25 Maret 2009

Pembenci Perempuan

Sebuah personal message masuk ke inbox. Sedikit complain dengan tulisan tentang Wanita Karir dan beberapa tulisanku yang lain. Intinya beliau mempertanyakan kenapa aku begitu suka mendiskreditkan kaum perempuan. Aku dianggap sebagai penjahat gender yang anti emansipasi.

Aku sendiri tak banyak menjawab. Aku menulis seperti itu sebagai bukti bahwa aku begitu memuliakan kaum itu. Karena aku sadar, aku tidak lahir dari pohon pisang, tapi dari rahim seorang perempuan juga.

Bukan aku tak suka perempuan banyak berkiprah di segala bidang. Yang penting ingat bahwa mencari nafkah buat perempuan adalah sunat, wajibnya mengurus rumah tangga. Sah-sah saja perempuan berkarir, asalkan anak tidak telantar.

Tidak ada kata melecehkan perempuan. Memiliki hak dan kewajiban melahirkan anak sebagai penerus generasi, itu adalah kemuliaan perempuan yang tiada duanya. Siapapun orangnya pasti pernah segenap hidupnya bergantung kepada seorang perempuan, minimal selama 9 bulan 10 hari.

Kesetaraan gender bukanlah alasan untuk menelantarkan anak. Asalkan bisa menyeimbangkan, akan teramat indah perjalanan hidup. Dimana laki-laki dan perempuan bisa saling bergantian posisi tanpa harus ada pihak yang merasa dikecilkan fungsinya.

Bila kehidupan dimisalkan sepak bola, harus ada yang menyerang dan ada yang bertahan. Bila semuanya ke garis depan, siapa yang jaga pertahanan di belakang. Apakah pemain belakang tidak sama pentingnya dengan penyerang?

Jangan cari masalah deh kalo memang bisa saling mengisi secara serasi. Toh pada kenyataannya banyak juga perempuan yang menyukai permainan belakang. Dan banyak laki-laki yang suka woman on top.

Halah...

Ilustrasi "Asa Dirinya"
Karya Budi Yonaf
I Report I Decide Art Exhibition
Tujuh Bintang Art Space


0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena