. Kalo sukses dan bisa menular kan pasti lebih baik.

Bukan aku tidak bisa memuji, tapi memang beginilah aku adanya. Aku terlalu sulit untuk berbasa basi dan cenderung blakasuta. Mungkin satu kesalahanku menganggap semua orang seperti diriku yang lebih suka dianggap sampah agar aku terpacu untuk memperbaiki diri, daripada aku diangkat tinggi-tinggi hingga terbuai dan tak ingat lagi tempat berpijak.

Buatku caci maki itu lebih tulus daripada pujian. Ketika aku memuji lalu aku banyak teman, aku akan lebih sulit menilai apakah dia teman sejati atau bukan. Tapi ketika aku menghujat dan dia malah menjadi dekat, aku bisa menganggap bahwa dia bisa menilai sesuatu bukan dari permukaannya saja.

"Kenapa Tuhan dihujat juga..???"

Hehehe...
Kalo mau bikin ulah kenapa tanggung-tanggung sih..?
Emangnya disuruh menghujat siapa..? Caleg, DPR, SBY, Megawati..? Ga perlu dihujat semua orang sudah tahu kalo Megawati memang payah. Caleg juga otaknya kebanyakan ngeres. Sama saja "nguyaih segara" kalo begitu.

Buatku...
Kalo kita memuji kok kita dikasih rejeki, itu biasa.
Kalo kita memaki lalu dibenci, itu juga sudah biasa.
Kalo kita memuji trus dibenci, namanya apes.
Kalo memaki kok dikasih rejeki itu untung dua kali.

Misuh entuk duit....
Luarbiasa bosss....


Read More

Malu, Kemaluan dan Tabu

Pameran kali ini memang lain dari yang lain. Komentar dari banyak orang ketika undangan diterima sangat beragam. Masukan dan pertanyaan melalui telepon, sms atau email begitu banyak. Dan semuanya tentang pameran Flea Market yang mungkin tidak punya malu atau malah terlalu besar kemaluan.

Sebenarnya ada apa dengan kemaluan?
Dan kenapa malu?

Bukankah kemaluan sudah ada jauh sebelum cinta ada?
Bahkan kita juga ada karena kemaluan?
Tetapi kenapa obyek itu selalu dianggap tabu?
Mengapa itu harus ditutupi?
Bukankah apabila dari awal tak ditutupi, akankah disebut tabu?

Banyak sekali pertanyaan tentang itu. Menarik sekali membahas malu dan kemaluan. Padahal selama ini saya tidak menemukan apa-apa dengan kemaluan, walau saya juga punya kemaluan. Untuk malu punya kemaluan saya rasa tidak harus, karena semua orang juga punya.

Saya menemukan kamus karangan ahli kemaluan dari India, “Sankhem Viswaraj” yang dalam definisinya ternyata erotic merupakan akronim yang dahsyat. Erotic adalah jelek, jorok, tapi asyik.

Saya pikir ini betul dan sangat tepat. Disitu dikatakan kemaluan yang tergesek akan menjadi sensasi dan sumber inspirasi, bahkan embrio dari arogansi kekuasaan. Hal wajar apabila seorang perupa mengambil objek-objek kemaluan sebagai sumber inspirasi karyanya. Karena perupa itu adalah Widodo yang suka mengumbar kemaluan dengan cara-cara tersendiri.

Sebagian dari 90 karya yang terpajang di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta dari tanggal 17 - 26 Maret 2009 terbuka untuk umum mulai pukul 10:00 - 20:00 WIB dapat dilihat disini.

Official Website Tujuh Bintang Art Space


Read More

IPhone 3G Telkomsel Menyebalkan...

Beberapa kali dapat email dan sms dari Telkomsel yang nawarin iphone 3G, aku tuh sempat rada minat juga. Soalnya sempat cari-cari tahu di google katanya kisaran harganya cuman 199USD. Masih terjangkau lah, walau harus ngebon kantor sepuluh kali bayar.

Tadi pagi datang lagi sms dan email pemberitahuan bahwa iphone 3G sudah bisa diambil di grapari terdekat setelah tanggal 23 Maret 2009. Tapi begitu lihat harganya antara 2 jutaan sampai 9 jutaan.

Kutipannya sebagai berikut :

iPhone 3G ditawarkan mulai dari harga Rp2.622.000,-*, jika Anda memilih salah satu dari beberapa paket harga khusus iPhone 3G yang dinamakan “Turbo”. Paket “Turbo” ini dirancang untuk mengoptimalkan pengalaman dalam menggunakan iPhone.

Bingung dan penasaran, trus nelpon ke customer service dengan perjuangan panjang. Dan ternyata, harga aslinya Rp 9.605.000,- Sedangkan harga yang 2, 3, 4 jutaan tuh cuman uang muka dan dicicil selama setahun.

Hmmm...
Parah neh Telkomsel.
Beli HP kok sembilan juta
Mendingan beli istri lah...


Read More

Nongkrong Bareng Anak Punk


Malam baru aja melewati puncaknya ketika perut berontak minta isi. Nyari temen kencan ga ada yang mau diajak keluar. Akhirnya jalan sendiri ke gudeg permata trus nongkrong di ujung malioboro depan kantor pos.

Lagi asyik bengong lihat bulan purnama, segerombol anak punk nimbrung duduk disitu. Awalnya ngeri juga, tapi setelah mencoba sok akrab mereka asyik juga buat temen ngobrol. Walau sebungkus rokok bekal bengong ludes setelapan.

Aku mencoba bertanya-tanya tentang gaya hidup mereka dan dapat jawaban yang klise. "Kita cuma orang terbuang kok, mas. Jadinya ya cuman ngumpul begini kerjaan kita."

Pura-pura menyelami kehidupan mereka, aku kasih komentar. "Jangan pesimis gitu dong. Dengan cara tampil eksentrik semacam ini, setidaknya sudah punya keberanian untuk menunjukkan diri."

"Ya iyaaa dong, mas." jawab yang lain. "Ga semua orang berani seperti kita."

Setelah itu mereka bersahut-sahutan menonjolkan kebanggaan diri sebagai insan punk. Aku pun terus menyelami obrolan mereka sampai aku tanya tentang aksesoris yang dikenakan oleh salah seorang dari mereka.

"Kenapa pakai kaos bergambar swastika, mas..?" tanyaku

"Lho ini kan simbol nazi, mas. Ini melambangkan perlawanan kita kepada kapitalisme barat. Jangan lihat nazi nya mas. Tapi rasa nasionalismenya.."

Aku tersenyum dan berkata, "Mas. Fasisme, sosialisme, nasionalisme, itu kan simbol pemaksaan negara kepada rakyat, sebagai pembenaran agar rakyat tunduk kepada penguasa. Kayaknya isme punk itu muncul di Inggris tahun 70an sebagai perlawanan atas semua itu. Memberontak karena masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi."

Kali ini mereka malah diam.

"Kayaknya Punk itu bukan sekedar potongan rambut mohawk atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh. Tapi merupakan sebuah gerakan perlawanan yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama."

Eh, masih diam juga...

"Jadi, mas. Kalo situ merasa punker, idealismenya yang diikutin dulu dong. Bukan cuma asal pakai simbol yang terkesan sangar tapi bertentangan dengan fahamnya. Kalo pakai simbol palu arit kayaknya malah lebih pas, mas.."

Hihihi...
Dah ah. Malah aku yang ceramah akhirnya. Biar ga berlarut-larut aku pamitan pulang. Baru beranjak udah ditanya lagi, "Mas ini punker juga ya. Besok malam gabung lagi ya. Tapi pakai aksesories kayak kita juga dong..."

Halah...
Wegaaaaah...

Read More

Menjelang Kesepian Lagi

Pagi-pagi, baru mau ngomel ke si Vivie yang kemaren ngabur. Eh, tuh anak dah cengar-cengir sambil bawa dua pan pizza. Mau ga mau, aku tahan nafas dalam-dalam neh. Bukannya menahan mangkel karena dibawain oleh-oleh. Tapi pasti harus siap-siap dikerjain ama tuh anak. Udah tau perut kampung yang biasa diisi singkong bakar. Dikasih yang begituan biasanya langsung mules...

Udah gitu tuh anak kasih kejutan lagi.
Dulu kirain cuman iseng suka nanya-nanya tentang Jakarta dan sekitarnya. Katanya mau hijrah ke ibukota buat nerusin sekolah. Eh, ternyata hari ini dia pamitan cuma bisa nemenin sampai akhir bulan ini saja di galeri.

Memang tuh anak kerjanya sih belom bener-bener amat. Tapi dengan status fresh graduate, dia cukup rajin. Jam kerja jarang banget molor dan ga jarang ngomel. Kadang nyebelin tapi suka ngangenin. Anaknya polos tapi lucu walau aslinya serius. Cerdas, tapi kalo disuruh ngitung angka-angka pasti semua orang ditereakin.

Yaaaah...
Bakal kesepian lagi neh bulan depan. Ga ada yang ribut tiap pagi kalo lihat isi kulkas di kantor ludes diembat pelukis yang lembur malamnya. Ga ada lagi yang mewek-mewek kalo ada seniman yang ngajakin kawin.

Payah neh...
Harus cepetan nyari ganti.
Harus ngajarin karyawan baru lagi dari nol.
Dll dll...

Selamat jalan aja deh, Vie
Semoga kamu sukses di Jakarta

Read More

12 Maret 2009

Enaknya Jadi Dokter

Hari ini check up lagi buat periksa kolesterol. Hasilnya sudah bagus, tapi kok kaki masih saja sering kesemutan. Katanya kalo kolesterolnya sudah turun, keluhan bakal lenyap. Ini hasil labnya yang ngaco atau dokternya yang ngawur. Dikomplen kok malah ganti acara. "Coba kalo pagi olah raga, mas.."

Hayah...
Di masa krisis begini, kerjaan menuntutku untuk menjadi bangsawan alias bangsa sing tangi awan. Kapan olah raganya..? Kesiangan keburu rame jalanan. Kecuali mau angkat junjung di Pasar Beringharjo kali ga dosa berangkat rada siangan.

Kalo dipikir jadi dokter memang enak banget. Modal ngomong kasih obat, ga ada yang nawar berapapun tarifnya. Udah tau ke dokter mau periksa sakit apa, datang-datang malah ditanya, "Sakit apa, mas..?"

"Pantat gatel, dok"
"Abis makan apa..?"
"Ampas kelapa kale.."
"Besok jangan makan ampas lagi yaa..."

Seminggu masih gatel, ke dokter lagi.
"Udah ga ngemil ampas kok masih gatel dok..?"
"Emang tadi makan apa..?"
"Cacing kremi..."
"Besok jangan makan cacing kremi lagi ya..."

Hoalah...
Kalo gitu aku juga bisa...

Read More

Vivie Sialaaaan...

[Mas Eko, palaku pucing, tnggorokan panas, idung mampet, istirahat sehari yaak. Bilangin pak Sapto. Nuwuun..]

Begitu sms yang aku terima pagi tadi. Sialan juga si Vivie, lagi banyak banget kerjaan kok malah sakit.

Bener juga. Belom sempat mandi telpon dan email dah datang beruntun. Untung tukang buah depan galeri datang dari pagi, jadi bisa digaet jadi volunteer untuk antar barang dalam kota.

Lagi bersolo karir dengan serbuan kerjaan, eh kok ada yang kirim bunga segala macam. Ga cuma satu lagi. Tambah bengong liat pesan tertulis disitu. "happy birthday..."

Sapa yang ulang tahun..?

Halah...
Si Vivie sialaaaaan....
Aku buka arsip lamaran kerja dia dulu. Eh, Beneran...

Langsung aku bales smsnya
[Selamat makan-makan. Semoga sakit beneran deh...]
Read More

11 Maret 2009

Setia Pada Tempat Pipis Yang Sama

Bukannya iseng atau memang hobi ngintip. Toilet buat pipis cowok di galeri kebetulan pakai pintu koboy yang setengah terbuka. Jadi kalo pas lewat bisa liat siapa yang lagi asik disitu.

Ada empat tempat pipis terpasang disitu. Awalnya aku ga begitu memperhatikan. Cuma setelah keseringan lihat orang yang sering datang dan pipis, kok mereka cenderung menggunakan tempat pipis yang sama.

Sama saja dengan tamu-tamu yang sering nginep di mess galeri. Ada 8 tempat tidur disitu. Mereka juga cenderung memilih tempat tidur yang sama walau sudah berselang waktu lama.

Aku sendiri pun ternyata seperti itu. Ga cuma soal bobo atau pipis. Setiap kali mencari sesuatu, aku lebih suka ke toko yang sama walaupun produk yang dicari ada di toko sebelahnya. Kalo barang kosong, baru ngungsi ke tempat lain. Ada juga sebagian orang yang pindah hanya karena tergiur harga miring.

Fenomena apa sebenarnya ini..?
Apakah ini bisa dijadikan pembuktian bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang setia dan tak mudah pindah ke lain hati. Kalaupun terjadi perselingkuhan, mungkin karena memang barangnya ga ada atau ada tapi ga berfungsi dengan baik dan benar.

Jadi kalo tempat bobo dan pipisnya ada dan berfungsi tapi kok selingkuh..?
Apakah ini membuktikan bahwa makhluk itu sudah bukan manusia sebenarnya..?
Atau cuma ingin mencari barang murahan..?
Atau dia sendiri yang memang murahan..?

Tau ah...
Jadi pengen bobo ama pipis neh...

Read More

10 Maret 2009

Email Bokep

Ketika memutuskan untuk menyatukan segala urusan ke satu alamat email maseko@rawins.com, otomatis email di yahoo dan gmail tidak pernah digunakan. Kadang-kadang aja aku ngecek kali aja ada surat nyasar ke email lama.

Untuk yang digmail, kondisinya aman-aman saja dan ga ada yang kesasar. Tapi yang di yahoo, kenapa dua bulan ini jadi penuh sampah. Yang lebih payah, sampah yang masuk kebanyakan soal esek-esek semua.

Jangankan dipakai registrasi ke webset esek-esek, dipakai pun ga pernah. Ada orang lain yang pakai kayaknya ga mungkin juga. Atau yahoo kegatelan emailnya ga pernah dipakai, jadi dikira tempat sampah. Masukin aja semua kesitu deh...

Monggo...


Read More

Bahasa Jawa Mendekati Kepunahan

Ada pengunjung galeri yang begitu halus tutur bahasa Jawanya membawa seorang anak kecil yang manis dan lucu. Aku ambil coklat di kulkas, "ngersake coklat mboten mba?"

"Terima kasih, om. Nanti giginya bolong"

Hihihi...
Aku malah jadi ingat jagoan. Sejak kecil memang dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan hidup di daerah Sunda di Jawa Barat sedangkan mbah-mbahnya di Jawa Tengah. Maksudnya sih agar tidak kacau komunikasi. Tapi ketika masuk SD mulailah timbul masalah. Pulang sekolah sering cemberut karena nilainya ga pernah lebih dari 5 untuk pelajaran Bahasa Jawa.

Gejala anak-anak sekarang yang tidak memahami bahasa ibu sepertinya sudah bukan fenomena lagi. Dan bila itu karena "salah asuhan", kenapa untuk pelajaran bahasa Inggris dan Arab yang notabene tidak dipergunakan sehari-hari nilainya tetap diatas delapan?

Seperti jagoan yang karena pengaruh lingkungan, akhirnya masuk juga kosa kata bahasa Jawa walaupun cuma Jawa Ngoko yang berantakan. Dan ini membuat penggunaan bahasa Jawa halus seolah sesuatu yang aneh. Seperti aku dan keluarga besarku yang biasa bicara bahasa halus. Ketika orang mendengar aku bicara dengan adikku, ga jarang temen kasih komentar, "Karo adine koh basa...?"

Kalo dikatakan "Bahasa Menunjukan Bangsa" apakah gejala ini menggambarkan bahwa Bangsa Jawa sudah mulai punah di mulut generasi sekarang?

Salah siapa..???

Ilustrasi Salon Plus Karya Widodo
Widodo's Flea Market
Tujuh Bintang Art Space


Read More

09 Maret 2009

Dunia Ketakutan


Hari ini ada 2 forwarded email :
"Hati-hati, kandungan bakteri es batu di restoran fastfood lebih tinggi daripada air toilet umum."
"Siapa bilang keyboard anda lebih aman dibanding air toilet..?"

Weeeeh...
Teknologi katanya memudahkan kehidupan kita, tapi bila melihat kenyataannya malah menebar ketakutan. Mau ini itu kok jadi seperti dibatasi. Kalopun memberikan solusi, seringkali harus ditebus dengan tarif melangit.

Penyakit makin aneh-aneh. Sering makan pecel lele dengan alasan murah meriah di tegur dokter, "jangan makan lele terus, mas. Kolesterolnya sudah terlalu tinggi neh.."

Sudah pisah ranjang dengan tukang lele, masih diuber juga. "Cuci tangannya pakai sabun antiseptik, mas. Air biasa ga bisa mampu membunuh bakteri penyakit."

Laaaah...
Dokternya kurang kerjaan kali. Padahal jaman kecil dulu kalo pas cari kayu bakar di perkebunan karet sambil "angon" kambing, ketika kambingnya minum di mata air, aku juga ikutan "nyruput". Tapi ga pernah ada keluhan sakit perut. Kehujanan sepanjang hari juga ga pernah mengeluh pilek.

Kalopun demam, cukup "dipopok" parutan bawang merah. sembuh. Sakit agak parah cukup datang ke pak kyai, dikasih air putih, sembuh juga. Yang udah parah banget, cukup dibacain yassin, mati. Damai banget tanpa ketakutan berlebihan.

Penyakitnya punya teknologi mencanggihkan diri atau manusianya semakin "ringkih". Atau karena manusia semakin mudah untuk membuat dosa, sehingga Tuhan harus semakin otoriter dalam membuat adzab untuk mencegah kudeta.

Tau ah...
Mari kita menuju dunia penuh ketakutan
Satu lagi berangkat, ayo....

Ilustrasi "Two Side" karya Widodo
Widodo's Flea Market
Taman Budaya Yogyakarta

Read More

08 Maret 2009

Kontak Jodoh



Gadis, 39, 150/48, Jawa, Islam,
hitam manis
lembut, keibuan,
penyayang, sederhana, setia,
D3,
hobi travelling, menerima apa adanya


Mendambakan Jejaka, umur 40-45,
min 170/seimbang,
atletis, S1,
PNS/dokter/kary BUMN, mapan,

tdk minum/merokok, setia,
menerima apa adanya



Baca kolom kontak jodoh di koran hari ini, aku malah jadi tersenyum sendiri. Bukannya aku juga merasa perlu ikutan rubrik jombloers itu. Tapi melihat sekilas biodata yang dicantumkan kok kesannya ideal semua. Dari sekian banyak yang tercantum ga satupun yang mengatakan dirinya jelek, pengangguran, tukang mabuk, hobi dugem, dll dll

Mengesampingkan soal menggantungkan cita-cita setinggi langit. Aku melihat sedikit ketimpangan antara kondisi yang ada dan keinginannya. Sudah jelas-jelas menyatakan menerima apa adanya, tapi tuntutannya kok tinggi banget.

Tinggi berat maunya yang seimbang padahal dia sendiri engga. Ga jelas profesinya apa, pengen yang S1 dan PNS. Sah-sah aja sih berharap yang bagus-bagus, tapi kita kan perlu instropeksi diri. Jangan sampai ada ucapan "enak di elo ga enak di gua dunk..."

Penerapan prinsip marketing ga bisa disalahkan. Tapi apakah yang namanya jodoh itu sekedar masalah jual beli..? Kalo belum apa-apa tuntutannya sudah demikian hebat, bagaimana kalo sudah jadian. Apa ada jaminan karakter seperti yang diharapkan itu membuat sebuah rumah tangga menjadi langgeng.

Kadang kita harus mau membuka mata melihat kenyataan di sekeliling kita. Pasangan yang jauh dari kata ideal menurut pandangan umum dan hanya memiliki satu kata "komitmen", nyatanya bisa berjalan damai, aman dan nyaman. Benturan yang terjadi bisa cepat diredam, malah seolah menjadi bumbu biar masakannya tambah romantis.

Benar atau tidak, kita tak pernah bisa tahu. Cuma kalo melihat secara logika, masa sih karakter seindah itu ga bisa laku di pasaran sampai harus masuk forum obralan. Bagaimana dengan profilku yang ancur-ancuran dan ga terpenuhi unsur bibit, bebet dan bobotnya..?

Kapan kawin...?
Pikirin amaaaat...


Read More

Toilet Perubahan

Perjalanan menyusuri jalan besi ke Jakarta ditemani messenger di ponsel, membuka kenangan setahun lalu. Ketika awal pelarianku ke ibu kota tanpa arah tujuan, tanpa navigator apalagi GPS. Pulsa minim tak memungkinkan untuk selalu bertelepon ria ketika tersesat. Bahkan ketika memulai lembaran baru bersama anak-anak jalanan di kolong jalan layang Pasar Senen, chat di HP menjadi hiburan satu-satunya.

Walau sama-sama chatting didepan toilet kereta, ada beberapa perbedaan yang sudah seharusnya aku syukuri. Bila dulu aku duduk disitu karena kepanasan berdesakan dengan penumpang yang berjejal di sela celoteh pengamen dan pedagang asongan.

Kini aku ngungsi justru karena kedinginan oleh AC yang overdosis dan rasa sepi tanpa ada interaksi dengan penumpang yang lain. Semua sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Ngobrol cuma bisa sekilas-sekilas dan kembali sibuk dengan letop atau ponselnya.

BB yang ada di genggaman tangan sepertinya lebih mengasyikan buat mereka, daripada saling bicara dengan tetangga sebelah. Sangat berbeda dengan dulu, dimana mereka sangat sumeh dan bisa lepas tertawa bercampur misuh. Padahal dulu penumpang pun sangat akrab dengan BB, karena memang tidak pakai deodorant kali.

Jaman berubah...
Roda berputar...
Tapi Jakarta masih saja tetap panas

Sampai kapan aku mampu untuk terus mensyukuri perbedaan ini..?

Read More

07 Maret 2009

Nongkrongin Toilet, 250ribu

Sepanjang siang sampai sore, berburu seniman untuk pameran mendatang.Jam sembilan malam baru nyampe galeri dan persiapan makan siang yang tertunda.

Eeeh...
Jam 22:00 si bos nelpon. "Ko, ke Jakarta sekarang yaaa..."

Rada pecicilan juga cari jadwal perjalanan. Pesawat ga ada, naik bus malas, naik becak apalagi. Nelpon ke reservasi tiket kereta katanya sudah habis juga. Nekat meluncur ke stasiun Tugu, ternyata masih ada 4 kursi kosong. Beli tiket trus ngebut ke galeri ambil perabotan yang harus dibawa.

Nyampe stasiun, Argo Dwipangga baru saja berangkat. Yaaaah... akhirnya dengan seijin PPKA boleh nebeng Kereta Bima tapi di depan toilet. "250ewu kok nongkrongin wc...?"

Bete gada temen, trus instal beragam mobile messenger. Dasar lagi apes, semuanya susah dan downloadnya terputus-putus. Sampai akhirnya bisa dapet ebuddy dan bisa login ke YM. Baru aja dapat temen ngobrol, HP dah teriak "Battery low...!!!!"

Hualah....
Tapi gapapa lah. Biar telat asal terlambat sampai ke Jakarta dan bisa ketemu Lik Ihin untuk numpang makan dan BAB.

Thks Lik...

Read More

06 Maret 2009

Belenggu Masa Lalu

Seorang teman lama curhat di telepon semalem. Dia cerita dapat kenalan serius dan mulai merancang masa depan. Tapi dia ketakutan akan masa lalunya yang kelam karena calonnya itu ternyata seorang yang agamis dan perfeksionis.

Kalo sekedar mengungkapkan unek-unek, bagiku ga masalah. Tapi ketika ditodong tentang "jalan keluar" terus terang aku suka bingung. Bagaimanapun pemikiran manusia berbeda-beda. Mengukur baju orang di badan sendiri mungkin bisa pas, tapi besar juga kemungkinan meleset.

Akhirnya aku cuma bilang sebaiknya berterus terang saja sebelum segelanya berjalan terlalu jauh. Ga perlu ada ketakutan akan kehilangan seseorang. Kalo memang punya niatnya benar-benar, seharusnya bisa menerima semua kenyataan. Kalopun ga bisa menerima, itu akan lebih baik daripada harus bubaran setelah menikah.

Seringkali kita terbelenggu oleh masa lalu dan menjadikannya sebagai beban. Buatku masa lalu adalah teman dan catatan sejarah. Aku tak pernah berusaha menghapus masa lalu. Karena dari situ kita bisa instropeksi untuk menentukan arah ke depan.

Memang masa lalu seringkali berpengaruh ke masa depan. Misalnya seorang bekas pecandu narkoba akan lebih mudah untuk kembali ke terjerumus ketika menemukan beban berat. Tapi kalo memang kita berkomitmen tentang masa depan, kita akan bisa mengatakan pengalaman adalah guru terbaik.

Buatku orang baik itu bukan orang yang ga pernah salah. Tapi orang yang bisa belajar dari kesalahan masa lalu. Lagipula manusia sangat gampang berubah. Siapa sih yang menjamin masa lalu yang agamis akan membentuk masa depan yang jauh dari kebobrokan?

Terbukalah, teman...
Kalo memang dia bisa menerima komitmen masa depan kamu dan segala merahnya jejak sejarah, itu akan sangat baik untuk membangkitkan semangat kamu untuk berubah lebih baik dan tidak lagi terjerumus.

Selamat berjuang
Semoga sukses mencari kehidupan baru
Kalo pun dia ga bisa menerima
Aku pun kayaknya ga nolak...
Hehehe...

Ilustrasi karya Wahyu Geiyonk
Tujuh Bintang Art Space


Read More

04 Maret 2009

Kekasih Yang Tak Dianggap

fitrayanti (03/03/2009 19:30:33): ehm
mau nanya.... bicara soal pasangan.....
kamu pilih mana dicintai atau mencintai

rawins (03/03/2009 19:34:03):
relatif ya
kita pengen mencintai
tapi juga pengen dicintai
fitrayanti (03/03/2009 19:36:06):
yap
klo harus pilih salah satunya

NB: nggak boleh bilang klo ngak milih itu juga sebuah pilihan......


Lama libur menjadi konsultan dan mengistirahatkan YM, kemarin sore iseng pengen buka dan langsung panen offline messages banyak banget. Belum sempat lihat siapa aja yang onlen, sudah datang PM dari seseorang yang belum aku kenal. Cuma basa basi bentar trus muncul pertanyaan seperti dikutip di atas.

Pertanyaan itu ditimpal sendiri dengan argumentasi seperti ini :
fitrayanti (03/03/2009 19:39:04): oh....
katanya lebih baik mencintai
klo yang kita cintai nggak ngebalas, kita bisa berhenti kapanpun kita mau....

nah klo kita yang dicintai, nggak mungkin tu ada finis klo orangnya nggak mau berhenti...


Kalo buat aku pribadi sih, apa harmonisnya berjalan sebelah. Tapi kalo ditambah ancaman harus milih salah satu, aku milih dicintai aja deh. Mungkin ga enak harus menipu diri. Tapi aku punya kesempatan untuk belajar untuk mencintai seriring waktu berjalan. Apalagi kalo kita sudah bisa melihat lebih banyak ketulusan dari orang yang mencintai itu.

Sekuat tenaga memaksakan diri kepada orang yang tidak mencintai nyatanya lebih ga enak. Pada awalnya kita memang ga pernah merasa sayang banyak memberi karena perasaan yang masih menggebu. Tapi setelah kita banyak memberi tidak ada timbal baliknya, lama-lama itungan bisnis lewat juga di kepala.

Lebih parah lagi kalo dibalas dengan kepura-puraan. Lama-lama bisa jadi korban TTM (Teman Tapi Mbayar) anak manja (manis-manis jahanam). Ketika suplai penuh kelihatan manis, ketika agak surut jahanamnya keluar. Ditinggal kerja, di belakang dikerjain orang.

Terserah opini orang lain. Buatku sendiri ketika pilihan jalan bareng ga ada, mungkin itu pilihan terbaik. Karena aku bisa berusaha mengimbanginya daripada aku memaksakan diri menjadi kekasih yang tak dianggap.

Menyebalkan...

Read More

Tentang Aura

Semalam ngobrol ngalor ngidul dengan sekumpulan seniman, entah gimana awalnya pembahasan jadi berbelok ke masalah aura. Pendapat yang simpang siur malah membuat tambah bingung, antara pandangan logis dan mistis. Tanya mbah google pun sama hasilnya.

Dirangkum dari berbagai sumber yang tidak tau siapa yang tanggung jawab, hasilnya kira-kira begini :

Aura adalah pancaran gelombang elekromagnetik mirip warna pelangi yang menyelimuti permukaan sebuah benda (terutama benda hidup) dan warna tersebut dapat berubah setiap saat tergantung dari keadaan mental, spiritual, kesehatan dan kondisi pikiran orang tersebut. Aura ini bisa di foto dengan kamera Kirlian, hasil temuan sarjana Rusia di tahun 1950an.

Mengutip ucapan seniman juru kunci Gunung Bagkel, itulah sebabnya kenapa seseorang kesannya sering berubah-rubah. Itu karena pengaruh isi hati dan pikirannya yang kadang jernih dan kadang kotor. Kalo pikiran ngeres auranya juga kelam dan orang-orang disekitar akan merasakan itu walau ga bisa melihat.

Itu juga bisa menyebabkan seorang cewek yang sebenarnya cantik tapi kok kesannya kurang menarik. Sebaliknya ada yang biasa saja tapi tampak menarik. Ini terjadi karena pancaran positif dari auranya keluar.

Hmmmm...
Gitu ya.
Auranya harus keluar biar bisa menarik.
Kalo auratnya yang keluar..???


Read More

03 Maret 2009

Puber Kedua (belas)

Beberapa tulisan ngacoku beberapa hari ini ditanggapi oleh seorang teman melalui sms, "kamu lagi puber kedua ya..?"

Emang ada puber kedua..?
Menurut yang saya tahu, pubertas tuh sebuah perilaku untuk menarik lawan jenis dengan tujuan seolah-olah menunjukan kesiapan untuk menjalankan proses reproduksi. Asalkan sudah dewasa dan normal, kayaknya setiap waktu sikap seperti itu selalu ada. Dan ini bukan cuma pada manusia saja kok, binatang juga sama.

Hanya saja karena manusia tidak hanya dibekali instink tetapi juga pikiran dan emosi, maka memang peristiwa tarik menarik itu berbeda dari hewan. Manusia tidak melakukannya "dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja".

Apalagi kemudian kehidupan bermasyarakat membuat manusia mengenal "tata nilai". Ada pertimbangan kepantasan, kewajaran dan juga "sosio ekonomis". Salah satu tata nilai itu adalah "setia pada satu lawan jenis".

Kenyataan kehidupan, sesetia apapun seseorang pada satu pasangan, ketertarikan kepada lawan jenis yang lain akan selalu ada. Hanya saja, pikiran itu sekedar terpikirkan saja atau terus ditindaklanjuti tergantung masing-masing individu.

Malah menurut saya, yang bilang tidak tertarik lagi dengan yang lain adalah abnormal dan tidak mau mensyukuri keindahan ciptaan Yang Kuasa. Jadi sah sah saja seorang suami atau istri yang merasakan sesuatu kepada orang lain asalkan tidak terus berlanjut hubungi dokter.

Kalo begitu, puber kedua tidak ada dong..?
Ga tau untuk orang lain, kalo opini saya mengatakan pubertas hanya sekali dan akan berjalan terus sepanjang waktu. Apalagi kalo melihat dari sisi bahasa, pubertas berasal dari kata pubis, wilayah anatomi sekitar paha. Ini berkaitan dengan perubahan fisik dan tumbuhnya bulu di bagian itu seiring perubahan psikis ketika masa puber datang.

Berarti saya tidak puber kedua kan..?
Soalnya tidak tambah gondrong bulunya...



Read More

Pornografi Merusak Otak

Dari Kompas cetak hari ini.

Pornografi memicu kekerasan seksual dan menurunkan mutu sumber daya manusia. Anak dan remaja yang kecanduan pornografi akan mengalami gangguan perilaku dan kemampuan inteligensia, merasa senang bila melihat materi pornografi.

Kecanduan pornografi sama prosesnya dengan kokain dan zat adiktif lain. Paparan pornografi menyebabkan perubahan konstan pada neurotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Seseorang yang kecanduan pornografi tak bisa mengontrol perilaku seksnya dan mengalami gangguan memori.

Nah lho...
Peringatan buat penggemar pornografi neh. Bersiap-siaplah mengalami penurunan kecerdasan dan kemampuan kontrol atas perilaku. Untuk itu segera kurangi deh kegemaran atas pornografi, karena perusakan otak yang terjadi sama dengan efek narkoba.

Jadi yang ga bisa membuang kebiasaan akan pornografi mending sekalian pakai narkoba saja biar komplit, toh efeknya sama.

Beruntunglah saya tidak suka pornografi, jadi otak saya aman-aman saja.
Saya sukanya pornoaksi sih...

Ilustrasi Sang Putri Impian
Karya Wara Anindyah
Senang-Senang Exhibition
Read More

02 Maret 2009

Penggemar Sarkem

Seorang pelukis mau balik ke Jakarta minta diantar ke Stasiun Tugu. Biar ga muter-muter aku antar lewat pintu selatan. Males masuk ke parkiran stasiun, aku berhenti saja di pinggir jalan.

Eh, si pelukis bukannya turun malah ngomel, "gimana sih, malah dianter ke sarkem. Dah ga keburu neh, keretanya bentar lagi berangkat.."

Aku cuma nyengir saja sambil nunjuk ke stasiun di seberang jalan.

Payah banget. Jauh-jauh ke Jokja apalnya cuma sarkem doang. Stasiun segede itu sampai ga keliatan.

Tapi mungkin ini fenomena umum di masyarakat kita yang sok jaim dan tidak jujur pada diri sendiri. Prostitusi seringkali dikecam, tapi selalu dihapalkan di luar kepala. Kalo dengar mau ngadem ke Kaliurang atau Baturraden komentar pertama pasti, "cari anget-anget yo..?"

Ketika orang Cilacap dengar kata Slarang, yang kepikir bukan Islamic Center di pinggir jalan, tapi lokalisasi yang lama punah di daerah itu. Warga Sidareja kalo ditanya alamatnya mana, akan ragu-ragu menyebut kata Dulsiyun alias Kidul Stasiun Sidareja.

Dan kasus semacam itu dimana-mana.
Kalo sudah begini mengapa kita begitu berat untuk mengakui kalo kita sebenarnya penggemar prostitusi, walau hanya sekedar menghapalkan nama atau tempatnya saja.

Lupakah kita bahwa penghuninya adalah orang-orang lemah yang sekedar mencari makan dengan cara menyenangkan orang lain. Lebih merugikan negara mana profesi itu dibanding pejabat-pejabat yang korup? Kalopun dituduh sebagai penyebar AIDS dan sejenisnya, bukan semata salah mereka. Hidung belangnya saja yang beloon. Dikasih penyakit plus harus bayar kok mau.

Sudah jujurkah kita..?

Read More

Ee Encer

Sudah seminggu pembuangan limbah padat berubah cair. Sebenarnya enak sih, ga perlu "ngeden" sudah bisa "mak sooor" dengan lancar. Cuman rada ngeri juga kalo pas knalpot buang gas, takut kebawa sekalian ampasnya.

Tapi herannya tidak ada gejala mules atau perut error. Pola makan juga biasa dengan menu empat sehat lima sempurna, kalo tanggal muda. Tanggal tua ya jadi satu sehat dua sempurna, nasi putih dan pecel lele.

Ada sih yang bilang aku kebanyakan minum. Tapi perasaan dari dulu aku dah biasa minum air putih banyak-banyak. Setiap hari paling tidak habis enam gelas ukuran 3/4 liter.

Secara logika mungkin ada benarnya, kebanyakan minum jadinya ee encer. Tapi ada juga pernyataan lain yang menurutku ada benarnya. Karena banyak cairan keluar, jadi harus banyak minum.

Jadi mana yang bener neeeh..?

Read More

01 Maret 2009

Kiye Dina Mingguuu...

Pulang dari Semarang lewat tengah malam trus ga bisa tidur dibrisikin Kejaksaan lagi nanggap wayang. Jadilah bangun kesiangan dan rencana ke Magelang menghadiri pembukaan pameran gagal. Akhirnya nongkrong dan ngeblog deh.

Naaah...
Pas buka komen di MP kaget banget lihat tanggal kok 1 Maret. Perasaan kemaren baru tanggal 28, makanya santai-santai laporan belum diberesin. Biasanya mulai lembur laporan tanggal 29-30. Lihat kalender baru inget kalo Februari cuman 28 hari. Hehehe...

Langsung deh kalang kabut ngebut kerjain laporan, gaji karyawan dan rencana anggaran buat Maret. Hampir beres ngos-ngosan berantakin kertas-kertas di meja, iseng buka skype mau minta maap kalo laporan telat kirim.

Lhooo...
Orang Jakarta kok offline semua. Nelpon ke orang keuangan Jakarta malah jawabannya ketularan Sarmidi, "Kiye dina minguuuuu... sekolahan preiiiii..."

Yaaaaaah...
Kayak Komarudin di pilem Janur Kuning aja...
Si Vivie kok ya nyengir doang ga ngingetin...

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena