26 Maret 2009

Persimpangan Rindu

Haruskah kita menyalahkan Tuhan yang menciptakan kelenjar hipotalamus yang menghasilkan feromon perangsang otak, sehingga manusia memiliki rasa rindu.

Walau semua pemberian Tuhan adalah anugrah, tapi sakitnya rindu seringkali terasa menyiksa.

Rindu adalah kata yang mewakili sebuah rasa yang kosong dan hampa. Mungkin dari definisi harfiah itu, dalam bahasa Inggris rindu disebut miss, yang juga berarti hilang.

Kehampaan hidup dan kehilangan rasa seharusnya kita syukuri. Dengan adanya kekosongan, minimal kita jadi memiliki harapan untuk terisi. Apa jadinya bila manusia tidak memiliki harapan lagi..?

Seringkali rasa itu terasa menyesakkan dada. Dan ketika harapan yang dinanti tak kunjung tiba, kadang kita akan dihadapkan di sebuah persimpangan jalan. Menunggu dan terus menunggu atau mematikan segenap rasa atau memalingkan muka sekedar mencari hiburan baru.

Walau rindu adalah sebuah rasa, tapi pemikiran tetap perlu ikut berperan. Tanpa itu kita bisa salah arah ketika tiba di simpang jalan. Kita bisa bagai cecunguk penunggu toilet. Atau jadi seorang pengkhianat. Lebih parah lagi kita bisa menjadi mayat hidup yang mati rasa.

Lalu bagaimana cara memanajemen sakitnya rindu..?

Aku pun masih mencari-cari jawabannya.
Karena hidup dalam kerinduan, buatku bagai bermain di depan bayangan.
Yang aku tak bisa memaksanya untuk berwujud...

Ilustrasi "Bermain di depan bayangan"
Karya Arie Kadariman
Tujuh Bintang Art Space


0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena