28 Maret 2009

Telmi Tur Katro

Ada obrolan pendek beberapa hari lalu di skype. Masih dari teman yang baru kenal saat itu, tapi selalu rutin buka-buka blogku. Teman yang ngakunya orang Semarang tapi tinggal di Austria itu menanyakan, kenapa tulisanku ga up to date, nyeleneh, subyektif dan katro.

Mungkin benar aku memang orangnya suka telat mikir. Ketika orang lain ribut lebaran, aku malah menulis tetang puasa. Orang lain berduka kena bencana, aku malah bercerita tentang kegembiraan. Yang lain menyajikan sekian banyak data akurat, aku malah berceloteh ga jelas.

Bukan aku suka kontroversi apalagi mencari sensasi. Aku cuma seringkali menangkap sesuatu dari lain sisi. Aku sadar manusia hidup seringkali sawang sinawang dan melihat sesuatu dari permukaan, lalu heboh dan berlomba-lomba menuliskan yang sama. Banyak sisi yang jarang diungkap hanya karena ketidaktahuannya atau memang takut dianggap tidak mengikuti tren saat ini.

Ketika banyak orang menuliskan kata duka cita dalam sebuah bencana, aku malah lebih suka bercerita tentang kegembiraan segelintir orang yang menjadi panitia. Biarlah aku dianggap melawan tren berita.

Karena itu sebuah kenyataan. Setelah gempa Jogja, pasukan relawan dari berbagai LSM jadi punya laptop atau sepeda motor baru. Korban bencana dapat beras satu kilo, yang ngurus dapat satu karung. Ini menarik buatku.

Trus, bagaimana tidak subyektif. Blog buatku adalah buku harian tempat aku berejakulasi melepas ereksi otak. Blogku bukan sebuah kantor berita yang harus menyajikan data sebenarnya. Dan aku menulis untuk aku sendiri kok.

Tapi soal katro...
Aku sendiri sering ngomong tapi sampai saat ini tak pernah tahu artinya. Aku cari-cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia juga tidak ketemu definisinya. Untuk yang ini aku belum bisa jawab. Tapi kalo ingat pepatah lama, mungkin katro ini sedikit ada hubungannya dengan kondisi jaman yang semakin edan.

Ing jaman edan
Sing ora edan
Ora keduman
Sing edan
Ora katrokan...

Ilustrasi "Racycle Man"
Karya Agung Gunawan
I Report I Decide Art Exhibition

5 comments:

  1. Saya pikir cuma saya yang berprasangka seperti itu. Eh ternyata ada yang lain juga.
    Tapi asik kok baca tulisan yang nyleneh.

    weekend tiba, Saatnya bersihkan JENTIK nyamuk!

    BalasHapus
  2. >>>KEEP NYLENEH<<<
    dadi kemutan lagu purbalingga mbangun sing judule Sudirman, dislenahna nang kancane nyong dadi :

    SUDIRMAN.....
    DONG CILIK ORA KATOKAN....

    jane asline :
    SUDIRMAN..
    LAIRE NANG BANTAR BARANG....

    dadi ra penak karo kaki dirman kiye..

    BalasHapus
  3. Zaman sekarang butuh orang yang nyeleneh... nutuh orang yang melihat kedepan. gak ikut-ikutan. tetapi punya pendirian yang jelas.. dan saya melihat blognya mas rawins itu nyeleneh tapi asyik.. wong sing ora nyeleneh iku malah ora bener koq.

    BalasHapus
  4. Ok deh sayang...
    Hidup nyleneh pokoknya....

    BalasHapus
  5. Up To Date,itu buat berita di koran aja kalau ada koruptor yang digelandang ke pengadilan atau artis2 yang kawin cerai ,saya demen tulisan mas Rawins sing nyeleneh,esuk2 tangi turu sikat gigi,trus minum air putih hangat,nyalain lap top terus ngeklik dulu blognya mas Rawins,justru asyik sing nyeleneh dan katro.Eh, iya ya ngomong2 bahasa apa sing katro tuh? kok gak ada yah di kamus.

    Busyet....ikut2an latah!

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena